Populasi dan Sampel Penelitian - Pengertian, Proses, Teknik Pengambilan dan Rumus

Populasi adalah keseluruhan, totalitas atau generalisasi dari satuan, individu, objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang akan diteliti, yang dapat berupa orang, benda, institusi, peristiwa, dan lain-lain yang di dalamnya dapat diperoleh atau dapat memberikan informasi (data) penelitian yang kemudian dapat ditarik kesimpulan.

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi bukan hanya orang atau makhluk hidup, akan tetapi juga benda-benda alam yang lainnya. Populasi juga bukan hanya sekedar jumlah yang ada pada obyek atau subyek yang dipelajari, akan tetapi meliputi semua karakteristik, sifat-sifat yang dimiliki oleh obyek atau subyek tersebut. Bahkan satu orang pun bisa digunakan sebagai populasi, karena satu orang tersebut memiliki berbagai karakteristik, misalnya seperti gaya bicara, disiplin, pribadi, hobi, dan lain sebagainya.

Dalam sebuah penelitian populasi harus didefinisikan dengan jelas; apa atau siapa, dimana atau kapan. Apa atau siapa lebih kepada isi dari penelitian, sedangkan dimana diartikan sebagai luasan penelitian, dan kapan dimaksudkan sebagai waktu.

Berikut definisi dan pengertian populasi penelitian dari beberapa sumber buku: 

  • Menurut Djarwanto (1994), populasi adalah jumlah keseluruhan dari satuan-satuan atau individu-individu yang karakteristiknya hendak diteliti, dan satuan-satuan tersebut dinamakan unit analisis, dapat berupa orang-orang, institusi-institusi, benda-benda, dst. 
  • Menurut Handayani (2020), populasi adalah totalitas dari setiap elemen yang akan diteliti yang memiliki ciri sama, bisa berupa individu dari suatu kelompok, peristiwa, atau sesuatu yang akan diteliti. 
  • Menurut Ismiyanto (2003), populasi adalah keseluruhan subjek atau totalitas subjek penelitian yang dapat berupa; orang, benda, suatu hal yang di dalamnya dapat diperoleh dan atau dapat memberikan informasi (data) penelitian.
  • Menurut Sugiyono (2006), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas, obyek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Pengertian Sampel Penelitian 

Sampel adalah wakil atau sebagian dari populasi yang memiliki sifat dan karakteristik yang sama bersifat representatif dan menggambarkan populasi sehingga dianggap dapat mewakili semua populasi yang diteliti. Teknik pengambilan sampel berguna untuk membantu para peneliti dalam melakukan generalisasi terhadap populasi yang diwakili.

Sampel merupakan sebagai bagian kecil dari anggota populasi yang diambil menurut prosedur tertentu yang dapat mewakili populasinya. Sampel digunakan jika populasi yang di teliti besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari seluruh populasi. Kendala tersebut dapat terjadi karena adanya keterbatasan biaya, tenaga dan waktu yang di miliki peneliti. Sampel yang akan digunakan dari populasi haruslah benar-benar dapat mewakili populasi yang diteliti.

Berikut definisi dan pengertian sampel penelitian dari beberapa sumber buku: 

  • Menurut Djarwanto (1994), sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diteliti. Sampel yang baik, yang kesimpulannya dapat dikenakan pada populasi, adalah sampel yang bersifat representatif atau yang dapat menggambarkan karakteristik populasi. 
  • Menurut Siyoto dkk (2015), sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut, ataupun bagian kecil dari anggota populasi yang diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya. 
  • Menurut Arikunto (2006), sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Jika kita hanya akan meneliti sebagian dari populasi, maka penelitian tersebut disebut penelitian sampel.
  • Menurut Sudjana dan Ibrahim (2001), sampel adalah sebagian dari populasi terjangkau yang memiliki sifat yang sama dengan populasi.

Alasan Pengambilan Sampel 

Sampling adalah kegiatan menentukan sampel. Sebuah penelitian tidak perlu melibatkan semua populasi. Dengan pertimbangan akademik dan non-akademik, populasi dapat diwakili oleh sebagian anggotanya yang disebut sampel. Meskipun demikian hasil penelitian tidak akan berkurang bobot dan akurasinya karena sampel memiliki karakter yang sama dengan populasi sehingga informasi yang digali dari sampel sama dengan karakter yang berlaku pada populasi.

