Pembelajaran VAK (Visual, Auditori dan Kinestetik) - Definisi, Aspek, Tahapan, Kelebihan dan Kekurangannya

Model pembelajaran VAK (Visual, Auditori dan Kinestetik) adalah model pembelajaran yang mengutamakan pengalaman belajar secara langsung dan menyenangkan bagi siswa. Model pembelajaran ini dianggap efektif karena memperhatikan tiga jenis modalitas atau cara belajar siswa, yaitu cara belajar dengan mengingat (visual), belajar dengan mendengar (auditori) dan belajar dengan gerak dan emosi (kinestetik). Melalui model pembelajaran VAK potensi yang dimiliki oleh siswa menjadi lebih terlatih dan berkembang dengan baik.

Model Pembelajaran VAK (Visualiation, Auditory, Kinesthetic)

Modalitas pembelajaran pertama kali dikembangkan oleh Neil Fleming untuk menunjukkan preferensi individu dalam proses belajarnya, yakni, visual, auditori, dan kinestetik (VAK). Meskipun ketiga modalias tersebut hampir semuanya dimiliki oleh setiap orang, tetapi hampir semua mereka selalu cenderung pada salah satu di antara ketiganya. Ketiga modalitas ini digunakan untuk pembelajaran, pemrosesan, dan komunikasi. Bahkan beberapa orang tidak hanya cenderung pada satu modalitas saja, mereka bisa memanfaatkan kombinasi modalitas tertentu untuk meningkatkan kemampuan belajar.

Model pembelajaran Visual, Auditori, Kinestetik (VAK) adalah model pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan alat indra yang dimiliki siswa. Pembelajaran dengan model pembelajaran Visual Auditori Kinestetik (VAK) adalah suatu pembelajaran yang memanfaatkan gaya belajar setiap individu dengan tujuan agar semua kebiasaan belajar siswa akan terpenuhi.

Berikut definisi dan pengertian model pembelajaran VAK (Visual, Auditori dan Kinestetik) dari beberapa sumber buku: 

  • Menurut Deporter (2003), model pembelajaran VAK adalah model pembelajaran yang menjadikan siswa mudah memahami materi yang diajarkan guru karena mengoptimalkan ketiga modalitas belajar tersebut. Pembelajaran dengan model ini mementingkan pengalaman belajar secara langsung dan menyenangkan bagi siswa. Pengalaman belajar secara langsung dengan mengingat (visual), belajar dengan mendengar (auditori), dan belajar dengan gerak dan emosi (kinestetik). 
  • Menurut Ngalimun (2013), model pembelajaran VAK adalah model pembelajaran menganggap bahwa pembelajaran akan efektif dengan memperhatikan ketiga gaya belajar yaitu visual, auditori dan kinestetik. Model pembelajaran VAK lebih memanfaatkan potensi siswa yang telah dimiliki dengan melatih dan mengembangkannya. 
  • Menurut Shoimin (2014), model pembelajaran VAK adalah suatu model pembelajaran yang menganggap pembelajaran akan efektif dengan memperhatikan ketiga hal, yaitu visual, auditori, kinestetik. Pembelajaran dilaksanakan dengan memanfaatkan potensi siswa yang telah dimilikinya dengan melatih dan mengembangkannya. Model ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar langsung dengan bebas menggunakan modalitas yang dimilikinya untuk mencapai pemahaman dan pembelajaran yang efektif. 
  • Menurut Sukardi (2013), model pembelajaran VAK adalah model pembelajaran yang mengoptimalkan ketiga modalitas belajar, model pembelajaran VAK (Visual, Auditori dan Kinestetik) merupakan anak dari model pembelajaran Quantum yang berprinsip untuk menjadikan situasi belajar menjadi lebih nyaman.
  • Menurut Huda (2014), model pembelajaran VAK adalah model pembelajaran yang mementingkan pengalaman belajar secara langsung dan menyenangkan bagi siswa. Pengalaman belajar secara langsung dengan cara belajar dengan mengingat (visual), belajar dengan mendengar (auditori) dan belajar dengan gerak dan emosi (kinestetik).

Aspek-aspek Model Pembelajaran VAK 

Model pembelajaran Visual, Auditori dan Kinestetik (VAK) adalah strategi pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan alat indra yang dimiliki siswa. Pembelajaran dengan model pembelajaran VAK merupakan suatu pembelajaran yang memanfaatkan gaya belajar setiap individu dengan tujuan agar semua kebiasaan belajar siswa akan terpenuhi. Menurut Deporter (2008) dan Harianto (2015), aspek-aspek dalam pembelajaran Visualization, Auditory and Kinesthetic (VAK) adalah sebagai berikut:

a. Gaya Visual (belajar dengan cara melihat) 

Modalitas belajar dengan cara visual adalah mengakses citra visual yang diciptakan maupun diingat misalnya warna, hubungan ruang, potret, mental, dan gambar menonjol. Belajar harus menggunakan indra mata melalui mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga. Karakteristik visual adalah mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar, lebih senang belajar dengan cara membaca materi kemudian menuliskan kembali materi yang telah dipahaminya dalam catatan-catatan kecil serta menuliskan kata kunci dari materi tersebut yang diucapkan oleh guru selama dikelas.

Ciri-ciri siswa yang lebih dominan memiliki gaya belajar visual misalnya lirikan mata ke atas bila berbicara dan berbicara dengan cepat. Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Siswa cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Siswa berpikir menggunakan gambar-gambar di otak dan belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilan-tampilan visual seperti diagram, buku pelajaran bergambar, dan video. Di dalam kelas anak visual lebih suka mencatat sampai detail-detailnya untuk mendapatkan informasi.

Untuk itu jenis kegiatan belajar atau tugas pada pembelajar VAK, guru menerangkan materi secara langsung dengan menuliskan sebagian materi yang dibahas di papan tulis, dan siswa ditugaskan mencatat pokok-pokok penting yang telah dibahas dalam buku tulis masing-masing dengan seperti itu siswa dengan kecenderungan visual lebih bisa memahami materi yang sedang dibelajarkan melalui catatan yang mereka rangkum. Atau bisa juga guru menunjukkan beberapa gambar terkait materi, dari situlah siswa akan dengan cepat memahami materi melalui gambar yang disajikan.

b. Gaya Auditori (belajar dengan cara mendengar) 

Gaya belajar auditori mengandalkan pada pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya. Modalitas ini mengakses segala jenis bunyi dan kata yang diciptakan maupun diingat, seperti musik, nada, irama, dialog internal dan suara. Belajar dengan mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, mengemukakan pendapat, gagasan, menanggapi dan beragumentasi. Seorang siswa lebih suka mendengarkan kaset audio, ceramah-kuliah, diskusi, debat, dan instruksi (perintah) verbal. Alat perekam sangat membantu pembelajaran pelajar tipe auditori.

Ciri-ciri siswa yang lebih dominan memiliki gaya belajar auditori misalnya lirikan mata ke arah kiri atau kanan, mendatar bila berbicara dan sedang-sedang saja. Untuk itu, guru sebaiknya harus memperhatikan siswanya hingga ke alat pendengarannya. Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan. Anak auditori mencerna makna yang disampaikan melalui tone, suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara, dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi anak auditori. Anak-anak seperti ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset.

Karakteristik auditori adalah belajar dengan cara mendengarkan penjelasan konsep yang disampaikan secara lisan, lebih senang belajar dengan berdiskusi, banyak bertanya atau berbicara pada saat pembelajaran berlangsung. Untuk itu jenis kegiatan belajar atau tugas pada pembelajar VAK, guru menyajikan sebuah materi melalui suara, dari situ siswa harus mendengarkan materi yang telah diputar dengan saksama, lalu dibuat sebuah kelompok kecil untuk siswa mendiskusikan permasalahan pada sebuah materi untuk diselesaikan bersama dengan kelompoknya, dari kerja kelompok tersebut masing-masing anak bisa saling mengutarakan pendapatnya dan saling mendengarkan satu sama lain, maka anak yang memiliki kecenderungan auditori lebih mudah dalam menerima pembelajaran dan akan lebih aktif dalam kegiatan diskusi.

c. Gaya belajar Kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh) 

Gaya belajar kinestetik mengharuskan individu yang bersangkutan menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar ia bisa mengingatnya. Seseorang dengan gaya belajar kinestetik menempatkan tangan sebagai alat penerima informasi utama agar bisa terus mengingatnya. Hanya dengan memegang saja, ia bisa menyerap informasi tanpa harus membaca penjelasannya. Modalitas ini mengakses segala jenis gerak dan emosi yang diciptakan maupun diingat, seperti gerakan, koordinasi, irama, tanggapan emosional, dan kenyamanan fisik.

Bagi siswa kinestetik belajar itu haruslah mengalami dan melakukan. Ciri-ciri siswa yang lebih dominan memiliki gaya belajar kinestetik misalnya lirikan mata ke bawah bila berbicara dan berbicara lebih lambat. Anak seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktivitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Siswa yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan.

Karakteristik kinestetik adalah lebih menyukai belajar dengan praktik dan melakukan percobaan secara langsung, menghafal materi dengan cara berjalan dan melihat. Untuk itu jenis kegiatan belajar atau tugas pada pembelajar VAK, guru menyajikan sebuah materi dengan cara memutarkan sebuah video pembelajaran, siswa harus memahami maksud dari video tersebut, guru meminta siswa untuk mempraktikkan terkait materi dalam video secara langsung di depan kelas.

Langkah-langkah Model Pembelajaran VAK 

Gaya belajar visual, auditori dan kinestetik (VAK) adalah gaya belajar multi-sensorik yang melibatkan tiga unsur gaya belajar yaitu penglihatan, pendengaran dan gerakan. Gaya belajar multi-sensorik ini merepresentasikan bahwa guru sebaiknya tidak hanya mendorong siswa untuk menggunakan satu modalitas saja, tetapi berusaha mengkombinasikan semua modalitas tersebut untuk memberi kemampuan yang lebih besar dan menutupi kekurangan yang dimiliki masing-masing siswanya.

Menurut Colin dan Nicholl (2011), pembelajaran dengan menggunakan model VAK dapat direncanakan dalam tiga tahap, yaitu: 

  1. Pada tahap visual, siswa belajar melalui melihat sesuatu. Siswa melihat gambar atau peragaan yang dilakukan oleh guru terhadap objek yang telah dimanipulasi menggunakan alat peraga.
  2. Pada tahap auditori, siswa belajar melalui mendengar sesuatu. Siswa tidak hanya mendengar informasi dari guru tetapi mampu memberi informasi dalam kelompok diskusi yang telah dibentuk oleh guru. 
  3. Pada tahap kinestetik, siswa belajar melalui aktivitas fisik dan keterlibatan langsung. Siswa belajar mandiri dengan bimbingan dari guru secara aktif melakukan percobaan.

Menurut Shoimin (2014), langkah-langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan model pembelajaran visual, auditori dan kinestetik (VAK) adalah sebagai berikut:

a. Tahap persiapan (kegiatan pendahuluan) 

Pada kegiatan pendahuluan guru memberikan motivasi untuk membangkitkan minat siswa dalam belajar, memberikan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang kepada siswa, dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk menjadikan siswa lebih siap dalam menerima pelajaran. Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini antara lain yaitu: 

  1. Memeriksa kesiapan peserta didik untuk mengikuti pembelajaran. 
  2. Menyampaikan tujuan dan langkah pembelajaran. 
  3. Memotivasi peserta didik agar terlibat aktif dalam pembelajaran.

b. Tahap Penyampaian (kegiatan inti pada eksplorasi) 

Pada kegiatan inti guru mengarahkan siswa untuk menemukan materi pelajaran yang baru secara mandiri, menyenangkan, relevan, melibatkan panca indra, yang sesuai dengan gaya belajar VAK. Tahap ini biasa disebut eksplorasi. Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:

  1. Memperkenalkan materi yang akan disampaikan melalui gambar, alat peraga maupun video.
  2. Menggali pengetahuan peserta didik tentang materi yang akan disampaikan dengan pertanyaan.

c. Tahap Pelatihan (kegiatan inti pada elaborasi)

Pada tahap pelatihan guru membantu siswa untuk mengintegrasi dan menyerap pengetahuan serta keterampilan baru dengan berbagai cara yang disesuaikan dengan gaya belajar VAK. Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut: 

  1. Meminta peserta didik untuk menyelesaikan suatu permasalahan dengan kerja kelompok, pengamatan, atau melakukan percobaan.
  2. Membimbing peserta didik mengisi lembar kerja.
  3. Meminta beberapa peserta didik (individu maupun kelompok) mempresentasikan hasil pemikirannya.

d. Tahap penampilan hasil (kegiatan inti pada konfirmasi) 

Tahap penampilan hasil merupakan tahap seorang guru membantu siswa dalam menerapkan dan memperluas pengetahuan maupun keterampilan baru yang mereka dapatkan, pada kegiatan belajar sehingga hasil belajar mengalami peningkatan. Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut: 

  1. Mengoreksi hasil presentasi bersama-sama dengan peserta didik. 
  2. Memberikan konfirmasi dan penguatan dari hasil kerja siswa dengan gambar, alat peraga, atau video.
  3. Mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari. 
  4. Melakukan umpan balik dengan peserta didik.

Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran VAK 

Setiap model pembelajaran umumnya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Menurut Shoimin (2014), kelebihan dan kekurangan model pembelajaran visual, auditori dan kinestetik (VAK) adalah sebagai berikut:

a. Kelebihan 

Kelebihan atau keunggulan model pembelajaran VAK adalah: 

  1. Pembelajaran akan lebih efektif karena mengombinasikan ketiga gaya belajar. 
  2. Mampu melatih dan mengembangkan potensi siswa yang telah dimiliki oleh pribadi masing-masing.
  3. Memberikan pengalaman langsung kepada siswa. 
  4. Mampu melibatkan secara maksimal dalam menemukan dan memahami suatu konsep melalui kegiatan fisik, seperti demonstrasi, percobaan, observasi, dan diskusi aktif.
  5. Siswa yang memiliki kemampuan bagus tidak akan terlambat oleh siswa yang lemah dalam belajar karena model ini mampu melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata.

b. Kekurangan 

Kelemahan dari model pembelajaran VAK yaitu tidak banyak orang mampu mengombinasikan satu gaya belajar, hanya akan mampu menangkap materi jika menggunakan metode yang lebih memfokuskan kepada salah satu gaya belajar yang didominasi.

Daftar Pustaka

  • Deporter, Bobbi, dkk. 2003. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung : Kaifa.
  • Deporter, Bobbi, dkk. 2008. Quantum Teaching. Bandung: Perpustakaan Nasional.
  • Ngalimun. 2013. Strategi dan Model Pembelajaran. Banjarmasin: Aswaja.
  • Shoimin, Aris. 2014. Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar Ruzz Media.
  • Sukardi, Ismail. 2013. Model-Model Pembelajaran Modern. Palembang: Tunas Gemilang Press.
  • Huda, Miftahul. 2014. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
  • Harianto, Sugeng. 2015. Metode Quantum Learning dengan Learning Style VAK (Visual, Auditorial, Kinesthetik). Surabaya: Kresna Bina Insan Prima.
  • Rose, Colin dan Nicholl, M.J. 2002. Cara Belajar cepat Abad XXI. Bandung: Nuansa.

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama