Kecanduan game (game addiction) adalah suatu kondisi atau perilaku seseorang yang dilakukan secara berulang kali, berlebihan atau kompulsif dalam bermain game lebih dari 3 jam sehari atau 35 jam per minggu yang menyebabkan individu menjadi tidak terkendali, terus-menerus memikirkan, dan tidak terkontrol yang dilakukan untuk mendapatkan kepuasan tertentu hingga pada akhirnya berpotensi menimbulkan dampak negatif baik fisik maupun psikorasional.
Kecanduan game merupakan suatu keadaan seseorang yang terikat pada kebiasaan yang sangat kuat dan tidak bisa lepas untuk bermain game, dari waktu ke waktu akan terjai peningkatan frekuensi, durasi atau jumlah dalam melakukan hal tersebut, tanpa memedulikan konsekuensi-konsekuensi negatif yang ada pada dirinya. Walaupun pada awalnya game ditunjukkan untuk anak-anak dan remaja, tetapi tidak sedikit orang dewasa sering memainkannya bahkan banyak orang dewasa. Game dapat membawa dampak yang besar terhadap perkembangan jiwa seseorang karena dengan bermain game seseorang dapat melupakan interaksi dengan lingkungan sekitar.
Berikut definisi dan pengertian kecanduan game atau game addiction dari beberapa sumber buku:
- Menurut Siregar (2013), kecanduan game adalah salah satu bentuk adiksi yang disebabkan oleh adanya pemikiran secara terus menerus sehingga menimbulkan perilaku yang excessive dimana pemain menunjukkan motivasi tinggi dalam bermain dan pemain dapat menghabiskan waktu lebih dari 35 jam per minggu untuk bermain.
- Menurut Yee (2006), kecanduan game adalah perilaku seseorang yang ingin terus bermain game dan menghabiskan banyak waktu serta dimungkinkan individu yang bersangkutan tidak mampu mengontrol atau mengendalikannya.
- Menurut Aini dkk (2001), kecanduan game adalah suatu kondisi yang mengacu pada suatu aktivitas atau perilaku yang dilaksanakan oleh seseorang secara berulang kali, berlebihan atau kompulsif yang menyebabkan seseorang individu menjadi tidak terkendali dan kehilangan kontrol terhadap sesuatu yang dilakukan untuk mendapatkan kepuasan tertentu hingga pada akhirnya berpotensi menimbulkan dampak negatif baik fisik maupun psikorasional.
- Menurut Weinstein (2010), kecanduan game adalah menggunakan game secara berlebihan atau komplusif yang berpengaruh pada kehidupan sehari-hari. Seseorang yang mengalami kecanduan pada game akan menggunakan game secara terus menerus, mengisolasi diri dari kontak sosial, dan lebih fokus untuk pencapaian dalam bermain game dan mengabaikan hal-hal lainnya.
Ciri-ciri Kecanduan Game
Menurut Siregar (2013), seseorang dikatakan mengalami kecanduan game atau game addiction apabila memenuhi beberapa kriteria dengan ciri-ciri sebagai berikut:
- Preokupasi dalam bermain game termasuk didalamnya bermain kembali walaupun sudah pernah dimainkan dan berencana untuk bermain ke tahapan selanjutnya.
- Kebutuhan untuk bermain meningkat seiring berjalannya waktu guna mencapai kepuasan.
- Ketidakmampuan untuk mengobrol, menghindari ataupun berhenti bermain games.
- Merasa resah, marah, gelisah ketika berusaha untuk menghentikan permainan.
- Bermain game merupakan salah satu cara untuk menghindar dari masalah ataupun perasaan bersalah, helplessness, kecemasan dan depresi.
- Setelah selesai bermain, kembali memainkannya kembali kepada hari lain untuk membuat progres yang lebih baik atau mendapatkan skor lebih tinggi (chasing).
- Berbohong pada anggota keluarga, terapis ataupun orang lain yang terlibat ketika individu ingin bermain.
- Berkaitan dengan tindakan illegal, seperti mencuri, butuh uang untuk bermain.
- Kehilangan hubungan yang signifikan, seperti pekerjaan, pendidikan, ataupun kesempatan karir karena bermain.
- Membutuhkan orang lain dalam mengatur keuangannya untuk meringankan bebannya dalam mengatur keuangannya disebabkan oleh bermain game.
- Menghabiskan waktu lebih dari 35 jam per minggu untuk bermain. Dan kriteria game addiction terpenuhi paling sedikit dalam waktu 6 bulan.
Adapun menurut Laili dan Nuryono (2015), ciri-ciri anak atau remaja yang mengalami gangguan kecanduan game adalah sebagai berikut:
- Bermain game yang sama bisa lebih dari 3 jam sehari.
- Rela mengeluarkan banyak uang untuk bermain game.
- Lebih dari 1 bulan masih tetap bermain game yang sama.
- Bisa punya teman atau komunitas sesama pecinta game tersebut.
- Kesal dan marah jika dilarang total bermain game tersebut.
- Senang menularkan hobi ke orang lain di sekitarnya.
- Sangat antusias sekali jika ditanya masalah game tersebut.
- Anak lebih banyak menghabiskan waktu bermain game pada jam-jam di luar sekolah.
- Tertidur di sekolah, sering tidak mengerjakan tugas sekolah dan nilai menjadi jelek.
- Lebih memilih bermain game dari pada bermain dengan teman.
Aspek-aspek Kecanduan Game
Menurut Lemmens dkk (2009), aspek-aspek yang digunakan untuk menjelaskan kecanduan game adalah sebagai berikut:
a. Salience (Arti)
Aspek dimana bermain game menjadi kegiatan yang paling penting dalam kehidupan seseorang dan mendominasi pikirannya (keasyikan), perasaan, dan perilaku (penggunaan yang berlebihan). Pemain game akan selalu terpikir dengan game yang sedang dimainkan karena telah menjadi salah satu hal yang penting baginya, sehingga sebagian besar waktu luangnya akan digunakan untuk bermain game.
b. Tolerance (Toleransi)
Tolerance adalah sikap menerima keadaan diri kita ketika melakukan suatu hal. Biasanya toleransi ini berkenaan dengan pelebaran batas jumlah waktu yang digunakan atau dihabiskan untuk melakukan kegiatan yang dalam hal ini adalah bermain game. kebanyakan pemain game tidak akan berhenti bermain hingga merasa puas dalam memainkan game.
c. Mood Modification (Modifikasi Mood)
Dimensi ini sebelumnya diberi label euphoria, mengacu pada buzz atau tinggi yang berasal dari suatu kegiatan. Namun, modifikasi suasana hati juga dapat mencakup penenang dan-atau perasaan santai yang terkait dengan pelarian dari permasalahan dan stres, yang menjadi pengalaman subjektif seseorang akibat bermain game. Pemain game akan merasakan suatu perubahan mood yang meningkat dan membaik ketika ia mulai bermain game.
d. Relapse (Pengulangan)
Aspek ini berkaitan dengan kecenderungan pemain untuk berulang kali kembali ke pola awal dari bermain game. Pola bermain yang berlebihan dengan cepat dipulihkan setelah periode pantang atau kontrol. Ketika pemain game berusaha untuk mengurangi waktu bermainnya, pada tahap kecanduan pemain akan selalu kembali ke pola awal dan gagal dalam usahanya untuk mengurangi waktu maupun intensitas bermainnya.
e. Withdrawal (Penarikan)
Aspek ini berkaitan dengan adanya emosi tidak menyenangkan dan-atau efek fisik yang terjadi ketika bermain game tiba-tiba berkurang atau dihentikan. Oleh karena itu pemain game akan semakin kesulitan dalam menarik dirinya dari kebiasaan bermain game yang berlebihan.
f. Conflict (Konflik)
Aspek ini mengacu pada semua konflik antar pribadi dihasilkan dari bermain game yang berlebihan. Konflik terjadi antara pemain dan orang-orang di sekitarnya. Konflik dapat mencakup argumen dan pengabaian atau juga kebohongan. Ketika pemain dalam tahap kecanduan, mereka akan mengabaikan kehidupan sosialnya demi fokus pada aktivitas gamingnya. Hal tersebut tentu saja membuatnya memiliki konflik dengan orang-orang di sekitarnya.
g. Problem (Masalah)
Aspek ini mengacu pada masalah yang disebabkan karena bermain game berlebihan. Masalah dengan lingkungan sosial, maupun yang timbul dalam diri individu, seperti konflik intrapsikis dan perasaan subjektif dari hilangnya kontrol. Masalah-masalah yang dapat dihadapi oleh pecandu game dapat bersifat fisik maupun sosial. Secara fisik, pemain yang berlebihan dalam bermain game akan mengganggu tidur dan kebutuhan lainnya, sehingga akan mengganggu kerja tubuh yang membutuhkan istirahat dan pemenuhan kebutuhan yang cukup. Pecandu juga akan mengalami masalah dengan sosial seperti yang disebutkan dalam aspek konflik sebelumnya. Selain itu juga permasalahan dalam kegiatan lainnya misalnya masalah pekerjaan atau perkuliahan bagi mahasiswa.
Faktor Penyebab Kecanduan Game
Menurut Yee (2005), terdapat beberapa faktor yang menyebabkan seseorang kecanduan game, yaitu sebagai berikut:
- Relationship, didasari oleh keinginan untuk berinteraksi dengan permainan, serta adanya kemauan seseorang untuk membuat hubungan yang mendapat dukungan sejak awal, dan yang mendekati masalah-masalah dan isu-isu yang terdapat di kehidupan nyata.
- Manipulation, didasari oleh pemain yang membuat pemain lain sebagai objek dan memanipulasi mereka untuk kepuasan dan kekayaan diri. Pemain yang didasari oleh faktor ini, sangat senang berlaku curang, mengejek dan mendominasi pemain lain.
- Immersion, didasari oleh pemain yang sangat menyukai menjadi orang lain. Mereka senang dengan alur cerita dari dunia khayal dengan menciptakan tokoh yang sesuai dengan cerita sejarah dan tradisi dunia tersebut.
- Escapism, didasari oleh pemain yang senang bermain di dunia maya hanya sementara untuk menghindar, melupakan dan pergi dari stres dan masalah di kehidupan nyata.
- Achievement, didasari oleh keinginan untuk menjadi kuat di lingkungan dunia virtual, melalui pencapaian tujuan dan akumulasi dan item-item yang merupakan simbol kekuasaan.
Sedangkan menurut Young (2011), terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab seseorang mengalami kecanduan game, antara lain yaitu sebagai berikut:
- Rendahnya self-esteem. Seseorang yang mengalami kecanduan game akan memersepsikan dirinya sendiri lebih buruk dari pada karakter gamenya, dan mereka akan memersepsikan karakter game mereka lebih buruk dari pada diri ideal mereka. Mereka memiliki kecenderungan untuk mengatasi kelemahan mereka melalui game. Hal tersebut mengakibatkan timbulnya kecenderungan untuk ketergantungan pada game.
- Rendahnya efikasi diri. Individu yang mengalami kecanduan game memiliki keyakinan yang rendah terhadap kemampuannya untuk mencapai tujuan yang diinginkannya. Sehingga mereka cenderung mengabaikannya dengan bermain game.
Adapun menurut Marsyah (2016), faktor-faktor eksternal yang menyebabkan terjadinya adiksi bermain game atau kecanduan game, yaitu:
- Lingkungan yang kurang terkontrol, karena melihat teman-temanya yang lain banyak yang bermain game.
- Kurang memiliki hubungan sosial yang baik, sehingga remaja memilih alternatif bermain game sebagai aktivitas yang menyenangkan.
- Harapan orang tua yang melambung terhadap anaknya untuk mengikuti berbagai kegiatan seperti kursus-kursus atau les-les, sehingga kebutuhan primer anak, seperti kebersamaan, bermain dengan keluarga menjadi terlupakan.
Dampak Negatif Kecanduan Game
Terdapat beberapa efek negatif yang ditimbulkan dari kecanduan bermain game, antara lain adalah sebagai berikut:
1. Menimbulkan efek ketagihan
Hal ini game dapat berakibat melalaikan kehidupan nyata. Atau menjadikan seseorang itu ketagihan untuk bermain game secara terus menerus. Inilah masalah sebenarnya yang dihadapi oleh para gamer yang intinya adalah pengendalian diri.
2. Tidak kenal waktu
Kebanyakan dari para pemain game yang sudah hobi dalam memainkan game yang ada sering melupakan waktu untuk rutinitas kegiatan lain. Misal, melupakan kewajiban untuk beribadah banyak para pemain game yang sering lupa untuk melakukan ibadah karena sedang bermain game.
3. Mempengaruhi pola pikir
Jika terlalu sering bermain game akan menimbulkan pengaruh psikorasional. Mengkhayal dan pikiran yang selalu tertuju pada game adalah efek negatif yang ditimbulkannya.
4. Mengganggu kesehatan
Jika seseorang sering bermain game dan berada di depan komputer selama 24 jam tanpa henti, maka akan memacu mata dan otak untuk bekerja lebih keras, itu bisa melemahkan saraf.
5. Pemborosan
Jika game telah menjadi candu, maka dapat mengorbankan apa pun demi keinginannya. Misalnya ia bisa menghabiskan uangnya hanya untuk bermain game, sehingga menjadi pemborosan.
6. Berpeluang mengajarkan judi
Biasanya orang saat bermain game tidak lepas dari taruhan. Mulai dari taruhan yang kecil dan tidak menggunakan uang karena untuk mendapatkan sensasi lain dari bermain game. Apalagi, game tersebut merupakan salah satu game pertarungan. Mulai dari taruhan yang kecil tersebut jika dibiarkan terus-menerus tanpa adanya pengawasan akan berakibat buruk dan anak bisa kebablasan dengan perjudian besar.
7. Mengajarkan kekerasan
Biasanya, anak-anak akan memilih permainan yang memiliki tingkatan ketegangan yang tinggi, seperti game action yang bisa saja justru akan memberikan contoh dan dampak yang negatif pada diri anak. Anak akan cenderung menirukan setiap kejadian dan tingkah laku dari aktor dalam game mereka tersebut sehingga dapat membuat anak untuk melakukan kekerasan yang mungkin secara tidak sengaja dilakukan oleh anak.
Daftar Pustaka
- Siregar, E.Y., dan Siregar, R.H. 2013. Penerapan Cognitive Behavior Therapy (CBT) Terhadap Pengurangan Durasi Bermain Games Pada Individu yang Mengalami Games Addiction. Jurnal Psikologi, Vol.9, No.1.
- Lemmens, J.S., Valkenburg, P.M., dan Peter, J. 2009. Development and validation of a Game Addiction Scale for Adolescents. Media Psychology Journal.
- Yee, N. 2006. Motivations of Play in Online Games. Cyberpschology dan Behavior Journal.
- Aini, A.N., dan Mahardayani, I.H. 2001. Hubungan Antara Kontrol Diri dengan Prokrastinasi dalam Menyelesaikan Skripsi Pada Mahasiswa Universitas Muria Kudus. Kudus: Universitas Muria Kudus.
- Weinstein, A.M. 2010. Computer and Video Game Addiction a Comparison Between Game Users and Non Game Users. The American Journal of Drugand Alcohol Abuse.
- Laili, F., dan Nuryono, W. 2015. Penerapan Konseling Keluarga untuk Mengurangi kecanduan Game Online pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 21 Surabaya. Jurnal Bimbingan & Konseling.
- Young, K.S. 2009. Internet Addiction: The Emergence of a New Clinical Disorder. Cyber Psychology and Behavior Journal, Vol.1, No.3.