Sampling tidak mengurangi bobot hasil penelitian. Bobot hasil penelitian akan tetap terjamin asalkan sampling dilakukan dengan benar, sebagaimana diuraikan pada bagian lain bab ini. Hal itu sejalan dengan pengertian bahwa sampel merupakan nilai-nilai yang menggambarkan karakteristik sampel sebagai nilai statistik sampel itu. Hal itu berarti bahwa hasil yang disimpulkan berdasarkan data yang diperoleh dari sampel akan mewakili populasinya. Dengan kata lain, inferensi statistik akan menjamin bobot hasil penelitian.

Menurut Winarno (2013), beberapa alasan pertimbangan penggunaan dan pengambilan sampel penelitian adalah sebagai berikut:

a. Penghematan Biaya 

Besaran jumlah anggota sampel dalam penelitian berimplikasi pada biaya. Pelibatan jumlah anggota populasi yang besar memerlukan biaya yang lebih besar dari pada pelibatan jumlah anggota populasi yang kecil. Dengan mengambil sebagian anggota populasi, penghematan biaya dapat dilakukan. Makin sedikit jumlah anggota yang diambil sebagai sampel, makin banyak penghematan yang dapat dilakukan.

b. Penghematan Waktu 

Dengan sampling, waktu yang digunakan untuk melaksanakan penelitian dapat dihemat. Waktu yang digunakan dalam penelitian yang menggunakan sampel lebih sedikit daripada waktu penelitian yang tidak menggunakan sampel. Hal itu juga berarti bahwa makin sedikit sampel yang dilibatkan, makin banyak waktu yang dapat dihemat.

c. Penghematan Tenaga 

Dengan menggunakan sampling, maka tenaga yang dibutuhkan untuk penelitian dengan sampling lebih sedikit dibandingkan dengan yang tanpa sampling. Makin sedikit sampel yang dilibatkan, maka tenaga yang dibutuhkan juga makin sedikit.

d. Jaminan Ketelitian dan Bobot Hasil 

Dalam kaitan dengan jaminan ketelitian, sampling memungkinkan hasil kerja penelitian lebih intens dan lebih teliti dibandingkan dengan tanpa sampling. Kegiatan penelitian dengan menjangkau subjek yang sedikit memungkinkan diperolehnya banyak informasi yang relatif mendalam dibandingkan dengan subjek penelitian yang besar.

Proses Pengambilan Sampel 

Proses pengambilan sampel berguna untuk membantu para peneliti dalam melakukan generalisasi terhadap populasi yang diwakili sehingga sampel didefinisikan sebagai bagian dari populasi dari mana data diambil secara langsung. Generalisasi ialah penarikan kesimpulan dari suatu hal yang jumlah elemennya lebih sedikit sampel, ke suatu hal yang jumlah elemennya lebih banyak atau lebih luas populasi.

Menurut Handayani (2020), terdapat tiga tahap yang harus dilalui dalam proses pengambilan sampel, yaitu sebagai berikut: 

  1. Definisikan populasi sasaran. Populasi sasaran seharusnya sudah ditemukan oleh peneliti ketika menemukan masalah dan masalah penelitian. Populasi sasaran adalah kumpulan atau elemen yang memiliki informasi penelitian. Hasil penelitian dari populasi akan menghasilkan sebuah kesimpulan inferensial bagi kumpulan atau populasi tersebut. 
  2. Tentukan bingkai sampel. Sample frame atau bingkai sampel merupakan wakil dari kumpulan atau elemen populasi sasaran. Contohnya peta provinsi dengan nama kabupaten atau daftar pustaka dengan judul buku dan pengarangnya. 
  3. Tentukan jumlah sampel. Merupakan elemen yang akan dimasukkan dalam sampel. Besaran jumlah sampel sangat dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya adalah tujuan penelitian. Jika penelitian itu bersifat deskriptif, biasanya membutuhkan jumlah sampel yang besar. Namun jika hanya untuk menguji hipotesis, jumlah sampelnya tidak perlu besar. Semakin besar jumlah sampel maka akan semakin besar kekuatan statistiknya. Sebaliknya, semakin kecil jumlah sampel tentunya akan semakin kecil kekuatan statistiknya sehingga akan mempengaruhi hasil penelitian.

Teknik Pengambilan Sampel 

Menurut Handayani (2020) teknik pengambilan sampel atau biasa disebut dengan sampling adalah proses menyeleksi sejumlah elemen dari populasi yang diteliti untuk dijadikan sampel, dan memahami berbagai sifat atau karakter dari subjek yang dijadikan sampel, yang nantikan dapat dilakukan generalisasi dari elemen populasi.

