Waste atau pemborosan adalah segala bentuk kehilangan yang dihasilkan dari sebuah aktivitas seperti material, waktu, atau hasil moneter yang menghasilkan secara langsung maupun tidak secara langsung, dimana menghasilkan biaya tambahan namun tidak memberi nilai tambah/manfaat pada produk/jasa yang dihasilkan.
Pemborosan merupakan kegiatan yang dapat terjadi di dalam proses produksi manapun. Kegiatan yang dilakukan merupakan kegiatan yang tidak berguna, tidak memberi nilai tambah dan tidak memiliki manfaat, bahkan dapat merugikan perusahaan maupun konsumen. Pemborosan terjadi karena adanya kondisi peralatan, bahan, dan lingkungan yang buruk. Selain itu, pemborosan juga terjadi karena metode yang digunakan oleh suatu perusahaan kurang efektif, dan sumber daya manusia yang buruk.
Berikut definisi dan pengertian waste atau pemborosan dari beberapa sumber buku:
- Menurut Al-Moghany (2006), waste adalah segala macam kehilangan pada material, waktu dan hasil moneter dari sebuah kegiatan tetapi tidak menambah nilai atau proses untuk produk.
- Menurut Alwi dkk (2000), waste adalah segala macam kehilangan yang dihasilkan dari sebuah aktivitas yang menghasilkan secara langsung maupun tidak secara langsung menghasilkan biaya, tetapi tidak menambah manfaat/nilai suatu produk dari sudut pandang klien.
- Menurut Gaspersz (2011), waste adalah segala aktivitas kerja yang tidak memberikan nilai tambah dalam proses transformasi input menjadi output sepanjang value stream mapping.
- Menurut Koskela (1992), waste adalah sebuah masalah dari kehilangan material dan eksekusi dari pekerjaan yang tidak perlu, dimana menghasilkan biaya tambahan tetapi tidak menambah nilai suatu produk.
Jenis-jenis Pemborosan
Menurut Ohno (1988), pada Toyota Production System, terdapat tujuh plus satu macam waste atau pemborosan yang dikenal dengan istilah Seven plus One Type of Waste, yaitu sebagai berikut:
a. Produksi berlebih (over production)
Over production merupakan jenis pemborosan yang terburuk yang mempengaruhi keenam jenis pemborosan lainnya. Over production terjadi karena memproduksi suatu produk melebihi kebutuhan pelanggan yang mengakibatkan penumpukan pada produk sehingga memerlukan pengangkutan, penyimpanan, pemeriksaan, serta memungkinkan akan mengakibatkan kecacatan. Selain itu, over production terjadi karena variasi produk yang di produksi oleh perusahaan.
b. Waktu menunggu (waiting time)
Waiting time disebabkan karena ketidak-seimbangan pada lintasan produksi sehingga keterlambatan tampak melalui orang-orang yang sedang menunggu mesin, peralatan dan bahan baku. Para pekerja hanya mengamati mesin otomatis yang sedang berjalan atau berdiri menunggu langkah proses selanjutnya, alat, pasokan komponen selanjutnya, dan lain sebagainya atau menganggur saja karena kehabisan material, keterlambatan proses, mesin rusak, dan bottleneck (sumbatan) kapasitas.
c. Transportasi yang tidak perlu (transportation)
Transportation merupakan pemborosan yang berupa pergerakan di sekitar lantai produksi. Transportasi terjadi di antara langkah proses pembuatan, aliran pengolahan serta pengiriman ke pelanggan. Membawa barang dalam proses (WIP) dalam jarak yang jauh, menciptakan angkutan yang tidak efisien, atau memindahkan material, komponen, atau barang jadi ke dalam atau ke luar gedung atau antar proses.
d. Memproses secara berlebih atau memproses secara keliru (processing)
Pemborosan pada proses disebabkan oleh proses yang berlebihan yang tidak diinginkan oleh pelanggan. Perusahaan membuat spesifikasi produk di luar keinginan pelanggan sehingga sering menciptakan limbah dalam produksi. Melakukan langkah yang tidak dilakukan untuk memproses komponen, melaksanakan pemrosesan yang tidak efisien karena alat yang buruk dan rancangan produk yang buruk, menyebabkan gerakan yang tidak perlu dan memproduksi barang cacat. Pemborosan terjadi ketika membuat produk yang memiliki kualitas lebih tinggi daripada yang diperlukan.
e. Persediaan berlebih (inventory)
Kelebihan material, bahan dalam proses, atau barang jadi menyebabkan lead time yang panjang, barang kadaluwarsa, barang rusak, peningkatan biaya pengangkutan dan penyimpanan, dan keterlambatan. Persediaan berlebih juga menyembunyikan masalah seperti ketidak-seimbangan produksi, keterlambatan pengiriman dari pemasok, produk cacat, mesin rusak, dan waktu setup yang panjang.
f. Gerakan yang tidak perlu (motion)
Setiap gerakan karyawan yang mubazir saat melakukan pekerjaannya, seperti mencari, meraih, atau menumpuk komponen dan alat, berjalan, dan lain sebagainya. Ini dikatakan pemborosan ketika melihat seorang operator yang aktif bergerak dan terlihat sibuk sehingga sering melakukan gerakan yang tidak diperlukan.
g. Produk cacat (defect)
Memproduksi komponen cacat atau yang memerlukan perbaikan. Perbaikan atau pengerjaan ulang, scrap, memproduksi barang pengganti, dan inspeksi berarti tambahan penanganan, waktu, dan upaya yang sia-sia.
h. Desain yang tidak efektif (Defective Design)
Pemborosan yang disebabkan oleh pengerjaan desain yang tidak memenuhi kebutuhan pelanggan serta penambahan fitur yang tidak perlu.
Akronim Pemborosan (E-DOWNTIME)
E-DOWNTIME merupakan akronim yang digunakan untuk menyebut ke tujuh jenis pemborongan (waste) yang selalu terjadi pada industri. Adapun penjelasan dari akronim E-DOWNTIME tersebut adalah sebagai berikut:
- E = Environmental, Healt and Safety (EHS), jenis pemborosan yang terjadi karena kelalaian dalam memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan prinsip-prinsip EHS.
- D = Defect, jenis pemborosan yang terjadi karena kecacatan atau kegagalan produk (barang dan/atau jasa).
- O = Overproduction, jenis pemborosan yang terjadi karena produksi melebihi kuantitas yang dipesan oleh pelanggan.
- W = Waiting, jenis pemborosan yang terjadi karena menunggu.
- N = Not utilizing employees knowledge, skilss and abilities, jenis pemborosan sumber daya manusia (SDM), yang terjadi karena tidak menggunakan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan karyawan secara optimum.
- T = Transportation, jenis pemborosan yang terjadi karena transportasi yang berlebihan sepanjang proses value stream.
- I = Inventories, jenis pemborosan yang terjadi karena inventories yang berlebihan.
- M = Motion, jenis pemborosan yang terjadi karena pergerakan yang lebih banyak daripada yang seharusnya sepanjang proses value stream.
- E = Excess processing, jenis pemborosan yang terjadi karena langkah-langkah proses yang lebih panjang daripada yang seharusnya sepanjang proses value stream.
Seven Waste Relationship
Semua waste memiliki hubungan atau saling bergantung satu sama lain, dimana hubungan ini disebabkan oleh pengaruh dari tiap waste dapat muncul secara langsung maupun tidak langsung. Gambar di bawah ini menunjukkan hubungan antar pemborongan (waste). Adapun penjelasan dari masing-masing hubungan antar pemborosan yang dikenal dengan Seven Waste Relationship adalah sebagai berikut:
a. Over Production
- O_I. Produksi berlebih dan membutuhkan bahan baku dalam jumlah besar yang menyebabkan penumpukan bahan baku dan menghasilkan lebih banyak pekerjaan yang dapat menghabiskan ruang dan mempertimbangkan kondisi sementara ketika tidak ada pelanggan yang mungkin tidak memesan.
- O_D. Ketika operator melakukan produksi berlebih, kekhawatiran akan kualitas mulai timbul.
- O_M. Produksi berlebih mengarah ke perilaku tidak ergonomis, dimana lebih mengarah ke metode kerja yang tidak standar dengan jumlah kerugian gerak yang cukup besar.
- O_ T. Produksi berlebih menyebabkan upaya transportasi yang lebih untuk menyokong jumlah bahan yang melimpah.
- O_W. Ketika produksi berlebih, hasil yang didapatkan pada waktu yang lebih lama dan pelanggan lain akan menunggu lebih lama.
b. Inventory
- I_O. Semakin tinggi tingkat bahan baku dapat mendorong pekerja untuk bekerja lebih banyak dan dapat meningkatkan profitabilitas.
- I_D. Peningkatan inventory (RM, WIP, dan FG) akan meningkatkan kemungkinan terjadinya cacat dikarenakan kurangnya perhatian dengan kondisi pergudangan.
- I_M. Peningkatan inventory akan meningkatkan waktu untuk mencari, memilih, menggenggam, menjangkau, memindahkan dan menangani.
- I_T. Peningkatan inventory suatu saat dapat menghalangi gang (jalan yang tersedia), membuat kegiatan produksi lebih banyak menghabiskan untuk transportasi.
c. Defects
- D_O. Produksi berlebih muncul untuk mengatasi kekurangan bagian karena cacat.
- D_I. Memproduksi bagian yang rusak yang perlu dikerjakan ulang yang berarti bahwa meningkatkan adanya inventory karena WIP.
- D_M. Memproduksi cacat meningkatkan waktu pencarian, pemilihan, dan pemeriksaan produk setengah jadi.
- D_T. Perpindahan produk setengah jadi yang cacat ke stasiun pengerjaan sebelumnya membuat terjadi pemborosan transportasi.
- D_W. Dengan adanya pengerjaan ulang akan membuat proses selanjutnya menunggu untuk diproses.
d. Motion
- M_I. Metode kerja yang tidak berdasarkan standar dapat menyebabkan meningkatnya WIP.
- M_D. Kurangnya pelatihan dan standarisasi berarti bahwa persen cacat dapat meningkat.
- M_N. Ketika pekerjaan tidak terstandarisasi, pemborosan proses akan meningkat karena kurangnya pemahaman kapasitas yang tersedia.
- M_W. Ketika standar tidak diterapkan, waktu akan banyak digunakan untuk mencari, menggenggam, memindahkan, merakit, yang mengakibatkan peningkatan waktu menunggu.
e. Transportation
- T_O. Produk yang dihasilkan lebih dari kapasitas akan dapat meningkatkan pemindahan.
- T_I. Jumlah material handling equipment (MHE) dapat menyebabkan WIP yang dapat berpengaruh pada proses lainnya.
- T_D. MHE sangat berperan untuk menentukan pemborosan dalam hal transportasi. MHE yang tidak cocok suatu saat dapat merusak produk yang akhirnya menjadi cacat.
- T_M. Ketika produk ditransportasikan dimana saja ini berarti bahwa kemungkinan terjadinya pemborosan pergerakan.
- T_W. Jika MHE tidak mencukupi, ini berarti bahwa produk akan menganggur untuk menunggu dipindahkan.
f. Waiting (W)
- W_O. Ketika sebuah mesin menunggu karena suplier melayani konsumen lain, mesin ini suatu saat akan dipaksa untuk memproduksi lebih untuk menjaga untuk membuat proses tetap berjalan.
- W_I. Menunggu berarti lebih banyak item daripada yang dibutuhkan pada titik tertentu, apakah itu RM, WIP atau FG.
- W_D. Item yang menunggu dapat menyebabkan kerusakan karena kondisi yang tidak sesuai.
Daftar Pustaka
- Al-Moghany, S.S. 2006. Managing and Minimizing Construction Waste in Gaza Strip. Gaza: The Islamic University of Gaza.
- Alwi, S., Hampson, K., & Mohamed, S. 2002. Waste in the Indonesian Construction Project. 1 st International Conferences of CIB W107.
- Gaspersz, V. 2011. Lean Six Sigma for Manufacturing and Service Industries. Bogor: Vinchristo Publication.
- Koskela, Lauri J. 1992. Lean Production in Construction. Finlandia: Technical Reserch Center of Finland.
- Ohno, T. 1988. Toyota Production System: Beyond Large Scale Production. Cambridge: Productivity Press.