Kepatuhan pengobatan adalah tingkat kesediaan serta sejauh mana upaya dan perilaku seorang pasien dalam mematuhi instruksi, aturan atau anjuran medis yang diberikan oleh seorang dokter atau profesional kesehatan lainnya untuk menunjang kesembuhan pasien tersebut.
Kepatuhan merupakan perilaku yang tidak mudah untuk dijalankan, karena untuk mencapai kesembuhan dari suatu penyakit diperlukan kepatuhan atau keteraturan berobat bagi setiap pasien. Pasien dianggap patuh dalam pengobatan adalah yang menyelesaikan proses pengobatan secara teratur dan lengkap tanpa terputus selama minimal 6 bulan sampai dengan 9 bulan (Depkes RI, 2000).
Kepatuhan pengobatan sebagai perilaku pasien secara luas yaitu termasuk di-dalamnya melaksanakan pengobatan, mengikuti diet dan mengubah gaya hidup. Agar seseorang patuh diperlukan komitmen dan partisipasi semua stakeholders di sistem pelayanan kesehatan. Ketidakpatuhan berobat merupakan problem multidimensional yang membutuhkan strategi inovatif yang berbeda, tergantung ketersediaan sumber di lingkungan tersebut dan kerja sama serta dukungan petugas kesehatan, konselor, masyarakat dan anggota keluarga.
Berikut definisi dan pengertian kepatuhan pengobatan dari beberapa sumber buku:
Kepatuhan merupakan perilaku yang tidak mudah untuk dijalankan, karena untuk mencapai kesembuhan dari suatu penyakit diperlukan kepatuhan atau keteraturan berobat bagi setiap pasien. Pasien dianggap patuh dalam pengobatan adalah yang menyelesaikan proses pengobatan secara teratur dan lengkap tanpa terputus selama minimal 6 bulan sampai dengan 9 bulan (Depkes RI, 2000).
Kepatuhan pengobatan sebagai perilaku pasien secara luas yaitu termasuk di-dalamnya melaksanakan pengobatan, mengikuti diet dan mengubah gaya hidup. Agar seseorang patuh diperlukan komitmen dan partisipasi semua stakeholders di sistem pelayanan kesehatan. Ketidakpatuhan berobat merupakan problem multidimensional yang membutuhkan strategi inovatif yang berbeda, tergantung ketersediaan sumber di lingkungan tersebut dan kerja sama serta dukungan petugas kesehatan, konselor, masyarakat dan anggota keluarga.
Berikut definisi dan pengertian kepatuhan pengobatan dari beberapa sumber buku:
- Menurut Niven (2002), kepatuhan pengobatan adalah tingkat perilaku penderita dalam mengambil suatu tindakan pengobatan, misalnya dalam menentukan kebiasaan hidup sehat dan ketetapan berobat. Dalam pengobatan, seseorang dikatakan tidak patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat, sehingga dapat mengakibatkan terhalangnya kesembuhan.
- Menurut Pratita (2012), kepatuhan pengobatan adalah perilaku untuk mentaati saran-saran atau prosedur dari dokter tentang penggunaan obat, yang sebelumnya didahului oleh proses konsultasi antara pasien dengan dokter sebagai penyedia jasa kesehatan.
- Menurut Smet (1994), kepatuhan pengobatan merupakan perilaku pasien yang mentaati semua nasihat dan petunjuk yang dianjurkan oleh kalangan tenaga medis. Mengenai segala sesuatu yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan pengobatan, salah satu diantaranya adalah kepatuhan dalam minum obat.
- Menurut Taylor (1991), kepatuhan pengobatan adalah perilaku yang menunjukkan sejauh mana individu mengikuti anjuran yang berhubungan dengan kesehatan atau penyakit.
- Menurut Siregar (2006), kepatuhan pengobatan adalah tingkat ketepatan perilaku seorang individu dengan nasihat medis atau kesehatan dan menggambarkan penggunaan obat sesuai dengan petunjuk pada resep serta mencakup penggunaannya pada waktu yang benar.
Jenis-jenis Kepatuhan Pengobatan
Menurut Cramer (1991), kepatuhan pengobatan dibagi menjadi dua jenis, yaitu:- Kepatuhan penuh (Total Compliance). Pada keadaan ini penderita tidak hanya berobat secara teratur sesuai batas waktu yang ditetapkan melainkan juga patuh meminum obat secara teratur sesuai petunjuk.
- Pasien yang sama sekali tidak patuh (Non Complience). Pada keadaan ini pasien putus obat atau tidak mengkonsumsi obat sama sekali.
Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Pengobatan
Menurut Brunner dan Suddarth (2002), terdapat beberapa variabel yang menjadi faktor kepatuhan pengobatan, yaitu:- Variabel demografi, seperti usia, jenis kelamin, status sosio ekonomi dan pendidikan.
- Variabel penyakit, seperti keparahan penyakit dan hilangnya gejala akibat terapi.
- Variabel program teraupetik, seperti kompleksitas program dan efek samping yang tidak menyenangkan.
- Variabel psikososial, seperti intelegensia, sikap terhadap tenaga kesehatan, penerimaan, atau penyangkalan terhadap penyakit, keyakinan agama atau budaya, dan biaya finansial.
- Faktor komunikasi. Berbagai aspek komunikasi antara pasien dengan dokter mempengaruhi tingkat ketidaktaatan, misalnya informasi pengawasan yang kurang, ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter dan ketidakpuasan terhadap obat yang diberikan.
- Pengetahuan. Ketepatan dalam memberikan informasi secara jelas dan eksplisit terutama sekali penting dalam pemberian antibiotik. Karena seringkali pasien menghentikan obat tersebut setelah gejala yang dirasakan hilang bukan saat obat itu habis.
- Fasilitas Kesehatan. Fasilitas kesehatan merupakan sarana penting dimana dalam memberikan penyuluhan terhadap penderita diharapkan penderita menerima penjelasan dari tenaga kesehatan yang meliputi: jumlah tenaga kesehatan, gedung serba guna untuk penyuluhan dan lain-lain.
a. Keyakinan, sikap dan kepribadian
Ahli psikologi telah menyelidiki tentang hubungan antara pengukuran-pengukuran kepribadian dan kepatuhan. Mereka menemukan bahwa data kepribadian secara benar dibedakan antara orang yang patuh dengan orang yang gagal. Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mudah mengalami depresi, ansietas,kurang memperhatikan kesehatannya, memiliki kekuatan ego yang lebih lemah dan yang kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada dirinya sendiri.b. Pemahaman tentang instruksi
Tidak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang diberikan padanya. Penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 60% responden yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti tentang instruksi yang diberikan kepada mereka. Hal ini disebabkan oleh kegagalan profesional dalam memberikan informasi lengkap, penggunaan istilah-istilah medis dan memberikan banyak instruksi yang harus diingat oleh pasien.c. Kualitas Interaksi Kualitas interaksi antara profesional kesehatan dan pasien
merupakan bagian yang penting dalam menentukan derajat kepatuhan. Meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan pasien adalah suatu hal penting untuk memberikan umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis. Pasien membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini, apa penyebabnya dan apa yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu.d. Isolasi sosial dan keluarga
Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang program pengobatan yang dapat mereka terima. Keluarga juga memberi dukungan dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit.Strategi Meningkatkan Kepatuhan Pengobatan
Menurut Smet (1994), terdapat beberapa cara atau strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kepatuhan pengobatan, yaitu sebagai berikut:a. Penderita
Hal-hal yang perlu dilakukan oleh penderita untuk meningkatkan kepatuhan dalam pengobatan antara lain adalah sebagai berikut:- Meningkatkan kontrol diri. Penderita harus meningkatkan kontrol dirinya untuk meningkatkan ketaatannya dalam menjalani pengobatan, karena dengan adanya kontrol diri yang baik dari penderita akan semakin meningkatkan kepatuhannya dalam menjalani pengobatan. Kontrol diri dapat dilakukan meliputi kontrol berat badan, kontrol makan dan emosi.
- Meningkatkan efikasi diri. Efikasi diri dipercaya muncul sebagai prediktor yang penting dari kepatuhan. Seseorang yang mempercayai diri mereka sendiri untuk dapat mematuhi pengobatan yang kompleks akan lebih mudah melakukannya.
- Mencari informasi tentang pengobatan. Kurangnya pengetahuan atau informasi berkaitan dengan kepatuhan serta kemauan dari penderita untuk mencari informasi mengenai penyakitnya dan terapi medisnya, informasi tersebut biasanya didapat dari berbagai sumber seperti media cetak, elektronik atau melalui program pendidikan di rumah sakit. Penderita hendaknya benar-benar memahami tentang penyakitnya dengan cara mencari informasi penyembuhan penyakitnya tersebut.
- Meningkatkan monitoring diri. Penderita harus melakukan monitoring diri, karena dengan monitoring diri penderita dapat lebih mengetahui tentang keadaan dirinya seperti keadaan gula dalam darahnya, berat badan, dan apapun yang dirasakannya.
b. Tenaga medis
Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh tenaga medis untuk meningkatkan kepatuhan dalam menjalani pengobatan antara lain sebagai berikut:- Meningkatkan keterampilan komunikasi para dokter. Salah satu strategi untuk meningkatkan kepatuhan adalah memperbaiki komunikasi antara dokter dengan pasien. Ada banyak cara dari dokter untuk menanamkan kepatuhan dengan dasar komunikasi yang efektif dengan pasien.
- Memberikan informasi yang jelas kepada pasien tentang penyakitnya dan cara pengobatannya. Tenaga kesehatan, khususnya dokter adalah orang yang berstatus tinggi bagi kebanyakan pasien dan apa yang ia katakan secara umum diterima sebagai sesuatu yang sah atau benar.
- Memberikan dukungan sosial. Tenaga kesehatan harus mampu mempertinggi dukungan sosial. Selain itu keluarga juga dilibatkan dalam memberikan dukungan kepada pasien, karena hal tersebut juga akan meningkatkan kepatuhan.
- Pendekatan perilaku. Pengelolaan diri yaitu bagaimana pasien diarahkan agar dapat mengelola dirinya dalam usaha meningkatkan perilaku kepatuhan. Dokter dapat bekerja sama dengan keluarga pasien untuk mendiskusikan masalah dalam menjalani kepatuhan serta pentingnya pengobatan.
Daftar Pustaka
- Niven, Neil. 2002. Psikologi Kesehatan Keperawatan Pengantar untuk Perawat dan Profesional Kesehatan lain. Jakarta: EGC
- Pratita, D. Nurina. 2012. Hubungan Dukungan Pasangan Dan Health Locus Of Control Dengan Kepatuhan Dalam Menjalani Proses Pengobatan Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, Vol. 1, No. 5.
- Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: Gramedia Widiasarna Indonesia.
- Taylor, S.E. 1991. Health Psychology. Los Angeles: MGraw-Hill.
- Siregar., C. JP. dan Endang, S. 2006. Farmasi Klinik Teori dan Penerapan. Jakarta: EGC.
- Cramer, JA. 1991. Compliance In Medical Practice And Clinical Trail. New York: Raven Press.
- Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.