Teknik sampling ada dua bagian, yaitu probability sampling dan non probability sampling. Adapun penjelasan dan jenis-jenis teknik pengambilan sampel atau sampling adalah sebagai berikut:

a. Teknik sampling secara probabilitas (Probability Sampling) 

Menurut Kuntjojo (2009), teknik sampling probabilitas atau random sampling merupakan teknik sampling yang dilakukan dengan memberikan peluang atau kesempatan kepada seluruh anggota populasi untuk menjadi sampel. Dengan demikian sampel yang diperoleh diharapkan merupakan sampel yang representatif. Teknik sampling ini lebih mampu untuk dilakukan generalisasi pada hasil penelitian. Namun biasanya dilakukan untuk populasi yang anggotanya bisa dihitung.

Adapun jenis-jenis teknik sampling secara probabilitas adalah sebagai berikut: 

  1. Sampling random sederhana (Simple random sampling). Dikatakan simple atau sederhana sebab pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak, tanpa memperhatikan strata yang terdapat dalam populasi tersebut. Teknik pengambilan sampel jenis ini dilakukan jika anggota populasi yang kecil dan dianggap homogen. Cara paling populer yang dipakai dalam proses penarikan sampel random sederhana adalah dengan melalui undian. Hasil penelitian memiliki tingkat generalisasi yang tinggi namun tidak seefisien stratified sampling. 
  2. Sampling sistematic (Sistematic sampling). Hampir sama dengan random sampling, hanya saja sistematis memilih angka random dari tabel. Prosedur ini berupa penarikan sampel dengan cara mengambil setiap kasus (nomor urut) yang ke sekian dari daftar populasi. Sampling jenis ini mudah untuk digunakan bila sampel frame populasinya baik. Kelemahannya terjadi bias cukup tinggi. 
  3. Sampling secara rambang proporsional (Proportionate stratified random sampling). Salah satu teknik yang digunakan jika populasi mempunyai anggota atau unsur yang tidak homogen serta berstrata secara proporsional. Adapun cara pengambilannya dapat dilakukan secara undian maupun sistematis. Populasi harus diartikan sesuai segmennya: Proporsional diambil dari anggota populasi yang sebenarnya Populasi diambil dari anggota populasi lainnya. 
  4. Sampling secara kluster (Cluster sampling). Ada kalanya peneliti tidak tahu persis karakteristik populasi yang ingin dijadikan subjek penelitian karena populasi tersebar di wilayah yang amat luas. Untuk itu peneliti hanya dapat menentukan sampel wilayah, berupa kelompok klaster yang ditentukan secara bertahap. Teknik pengambilan sampel semacam ini disebut cluster sampling atau multi-stage sampling. Teknik sampling ini dipakai untuk menentukan sampel jika objek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, seperti misalnya penduduk dari suatu negara, provinsi atau dari suatu kabupaten.

b. Teknik sampling secara non-probabilitas (Non Probability Sampling) 

Menurut Kuntjojo (2009), teknik sampling non-probabilitas adalah teknik pengambilan sampel yang ditemukan atau ditentukan sendiri oleh peneliti atau menurut pertimbangan pakar. Sampling ini adalah teknik yang tidak memberikan peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.

Adapun jenis-jenis teknik sampling secara non-probabilitas adalah sebagai berikut: 

  1. Sampling Sistematis. Suatu teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. 
  2. Sampling Kuota. Teknik untuk menentukan sampel yang berasal dari populasi yang memiliki ciri-ciri tertentu sampai jumlah kuota yang diinginkan. Seperti misalnya, jumlah sampel laki-laki sebanyak 70 orang maka sampel perempuan juga sebanyak 70 orang.
  3. Sampling aksidental. Suatu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat dipakai sebagai sampel, jika dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok untuk dijadikan sebagai sumber data. 
  4. Purposive Sampling. Suatu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu atau seleksi khusus. Seperti misalnya misalnya, kamu meneliti kriminalitas di Kota atau daerah tertentu, maka kamu mengambil informan yaitu Kapolresta kota atau daerah tersebut, seorang pelaku kriminal dan seorang korban kriminal yang ada di kota tersebut. 
  5. Sampling Jenuh. Suatu teknik penentuan sampel jika semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering sekali dilakukan jika jumlah populasi relatif kecil atau sedikit, yaitu kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang relatif kecil. 
  6. Sampling Snowball. Teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil atau sedikit, lalu kemudian membesar. Atau sampel berdasarkan penelusuran dari sampel yang sebelumnya. Seperti misalnya, penelitian mengenai kasus korupsi bahwa sumber informan pertama mengarah kepada informan kedua lalu informan seterusnya.

Rumus dan Jumlah Pengambilan Sampel 

Menurut Priyono (2016), terdapat beberapa hal yang memengaruhi berapa besar sampel harus diambil, yaitu sebagai berikut: 

  1. Heterogenitas dari populasi. Semakin heterogen sebuah populasi, jumlah sampel yang diambil pun harus semakin besar sehingga seluruh karakteristik populasi dapat terwakili. 
  2. Jumlah variabel yang digunakan. Semakin banyak jumlah variabel yang ada, jumlah sampel yang diambil pun harus semakin besar. Hal ini mengingat adanya persyaratan pengujian hubungan (misalnya dengan chi_square test of independent yang tidak memungkinkan adanya sel dengan nilai yang diharapkan kurang dari 1 yang dalam perhitungannya dipengaruhi oleh besaran sampel). 
  3. Teknik penarikan sampel yang digunakan. Jika kita menggunakan teknik penarikan sampel acak sederhana, otomatis jumlah sampel tidak terlalu berpengaruh dibandingkan dengan penggunaan teknik penarikan sampel acak terlapis. Semakin banyak lapisan membutuhkan sampel yang lebih besar pula.

Rumus pengambilan sampel untuk populasi yang sudah diketahui jumlahnya dapat menggunakan rumus Slovin (Priyono, 2016), yaitu:

Rumus Slovin Pengambilan Sampel Penelitian

Keterangan: 

  • n : Jumlah sampel. 
  • N : Jumlah populasi. 
  • E : Nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan penarikan sampel).

Contoh: 

Populasi dalam suatu penelitian adalah keluarga yang memiliki kartu Sehat di wilayah kerja puskesmas Baktijaya Depok yang berjumlah 1.087 keluarga. Dengan menggunakan rumus Slovin dengan nilai kritis sebesar l0%, jumlah sampel yang dibutuhkan adalah 91,57. Karena jumlah keluarga merupakan variabel diskret, maka 91,57 dibulatkan menjadi 92 keluarga.

Rumus di atas digunakan jika jumlah populasi sudah diketahui. Apabila jumlah populasi tidak diketahui maka dapat digunakan rumus di bawah ini (Handayani, 2020):

Rumus Pengambilan Sampel Populasi tidak diketahui

Keterangan: 

  • Z : Z tabel dengan tingkat signifikansi tertentu. 
  • P : Proporsi populasi yang diharapkan memiliki karakteristik tertentu. 
  • Q : Proporsi populasi yang diharapkan tidak memiliki karakteristik tertentu. 
  • d : Tingkat kesalahan yang dapat ditolerir.

Contoh: 

Dari studi penjajagan terhadap 100 konsumen diketahui bahwa 50% berkeinginan membeli sampo dengan kemasan baru, perusahaan ingin meneliti dengan jumlah yang lebih besar untuk memprediksi potensi konsumen. Jika menggunakan tingkat signifikansi 5% dan tingkat kesalahan 5% maka ukuran sampel yang dibutuhkan adalah:

n = (2,58)² {(50x50) / 5²

n = 1.849,15 = 1.850

Daftar Pustaka

  • Djarwanto. 1994. Pokok-Pokok Metode Riset dan Bimbingan Teknis Penulisan Skripsi. Yogyakarta: Liberty.
  • Handayani, Ririn. 2020. Metodologi Penelitian Sosial. Yogyakarta: Trussmedia Grafika.
  • Ismiyanto. 2003. Metode Penelitian. Semarang: FBS UNNES Jamaluddin.
  • Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
  • Siyoto, Sandu dan Sodik, M. Ali. 2015. Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Literasi Media Publishing.
  • Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
  • Sudjana, Nana dan Ibrahim. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
  • Winarno. 2013. Metodologi Penelitian dalam Pendidikan Jasmani. Malang: UM Press.
  • Kuntjojo. 2009. Metodologi Penelitian. Kediri: Universitas Nusantara PGRI.
  • Priyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif. Sidoarjo: Zifatama Publishing.
Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama