Conduct Disorder - Pengertian, Ciri, Jenis, Penyebab dan Terapi Pengobatan

Conduct disorder adalah sebuah pola atau gangguan perilaku yang menetap dan berulang, yang ditunjukkan dengan ciri-ciri berupa menyerang atau menyakiti orang lain, berperilaku tidak sesuai dengan norma dan nilai kebenaran yang dianut di masyarakat atau merusak dan melanggar kesusilaan lainnya.

Conduct Disorder (Pengertian, Ciri, Jenis, Penyebab dan Terapi Pengobatan)

Menurut Kearney (2003), gejala-gejala yang ditemukan pada anak-anak atau remaja yang mengalami conduct disorder, antara lain yaitu sebagai berikut; suka melakukan intimidasi pada orang lain, suka berkelahi, menggunakan senjata, melakukan kekerasan seksual, merusak barang milik diri sendiri dan orang lain, menyulut pertengkaran, berbohong, suka keluar malam, suka minggat dari rumah, bolos dari sekolah, mencuri dan melakukan kekerasan fisik pada orang lain atau hewan.

Sebutan untuk anak dengan gangguan tingkah laku (conduct disorder) mungkin masih jarang untuk didengar. Masyarakat kita lebih banyak menyebutnya dengan anak nakal. Dua hal itu hampir sama tapi berbeda, karena anak nakal belum tentu bisa dikatakan conduct disorder sedangkan anak dengan disorder conduct sudah pasti nakal, jadi bisa dikatakan anak nakal bagian dari anak conduct disorder.

Berikut definisi dan pengertian conduct disorder atau gangguan perilaku dari beberapa sumber buku: 

  • Menurut Wati dan Irjayanti (2015), conduct disorder adalah sebuah gangguan perilaku yang mana anak sulit membedakan yang mana yang benar atau salah serta baik dan buruk atas kesalahan yang telah dilakukan sehingga anak tersebut tidak merasa bersalah. 
  • Menurut Kearney (2003), conduct disorder adalah pola perilaku yang menetap dan berulang, ditunjukkan dengan perilaku yang tidak sesuai dengan nilai kebenaran yang dianut oleh masyarakat atau tidak sesuai dengan norma sosial untuk rata-rata seusianya. 
  • Menurut Robinson (2009), conduct disorder adalah pola perilaku menetap yang menyerang hak asasi orang lain dan melawan norma umum yang berlaku atau yang sesuai. Gangguan ini memiliki empat tanda-tanda utama, yaitu menyakiti manusia atau hewan, merusak milik orang lain, berbohong dan mencuri, dan melanggar norma sosial. 
  • Menurut Soejanto (2005), conduct disorder adalah perbuatan yang merugikan diri sendiri, juga merugikan masyarakat. Misalnya: Membolos, berbohong, mencuri, menipu, merusak, melanggar kesusilaan dan lainnya. 
  • Menurut Rehani (2012), conduct disorder adalah pola perilaku anti sosial yang bertahan yang melanggar hak-hak orang lain dan norma susila.

Ciri-ciri Conduct Disorder 

Menurut DSM-V (Diagnostic And Statistical Manual of Mental Disorders - V), conduct disorder adalah sebuah pola perilaku yang dilakukan secara berulang dimana hak-hak dasar orang lain atau norma atau aturan dalam masyarakat dilanggar, yang mana dimanifestasikan oleh keberadaan tiga dari 15 kriteria berikut dalam 12 bulan terakhir dan setidaknya 1 kriteria ada dalam 6 bulan terakhir.

Adapun ciri-ciri atau karakteristik anak atau remaja yang mengalami conduct disorder, ditandai dengan perilaku antara lain yaitu sebagai berikut:

a. Agresi terhadap hewan dan manusia 

  1. Sering menggertak, mengancam, atau mengintimidasi orang lain. 
  2. Sering memulai perkelahian fisik.
  3. Sering menggunakan senjata yang dapat melukai fisik serius seseorang (misalnya batu batako, pecahan botol, pisau, pistol). 
  4. Melakukan kekejaman fisik terhadap orang lain.
  5. Melakukan kekejaman fisik terhadap hewan.
  6. Sering berbuat kekerasan ketika menghadapi korban (mis: mencambuk, merampas tas, memeras perampokan bersenjata). 
  7. Memaksakan seseorang untuk melakukan aktivitas seksual.

b. Agresi merusak properti 

  1. Dengan sengaja melakukan pengrusakan fasilitas umum yaitu dengan cara menghancurkan dan membakarnya sehingga menyebabkan kerusakan serius.
  2. Dengan sengaja melakukan pengrusakan fasilitas umum yang tidak melibatkan api.

c. Agresi penipuan dan pencurian 

  1. Sering membobol rumah, gedung atau mobil orang. 
  2. Sering kali melakukan penipuan untuk memperoleh barang atau bantuan dari orang lain dengan menghindari kewajiban.

c. Agresi Pelanggaran yang serius 

  1. Sering berada di luar rumah pada malam hari meskipun ada larangan orang tua, yang dimulai pada usia 13 tahun. 
  2. Telah melarikan diri dari rumah semalaman setidaknya dua kali saat tinggal di rumah sewaan atau pengasuh orang tua atau sekali tanpa kembali untuk periode yang panjang.
  3. Sering bolos dari sekolah dimulai sebelum usia 13 tahun.

Jenis dan Tingkatan Conduct Disorder 

Menurut Wati dan Irjayanti (2015), conduct disorder terdiri dari tiga jenis, yaitu: 

  1. Conduct disorder dalam keluarga, meliputi perilaku abnormal baik dalam kategori sedang maupun tinggi dan batasan interaksi dalam keluarga. 
  2. Conduct disorder terisolasi, meliputi perilaku agresif dan sosial yang terjadi secara terus-menerus yang tidak hanya terkait perilaku menyimpang dan melawan serta terjadi pada individu yang terintegrasi dengan baik sebagai rekan dalam kelompoknya. 
  3. Conduct disorder tidak terisolasi, meliputi perilaku agresif dan sosial yang terjadi secara terus-menerus dengan abnormalitas yang dapat bergerak secara signifikan dalam hubungannya dengan anak-anak lain.

Menurut DSM-V (Diagnostic And Statistical Manual of Mental Disorders - V), tingkat keparahan penderita conduct disorder dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu: 

  1. Mild (ringan). Tingkat masalah yang ditimbulkan sangat kecil dan ketika seseorang melakukan kesalahan kerusakan yang ditimbulkan relatif kecil kepada orang lain (misalnya: berbohong, pembolosan, tetap keluar meskipun tanpa izin, melanggar aturan lain). 
  2. Moderate (sedang). Jumlah masalah perilaku dan pengaruh yang ditimbulkan kepada orang lain adalah antara mild dan severe (misalnya, mencuri tanpa menghadapi korban, vandalisme). 
  3. Severe (berat atau parah). Banyak melakukan masalah lebih dari yang diperlukan untuk membuat sebuah diagnosis atau melakukan masalah yang menyebabkan kerusakan besar pada orang lain (misalnya: seks paksa dan kekerasan fisik).

Faktor Penyebab Conduct Disorder 

Menurut Kearey (2003), terdapat beberapa faktor yang dianggap menyadi penyebab terjadinya conduct disorder pada anak-anak dan remaja, antara lain yaitu sebagai berikut:

a. Karakteristik Kepribadian 

Remaja yang menderita conduct disorder, pada masa kecilnya seringkali mengalami gangguan dalam hubungan sosial yang disebabkan oleh banyak faktor. Penderita conduct disorder cenderung over estimate akan kemampuan diri sendiri, merasa superior dan kurang ekspektasi sosialnya, cenderung sangat disorganisasi dalam pekerjaan sehari-hari dan sulit diprediksi situasi kehidupan mereka selanjutnya. Mereka kurang respek terhadap orang lain dan cenderung mendominasi orang. Mereka tumpul, tidak menyenangkan dan tidak sabar. Mereka cenderung salah menginterpretasi maksud orang lain dan tidak toleran terhadap perbedaan dan kesalahan orang lain. Mereka memiliki suasana hati yang tidak stabil, pesimis dan berperilaku yang tidak menentu. Kemarahan juga menjadi ciri anak/remaja yang mengalami conduct disorder dan ini merupakan hubungan yang negatif pada masa kecil dan dapat menetap sepanjang hidupnya.

b. Temperamen dan Karakter 

Temperamen merupakan salah satu risiko awal untuk terjadinya conduct disorder. Anak yang mengalami conduct disorder memiliki temperamen yang keras yang disebabkan oleh faktor genetik. Temperamen didefinisikan sebagai perbedaan-perbedaan individual yang menetap dalam kualitas dan intensitas reaksi emosional, tingkat aktivitas dan perhatian serta pengaturan emosional. Hal ini mau tidak mau harus dihadapi oleh orang tua dan pengasuh. Jika orang tua dan pengasuh tidak siap menghadapinya ini dapat menjadi faktor risiko yang mengganggu fase awal perkembangan. Kelekatan merupakan tonggak yang pokok dalam perkembangan. Jika tonggak ini terusik/terganggu maka jalur perkembangan si anak juga terganggu dan ke depan akan menimbulkan perkembangan karakter dengan pola pemikiran, perasaan dan kepercayaan yang negatif.

c. Fungsi Kognitif 

Hubungan antara fungsi kognitif dengan conduct disoder merupakan sesuatu yang kompleks. Fungsi kognitif merupakan proses berpikir seseorang atau pola/cara berpikirnya. Fungsi kognitif berhubungan dengan tingkat intelegensi seseorang yang dipengaruhi oleh genetik dan lingkungan. Ini menimbulkan perdebatan antara pendapat mengenai pengaruh genetik dengan pola asuh/lingkungannya. Fungsi kognitif merupakan proses perkembangan yang berlangsung secara terus menerus sepanjang hidup. Banyak psikolog atau ahli psikologi sependapat bahwa pada masa anak dan remaja terdapat masa-masa dimana proses perkembangan melalui tahapan kritis. Ada tugas-tugas tertentu yang harus dijalani pada setiap fase ini. Untuk melakukannya, seseorang harus dapat mengatasi proses-proses kompleks dalam menginterpretasi pesan-pesan dari lingkungan sekitarnya dalam suatu pola yang membutuhkan fleksibilitas dan kepercayaan.

d. Organik dan Neurologis 

Kebanyakan literatur mengenai conduct disorder, menitikberatkan pada hubungan faktor-faktor psikologis dan sosial. Suatu model perkembangan yang juga penting untuk diperhatikan secara berimbang yaitu faktor/bidang neurologis dan hal-hal yang berkaitan dengan otak (organ otak). Terdapat pemahaman yang terbatas mengenai hubungan fungsi otak dengan conduct disorder. Tapi bagaimana pun terdapat cukup bukti untuk menerangkan bahwa seorang remaja dapat mengalami conduct disorder sebagai akibat fungsi neorologis yang abnormal. Abnormalitas-abnormalitas tersebut belakangan ini telah dapat diprediksi dan diketahui dengan baik.

e. Dinamika Keluarga 

Meskipun faktor biologis berperan dalam conduct disorder, namun variabel genetik dan kondisi keluarga tampaknya juga menjadi faktor yang dominan bagi terbentuknya conduct disorder. Banyak dari anak dan orang dewasa yang mengalami conduct disorder ternyata dulunya mengalami penolakan, kekerasan, pelecehan seksual, kemiskinan, gelandangan dan lain sebagainya. Oleh karena itu, kita perlu menelaah lebih jauh tentang pola yang komprehensif antara individu dan keluarganya. Dalam masalah dinamika keluarga, kita harus mempertimbangkan perlunya melihat keadaan satu generasi.

f. Faktor Sosial dan Lingkungan 

Perilaku bermasalah seseorang yang mengalami conduct disorder akan mempengaruhi diri dan keluarganya. Kondisi lingkungan/sosial tidak hanya dalam satu arah mempengaruhi masalah perilaku, kognitif dan emosional. Tapi secara timbal balik gangguan perilaku tersebut memberikan dampak negatif terhadap lingkungan dan sosial. Masyarakat akan mulai menyimpan kemarahan/perasaan tidak suka terhadap mereka yang mengalami conduct disorder dan membuat mereka tergerak untuk menjaga jarak terhadap mereka. Ini akan mengganggu perkembangan remaja yang mengalami conduct disorder.

Terapi dan Pengobatan Conduct Disorder 

Menurut Wati dan Irjayanti (2015), terapi dan pengobatan yang dapat dilakukan untuk menyembuhkan perilaku conduct disorder antara lain yaitu sebagai berikut:

  1. Training untuk orang tua sehingga dapat mengetahui dan mengenali perilaku anaknya yang mengalami conduct disorder.
  2. Training keluarga untuk lebih peka antara satu dan yang lain sehingga gangguan conduct disorder pada anak dapat diminimalisir.
  3. Training tentang keterampilan dalam memecahkan masalah untuk para penderita conduct disorder.
  4. Community base service merupakan sebuah terapi yang dikhususkan untuk anak-anak conduct disorder yang mengalami masalah dalam keluarga maupun lingkungannya.
  5. Mengkonsumsi obat: Untuk meminimalisir gejala yang terjadi pada anak penderita conduct disorder. Dalam hal ini jika penderita conduct disorder sudah sangat parah.

Daftar Pustaka

  • Kearney, C.A. 2003. Casebook In Child Behavior Disorder. Las Vegas: University of Nevada.
  • Wati, E.R., dan Irjayanti, R.O. 2015. Rancang Bangun Aplikasi Sistem Pakar untuk Menentukan Jenis Gangguan Perkembangan pada Anak (Study Kasus Taman Kanak-Kanak Islamiyah Sukoharjo). Jurnal TAM (Technology Acceptance Model).
  • Soekanto, Soerjono. 2005. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.
  • Rohani, Ahmad. 2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
  • American Psychiatric Association. 2013. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder Edition (DSM-V). Washington: American Psychiatric Publishing.

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama