Pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition) - Definisi, Tahapan, Kelebihan dan Kekurangannya

Model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition) adalah metode belajar yang menekankan pada tiga aspek, yaitu; auditory (belajar dengan mendengar), Intelectually (belajar dengan berpikir dan memecahkan masalah) serta Repetition (pengulangan agar belajar lebih efektif). Model pembelajaran ini mirip dengan model pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visualization, Intellectually) dan dan pembelajaran VAK (Visualization, Auditory, Kinesthetic). Perbedaannya hanya terletak pada pengulangan (repitisi) yang bermakna pendalaman, perluasan, dan pemantapan dengan cara pemberian tugas dan kuis (Huda, 2015).

Model Pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition)

Pendekatan dalam model pembelajaran AIR pertama kali diperkenalkan oleh Dave Meier, yaitu seorang pendidik, trainer, sekaligus penggagas model accelerated learning. Teori belajar yang mendukung model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) adalah aliran psikologis tingkah laku serta pendekatan pembelajaran matematika berdasarkan paham kontruktivisme yaitu teori Ausebel dan teori Thorndike. Teori Ausebel dikenal dengan belajar bermakna dan pentingnya pengulangan sebelum pelajaran dimulai, sedangkan teori Thorndike mengungkapkan the law of execise (hukum latihan) bahwa stimulus dan respon akan memiliki hubungan satu sama lain yang kuat jika proses pengulangan sering terjadi (Suherman, 2001).

Menurut Suyatno (2009), belajar dengan menggunakan model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition) memiliki tiga unsur utama, yaitu: 

  1. Auditory. Penggunaan indera telinga yang digunakan dalam belajar dengan berbicara, mendengarkan, menyimak, presentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi. 
  2. Intellectually. Kemampuan berpikir (minds-on) perlu dilatih melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan. 
  3. Repetition. Pengulangan diperlukan dalam pembelajaran agar pemahaman lebih mendalam dan luas, peserta didik perlu dilatih melalui pengerjaan soal, pemberian tugas dan kuis.

Unsur-unsur Model Pembelajaran AIR 

Menurut Huda (2015), unsur atau aspek yang digunakan dalam model pembelajaran AIR adalah sebagai berikut:

a. Auditory 

Auditory adalah learning by talking, artinya indra telinga digunakan dalam belajar dengan berbicara, mendengarkan, menyimak, presentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi. Mendengar merupakan salah satu aktivitas belajar, karena tidak mungkin informasi yang disampaikan secara lisan oleh guru dapat diterima dengan baik oleh siswa jika tidak melibatkan indra telinganya untuk mendengar.

Menurut Dave Meier pikiran auditory lebih kuat dari pada yang kita sadari. Telinga kita terus menerus menangkap dan menyimpan informasi auditory, bahkan tanpa kita sadari kita memperoleh banyak informasi melalui pendengaran yang secara langsung maupun tak langsung. Kunci belajar auditory terletak pada artikulasi rinci, yaitu tindakan mendeskripsikan sesuatu yang baru untuk mempertajam persepsi dan memori kita tentangnya. Ketika kita membaca sesuatu yang baru, kita harus menutup mata dan kemudian mendeskripsikan dan mengucapkan apa yang telah dibaca tadi.

Seorang pembelajar dengan kecenderungan auditory dapat memfokuskan diri secara internal maupun eksternal. Sosok auditory eksternal adalah suka berbicara dan barangkali akan berbicara pada diri mereka sendiri ketika tengah belajar. Sementara itu, para pembelajar dengan kecenderungan auditory internal akan berkata pada dirinya sendiri di dalam kepalanya, namun jika dilihat dari luar satu-satunya kebiasaan yang terlihat adalah kesunyian.

Terdapat beberapa hal yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan belajar dengan auditory, antara lain yaitu: 

  1. Mintalah peserta didik untuk berpasang-pasangan membincangkan secara terperinci apa yang baru mereka pelajari dan bagaimana menerapkannya. 
  2. Mintalah peserta didik untuk mempraktikkan suatu keterampilan atau memperagakan suatu konsep sambil mengucapkan secara terperinci apa yang sedang mereka kerjakan. 
  3. Mintalah peserta didik untuk berkelompok dan berbicara saat menyusun pemecahan masalah.

b. Intellectually 

Intellectually adalah learning by problem solving yaitu kemampuan berpikir (minds-on) perlu dilatih melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan. Keterampilan intelektual adalah kecakapan yang berfungsi untuk berhubungan dengan lingkungan hidup serta mempresentasikan konsep dan lambang.

Belajar intelektual adalah belajar dengan menggunakan kecerdasan (pikiran) untuk merenung, mencipta, memecahkan masalah, dan membangun makna. Belajar intelektual bukan pendekatan pembelajaran yang tanpa melibatkan emosi, rasionalitas, dan akademis. Sebab makna intelektual itu sendiri berarti mencipta makna dalam pikiran; sarana manusia untuk berpikir, menyatukan pengalaman, menciptakan jaringan, saraf baru, dan belajar.

Menurut Dave Meier, intelektual bukanlah pendekatan tanpa emosi, rasionalistis, akademis, dan terkotak-kotak. Kata intelektual menunjukkan apa yang dilakukan pembelajar dalam pikiran mereka secara internal ketika mereka menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut.

Aspek intelektual dalam belajar akan terlatih jika peserta didik diajak terlibat dalam aktivitas-aktivitas intelektual sebagai berikut: memecahkan masalah, menganalisa pengalaman, mengerjakan perencanaan strategis, melahirkan gagasan kreatif, mencari dan menyaring informasi, merumuskan pertanyaan, menciptakan model, menerapkan gagasan baru pada pekerjaan, menciptakan makna pribadi dan meramalkan implikasi suatu gagasan.

c. Repetition 

Repetisi artinya pengulangan. Dalam konteks pembelajaran, repetition adalah pendalaman, perluasan, dan pemantapan siswa dengan cara memberinya tugas atau kuis. Pengulangan tidak berarti dilakukan dengan bentuk pertanyaan atau informasi yang sama, melainkan dalam bentuk informasi yang dimodifikasi. Pengulangan dapat diberikan secara teratur, pada waktu-waktu tertentu atau setelah tiap unit diberikan, maupun di saat waktu yang dianggap perlu pengulangan.

Pelajaran yang diulang akan memberi tanggapan yang jelas dan tidak mudah dilupakan, sehingga siswa bisa dengan mudah memecahkan masalah. Oleh karena itu, jika guru menjelaskan suatu unit pelajaran, ia harus mengulangnya dalam beberapa kali kesempatan. Ingatan siswa tidak selalu stabil. Mereka tak jarang mudah lupa. Untuk itulah, guru perlu membantu mereka dengan mengulangi pelajaran yang sedang atau sudah dijelaskan.

Masuknya informasi ke dalam otak yang diterima melalui proses pengindraan akan masuk ke dalam memori jangka pendek, penyimpanan informasi dalam memori jangka pendek memiliki jumlah dan waktu yang terbatas. Pengulangan diperlukan dalam pembelajaran agar pemahaman lebih mendalam dan luas, serta membangun dan memperkuat ingatan. Pengulangan akan memberikan dampak positif apabila pengulangan yang dilakukan tidak membosankan dan disajikan dalam metode yang menarik.

Langkah-langkah Model Pembelajaran AIR 

Menurut Shoimin (2014), langkah-langkah pembelajaran menggunakan pendekatan auditory, intellectually, repetition (AIR) adalah sebagai berikut: 

  1. Peserta didik dibagi beberapa kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 anggota. 
  2. Peserta didik mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari pendidik. 
  3. Setiap kelompok mendiskusikan tentang materi yang mereka pelajari dan menuliskan hasil diskusi tersebut dan selanjutnya untuk dipresentasikan di depan kelas (auditory). 
  4. Saat diskusi berlangsung, peserta didik mendapat soal atau permasalahan yang berkaitan dengan materi. 
  5. Masing-masing kelompok memikirkan cara menerapkan hasil diskusi serta dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk menyelesaikan masalah (intellectually). 
  6. Setelah berdiskusi, peserta didik mendapat pengulangan materi dengan cara mendapatkan tugas atau kuis untuk tiap individu (repetition).

Adapun menurut Meirawati (2009), tahapan dalam pembelajaran dengan metode AIR (Auditory, Intellectually, Repetition) dilakukan dengan skema sebagai berikut:

a. Tahap Auditory 

Pada tahap auditory, kegiatan guru adalah sebagai berikut: 

  1. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil. 
  2. Guru memberi LKS kepada siswa untuk dikerjakan secara kelompok. 
  3. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai soal LKS yang kurang dipahami.

Pada tahap auditory, kegiatan siswa adalah sebagai berikut: 

  1. Siswa menuju kelompoknya masing-masing yang telah dibentuk oleh guru. 
  2. Siswa menerima LKS yang diberikan oleh guru untuk dikerjakan secara kelompok. 
  3. Siswa bertanya mengenai soal LKS yang kurang dipahami kepada guru.

b. Tahap Intelectually 

Pada tahap intelectually, kegiatan guru adalah sebagai berikut: 

  1. Guru membimbing kelompok belajar siswa untuk berdiskusi dengan rekan dalam satu kelompok sehingga dapat menyelesaikan LKS. 
  2. Guru memberi kesempatan kepada beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya.
  3. Guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk bertanya dan mengemukakan pendapatnya.

Pada tahap intelectually, kegiatan siswa adalah sebagai berikut: 

  1. Siswa mengerjakan soal LKS secara berkelompok dengan mencermati contoh-contoh soal yang telah diberikan.
  2. Siswa mempresentasikan hasil kerjanya secara berkelompok yang telah selesai mereka kerjakan.
  3. Siswa dari kelompok lain bertanya dan mengungkapkan pendapatnya, sedangkan kelompok lain yang mempresentasikan menjawab dan mempertahankan hasil kerjanya.

c. Tahap Repetition 

Pada tahap repetition, kegiatan guru adalah sebagai berikut: 

  1. Memberikan latihan soal individu kepada siswa. 
  2. Dengan diarahkan guru, siswa membuat kesimpulan secara lisan tentang materi yang telah dibahas.

Pada tahap repetition, kegiatan siswa adalah sebagai berikut: 

  1. Siswa mengerjakan soal latihan yang diberikan oleh guru secara individu. 
  2. Siswa menyimpulkan secara lisan tentang materi yang telah dibahas.

Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran AIR 

Setiap model pembelajaran umumnya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing begitu juga dengan model pembelajaran AIR. Menurut Shoimin (2014), kelebihan dan kekurangan model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition) adalah sebagai berikut:

a. Kelebihan 

Kelebihan atau keunggulan model pembelajaran AIR adalah: 

  1. Siswa lebih berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan idenya. 
  2. Siswa memiliki kesempatan lebih banyak memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan secara komprehensif. 
  3. Siswa dengan kemampuan rendah dapat merespon permasalahan dengan cara mereka sendiri. 
  4. Siswa secara intrinsik termotivasi untuk memberikan bukti atau penjelasan. 
  5. Siswa memiliki pengalaman banyak untuk menemukan sesuatu dalam menjawab permasalahan.

b. Kelebihan 

Kekurangan atau kelemahan model pembelajaran AIR adalah:

  1. Membuat dan menyiapkan masalah yang bermakna bagi peserta didik bukanlah persoalan yang mudah. Pendidik juga harus mempunyai persiapan yang lebih matang sehingga dapat menemukan masalah tersebut. 
  2. Mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahami oleh peserta didik adalah hal yang sulit sehingga banyak peserta didik yang mengalami kesulitan bagaimana merespons permasalahan yang diberikan. 
  3. Peserta didik dengan kemampuan tinggi bisa merasa ragu atau mencemaskan jawaban mereka.

Daftar Pustaka

  • Huda, Miftahul. 2015. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
  • Suherman, Erman, dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA UPI.
  • Shoimin, Aris. 2014. Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar Ruzz media.
  • Meirawati, F. 2009. Skripsi - Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Parompong Kabupaten Bandung. Bandung: FKIP UNPAS.
Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama