Epilepsi adalah gangguan kronik otak yang menunjukkan gejala-gejala berupa serangan yang berulang yang terjadi akibat adanya ketidaknormalan kerja sementara sebagian atau seluruh jaringan otak karena cetusan listrik pada neuron peka rangsang yang berlebihan, yang dapat menimbulkan kelainan motorik, sensorik, otonom atau psikis yang timbul tiba-tiba dan sesaat disebabkan lepasnya muatan listrik abnormal sel-sel otak.
Epilepsi merupakan gangguan susunan saraf pusat yang dicirikan oleh terjadinya serangan (seizure, fit, attack, spell) yang bersifat spontan (unprovoked) dan berkala. Sindrom epilepsi adalah sekumpulan gejala dan tanda klinis epilepsi yang terjadi bersama-sama meliputi berbagai etiologi, umur, onset, jenis serangan, faktor pencetus, kronisitas.
Epilepsi bukanlah suatu penyakit, tetapi sindrom gangguan otak yang berbeda dari sistem saraf pusat yang ditandai dengan pelepasan berlebihan sejumlah besar neuron. Ini adalah suatu kondisi kecacatan, terutama gangguan yang dikarenakan ketidakpastian dan menjadi gangguan neurologis umum di seluruh dunia.
Berikut definisi dan pengertian epilepsi dari beberapa sumber buku:
Menurut Soetomenggolo dan Ismael (1999), langkah-langkah pengobatan epilepsi dilakukan melalui prinsip berikut ini:
Epilepsi merupakan gangguan susunan saraf pusat yang dicirikan oleh terjadinya serangan (seizure, fit, attack, spell) yang bersifat spontan (unprovoked) dan berkala. Sindrom epilepsi adalah sekumpulan gejala dan tanda klinis epilepsi yang terjadi bersama-sama meliputi berbagai etiologi, umur, onset, jenis serangan, faktor pencetus, kronisitas.
Epilepsi bukanlah suatu penyakit, tetapi sindrom gangguan otak yang berbeda dari sistem saraf pusat yang ditandai dengan pelepasan berlebihan sejumlah besar neuron. Ini adalah suatu kondisi kecacatan, terutama gangguan yang dikarenakan ketidakpastian dan menjadi gangguan neurologis umum di seluruh dunia.
Berikut definisi dan pengertian epilepsi dari beberapa sumber buku:
- Menurut Kusumastuti dan Basuki (2014), epilepsi adalah kelainan otak yang ditandai dengan kecenderungan untuk menimbulkan bangkitan epileptik yang terus menerus, dengan konsekuensi neurobiologis, kognitif, psikologis, dan sosial.
- Menurut Kelompok studi epilepsi (2011), epilepsi adalah suatu keadaan yang ditandai oleh bangkitan epilepsi berulang berselang lebih dari 24 jam yang timbul tanpa provokasi. Bangkitan epilepsi adalah manisfestasi klinik yang disebabkan oleh aktivitas listrik otak yang abnormal dan berlebihan dari sekelompok neuron.
- Menurut Pallgreno (1996), epilepsi adalah gangguan kronis yang ditandai adanya bangkitan epileptik berulang akibat gangguan fungsi otak secara intermiten yang terjadi oleh karena lepas muatan listrik abnormal neuron-neuron secara paroksismal akibat berbagai etiologi.
- Menurut Mansjoer (2000), epilepsi adalah gangguan kronik otak dengan ciri gejala-gejala yang datang dalam serangan-serangan, berulang-berulang yang disebabkan lepas muatan listrik abnormal sel-sel syaraf otak, yang bersifat reversible dengan berbagai etiologi. Serangan ialah sutau gejala timbulnya tiba-tiba dan menghilang secara tiba-tiba.
- Menurut Soetomenggolo dan Ismael (1999), epilepsi merupakan suatu kelainan otak yang ditandai oleh adanya faktor predisposisi yang dapat mencetuskan bangkitan epileptik, perubahan neurobiologis, kognitif, psikologis dan adanya konsekuensi sosial yang diakibatkannya.
Faktor Penyebab Epilepsi
Menurut Meliala (1999), terdapat tiga penyebab dasar terjadinya epilepsi, yaitu:- Non Spesifik Predispossing Factor (NPF) yang membedakan seseorang peka tidaknya terhadap serangan epilepsi dibanding orang lain. Setiap orang sebetulnya dapat dimunculkan bangkitan epilepsi hanya dengan dosis rangsangan berbeda-beda.
- Specific Epileptogenic Disturbances (SED). Kelainan epileptogenik ini dapat diwariskan maupun didapat dan inilah yang bertanggung jawab atas timbulnya epileptiform activity di otak. Timbulnya bangkitan epilepsi merupakan kerja sama SED dan NPF.
- Presipitating Factor (PF). Merupakan faktor pencetus terjadinya bangkitan epilepsi pada penderita epilepsi yang kronis. Penderita dengan nilai ambang yang rendah, PF dapat membangkitkan reactive seizure dimana SED tidak ada.
Etiologi dan Klasifikasi Epilepsi
Menurut International League Against Epilepsy (ILAE), etiologi epilepsi dapat dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu (Kusumastuti dan Basuki, 2014):- Idiopatik. Tidak terdapat lesi struktural di otak atau defisit neurologis. Diperkirakan mempunyai predisposisi genetik dan umumnya berhubungan dengan usia.
- Kriptogenik. Dianggap simtomatis tetapi penyebabnya belum diketahui. Termasuk disini adalah Sindrom West, Sindrom LennoxGastaut dan epilepsi mioklonik. Gambaran klinik sesuai dengan ensefalopati difus.
- Simtomatis. Bangkitan epilepsi disebabkan oleh kelainan/lesi struktural pada otak, misalnya; cedera kepala, infeksi sistem saraf pusat, kelainan kongenital, lesi desak ruang, gangguan peredaran darah otak, toksik (alkohol, obat), metabolik, kelainan neurodegeneratif.
a. Kejang umum (generalized seizure)
Kejang umum terjadi jika aktivasi terjadi pada kedua hemisfere otak secara bersama-sama. Kejang umum terdiri dari:- Tonic-clonic convulsion = grand mal. Merupakan bentuk paling banyak terjadi pasien tiba-tiba jatuh, kejang, nafas terengah-engah, keluar air liur bisa terjadi sianosis, ngompol, atau menggigit lidah terjadi beberapa menit, kemudian diikuti lemah, kebingungan, sakit kepala.
- Abscense attacks = petit mal. Jenis yang jarang umumnya hanya terjadi pada masa anak-anak atau awal remaja penderita tiba-tiba melotot, atau matanya berkedip-kedip, dengan kepala terkulai kejadiannya cuma beberapa detik, dan bahkan sering tidak disadari.
- Myoclonic seizure. Biasanya tjd pada pagi hari, setelah bangun tidur pasien mengalami sentakan yang tiba-tiba jenis yang sama (tapi non-epileptik) bisa terjadi pada pasien normal.
- Atonic seizure. Jarang terjadi pasien tiba-tiba kehilangan kekuatan otot jatuh, tapi bisa segera recovered.
b. Kejang parsial/focal
Kejang parsial/focal dimulai dari daerah tertentu dari otak. Kejang parsial terdiri dari:- Simple partial seizures. Pasien tidak kehilangan kesadaran terjadi sentakan-sentakan pada bagian tertentu daritubuh.
- Complex partial seizures. Pasien melakukan gerakan-gerakan tak terkendali; gerakan mengunyah, meringis, dll tanpa kesadaran.
Pengobatan Epilepsi
Pengobatan epilepsi dapat dilakukan dengan terapi epilepsi sehingga menghentikan bangkitan, mengurangi frekuensi bangkitan tanpa efek samping atau dengan efek samping yang minimal, menurunkan angka kesakitan dan kematian. Tujuan pengobatan epilepsi adalah mempertahankan kadar obat dalam therapeutic range tanpa menimbulkan gejala toksik, setelah pemberian dosis tunggal obat anti epilepsi (OAE) puncak kadar plasma akan tercapai dalam waktu tertentu tergantung pada proses absorbsi.Menurut Soetomenggolo dan Ismael (1999), langkah-langkah pengobatan epilepsi dilakukan melalui prinsip berikut ini:
- Langkah pertama dalam pengobatan adalah diagnosis pasti, karena banyak keadaan yang memperlihatkan gejala mirip epilepsi. Pengobatan umumnya baru diberikan setelah serangan kedua. Hal ini penting karena pengobatan epilepsi adalah pengobatan jangka panjang.
- Setelah diagnosis ditegakkan tindakan berikutnya adalah menentukan jenis serangan. Setiap OAE mempunyai kekhususannya sendiri dan akan bermanfaat secara spesifik pada jenis serangan tertentu.
- Pengobatan harus dimulai dengan satu OAE dengan dosis kecil, kemudian dosis dinaikkan bertahap sampai serangan teratasi. Tujuan pengobatan adalah untuk mengatasi kejang dengan dosis optimal terendah, yang terpenting bukan hanya mencapai kadar terapeutik tetapi kadar OAE bebas yang dapat menembus sawar darah otak dan mencapai reseptor susunan saraf pusat.
- Kegagalan OAE sering disebabkan karena non compliance atau tidak diminum menurut aturan. Bila OAE pertama tidak bermanfaat dapat diganti dengan OAE kedua. Dosis OAE kedua dinaikkan bertahap sedangkan dosis OAE pertama diturunkan bertahap.
- Golongan hidantoin. Pada golongan ini terdapat 3 senyawa yaitu Fenitoin, mefentoin dan etotoin, dari ketiga jenis itu yang sering digunakan adalah Fenitoin dan digunakan untuk semua jenis bangkitan kecuali bangkitan Lena.
- Golongan barbiturat. Golongan obat ini sebagai hipnotik-sedatif dan efektif sebagai antikonvulsi yang sering digunakan adalah barbiturat kerja lama (Long Acting Barbiturates). Jenis obat golongan ini antara lain fenobarbital dan primidon, kedua obat ini dapat menekan letupan di fokus epilepsi.
- Golongan oksazolidindion. Salah satu jenis obatnya adalah trimetadion yang mempunyai efek memperkuat depresi pasca transmisi sehingga transmisi impuls berurutan dihambat.
- Golongan suksinimida. Obat yang sering digunakan di klinik adalah jenis etosuksimid, metsuksimid dan fensuksimid yang mempunyai efek sama dengan trimetadion. Etosuksimid merupakan obat pilihan untuk bangkitan lena.
- Golongan karbamazepin. Obat ini efektif terhadap bangkitan parsial komplek dan bangkitan tonik klonik dan merupakan obat pilihan pertama di Amerika Serikat untuk mengatasi semua bangkitan kecuali lena.
- Golongan benzodiazepin. Salah satu jenisnya adalah diazepam, disamping sebagai anti konvulsi juga mempunyai efek antiansietas dan merupakan obat pilihan untuk status epileptikus.
- Obat-obat generasi kedua. Vigabatrin, lamotrigin, gabapentin, felbamat, tiagabin, topiramat dan zonisamida.
Daftar Pustaka
- Kusumastuti, K. dan Basuki, M. 2014. Definisi, Klasifikasi dan Etiologi Epilepsi dalam Kelompok Studi Epilepsi PERDOSSI, Pedoman Tatalaksana Epilepsi. Surabaya: Airlangga University Press.
- Kelompok Studi Epilepsi. 2011. Pedoman Tatalaksana Epilepsi. Jakarta: PERDOSSI
- Pallgreno, T.R. 1996. Seizure and status Epilepticus in Adults, in Tintinoli JE, Ruis E. Emergency Medicine. New York: Mc Graw Hill.
- Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran jilid I. Jakarta: Media Aesculapius.
- Soetomenggolo, TS. 1999. Buku Ajar Neurologi Anak. Jakarta: BP IDAI.
- Meliala, L. 1999. Epilepsi pada Penderita Stroke, Berita Kedokteran Masyarakat. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Tags:
Penyakit