Warna - Pengertian, Unsur, Jenis, Teori, dan Psikologi Warna

Warna adalah suatu fenomena alam yang terjadi karena adanya unsur cahaya, objek, dan observer (mata atau alat ukur) yang kemudian menjadi kesan dari cahaya yang dipantulkan oleh benda-benda sehingga menampilkan spektrum warna berdasarkan pengalaman dari indra penglihatan.

Warna (Definisi, Unsur, Jenis dan Psikologi)

Warna merupakan unsur cahaya yang dipantulkan oleh sebuah benda dan selanjutnya diinterpretasikan oleh mata berdasarkan cahaya yang mengenai benda tersebut. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007), warna adalah kesan yang diperoleh mata dari cahaya yang dipantulkan oleh benda-benda yg dikenainya. Definisi warna secara obyektif atau fisik adalah sifat cahaya yang dipancarkan. Sedangkan definisi secara subyektif atau psikologis merupakan bagian dari pengalaman indra penglihatan. Warna juga diasumsikan sebagai reaksi otak terhadap rangsangan visual khusus.

Proses terlihatnya warna adalah dikarenakan adanya cahaya yang menimpa suatu benda, dan benda tersebut memantulkan cahaya ke mata (retina) kita hingga terlihatlah warna. Benda berwarna merah karena sifat pigmen benda tersebut memantulkan warna merah dan menyerap warna lainnya. Benda berwarna hitam karena sifat pigmen benda tersebut menyerap semua warna. Sebaliknya suatu benda berwarna putih karena sifat pigmen benda tersebut memantulkan semua warna.

Berikut definisi dan pengertian warna dari beberapa sumber buku: 

  • Menurut Dameria (2007), warna adalah fenomena yang yang terjadi karena adanya tiga unsur yaitu cahaya, objek, dan observer (dapat berupa mata ataupun alat ukur).
  • Menurut Sanyoto (2005), warna memiliki definisi secara fisik dan psikologis. Warna secara fisik adalah sifat cahaya yang dipancarkan, sedangkan secara psikologis sebagai bagian dari pengalaman indra penglihatan. 
  • Menurut Nugraha (2008), warna adalah kesan yang diperoleh mata dari cahaya yang dipantulkan oleh benda-benda yang dikenai cahaya tersebut. 
  • Menurut Prawira (2002), warna adalah suatu fenomena alam yang berupa cahaya dan mengandung warna spektrum atau pelangi dan pigmen.


Unsur-unsur Warna 

Menurut Dameria (2007), warna terdiri dari tiga unsur yaitu cahaya, objek, dan observer. Adapun penjelasan unsur-unsur warna tersebut adalah sebagai berikut:

a. Cahaya 

Cahaya yang dilihat melalui mata sebenarnya merupakan bagian dari spectrum gelombang elektromagnetik. Seberapa terangnya cahaya dinyatakan dalam color temperature dengan satuan derajat Kelvin. Semakin tinggi nilai color temperature warna akan menghasilkan warna bluish (kebiruan) dan semakin rendah nilai color temperaturenya akan menghasilkan warna yellowish (kekuningan). Sumber cahaya yang berbeda tentu akan memberikan warna yang berbeda pula terhadap objek yang dilihat. Beberapa sumber cahaya yang ada antara lain matahari, lampu bohlam, lampu TL, atau lampu khusus lainnya.

b. Objek/Benda 

Objek hanya memantulkan, meneruskan atau menyerap cahaya yang datang mengenainya. Objek dipengaruhi oleh bahan pembentuknya maupun permukaan objek tersebut seperti mengkilap, doft, plastic, metal, textile, cat metalik dan sebagainya. Sebagai contoh, sebuah cahaya yang mengenai sebuah mobil berwarna merah, maka seluruh warna akan diserap oleh mobil kecuali warna merah yang akan dipantulkan dan ditangkap oleh mata sebagai warna merah.

c. Pengamat (observer) 

Untuk melihat suatu warna, tentu harus ada mata. Mata sebagai panca indra mempunyai struktur yang begitu unik dan kompleks di dalamnya antara lain retina, pupil dan reseptor serta komponen lainnya. Panjang gelombang yang diterima oleh mata selanjutnya diteruskan ke otak manusia sebagai memori dan diberi deskripsi.


Jenis-jenis Warna 

Menurut teori yang dikemukakan oleh Brewster (1831), bahwa warna–warna yang ada di alam terdiri dari empat kelompok warna, yaitu warna primer, sekunder, tersier, dan netral. Menurut Nugraha (2008), penjelasan mengenai klasifikasi warna tersebut adalah sebagai berikut:

a. Warna Primer 

Warna primer atau warna dasar adalah warna yang tidak berasal dari campuran dari warna-warna lain. Warna primer terdiri dari warna merah, kuning, dan hijau. Sedangkan warna-warna lain terbentuk dari kombinasi warna-warna primer. Secara teknis, warna merah, kuning, dan biru bukan warna pigmen primer. Tiga warna pigmen primer adalah magenta, kuning, dan cyan. Oleh karena itu, apabila menyebut merah, kuning, biru sebagai warna pigmen primer, maka merah adalah cara yang kurang akurat untuk menyebutkan magenta, sedangkan biru adalah cara yang kurang akurat untuk menyebutkan cyan.

Warna Primer

Berdasarkan campuran yang dihasilkan, warna primer dibagi menjadi dua jenis, yaitu: 

  1. Campuran warna additif. Yang termasuk di dalam warna primer additif yaitu merah, hijau dan biru. Campuran warna merah dan hijau, menghasilkan warna kuning atau oranye. Campuran hijau dan biru menghasilkan nuansa biru kehijau-hijauan, sedangkan campuran merah dan biru menghasilkan nuansa ungu. Campuran dengan proporsi seimbang dari warna additif primer menghasilkan nuansa warna kelabu. Jika ketiga warna ini di satu penuh, maka hasilnya adalah warna putih. Ruang warna/model warna yang dihasilkan disebut dengan RGB (red, green, blue/merah, hijau, biru). 
  2. Campuran warna subtraktif. Campuran kuning dan biru kehijau-hijauan (cyan) menghasilkan warna hijau, campuran kuning dengan ungu kemerah-merahan (magenta) menghasilkan warna merah, sedangkan campuran ungu kemerah-merahan dengan biru kehijau-hijauan menghasilkan warna biru. Dalam teori, campuran tiga pigmen ini dalam ukuran yang seimbang akan menghasilkan warna kelabu, dan akan menjadi hitam jika ketiganya dicampur secara penuh. Namun, jika dipraktikkan hasilnya cenderung menjadi warna kotor kecokelatan. Oleh karena itu, sering kali dipakai warna keempat, yaitu hitam, sebagai tambahan dari biru kehijau-hijauan, ungu kemerah-merahan, dan kuning. Ruang warna yang dihasilkan kemudian disebut dengan CMYK (Cyan, Magenta, Yellow, Black).

b. Warna Sekunder 

Warna sekunder adalah pencampuran warna-warna primer dengan perbandingan 1:1, misalnya warna jingga adalah hasil pencampuran warna merah dengan kuning, warna hijau adalah campuran warna biru dengan kuning, warna ungu adalah campuran warna merah dengan biru.

Warna Sekunder

Pada prinsipnya teori untuk pigmen seharusnya bisa diterapkan untuk warna cat juga. Tetapi cat yang mula-mula dipakai, pencampurannya dilakukan jauh sebelum adanya ilmu pengetahuan warna modern, dan karena pigmen yang tersedia pada masa itu juga terbatas. Khususnya warna pigmen cyan dan magenta alami sulit didapat, oleh karena itu dipakai warna biru dan merah. Dengan demikian sampai saat ini secara luas diajarkan bahwa merah, kuning dan biru adalah warna primer sedangkan jingga/oranye, hijau dan ungu adalah warna sekunder.

c. Warna Tersier 

Warna tersier merupakan campuran satu warna primer dengan satu warna sekunder. Misal warna hijau kekuning-kuningan campuran dari kuning dengan hijau, biru kehijau-hijauan campuran dari warna biru dan hijau, biru violet campuran dari warna biru dengan violet, violet kemerah-merahan campuran dari merah dengan violet, merah jingga campuran dari warna merah dengan jingga, kuning jingga campuran dari warna kuning dengan jingga.

Warna Tersier

Istilah warna tersier pada awalnya dicetusnya merujuk pada warna-warna netral yang dibuat dengan mencampur tiga warna primer dalam sebuah ruang warna. Ini akan menghasilkan warna putih atau kelabu, dalam sistem warna cahaya adiktif, sedangkan dalam sistem warna subtraktif pada pigmen atau cat akan menghasilkan warna coklat, kelabu dan hitam.

d. Warna Netral 

Warna netral adalah hasil campuran ketiga warna dasar dalam proporsi 1:1:1. Campuran menghasilkan warna putih atau kelabu dalam sistem warna cahaya aditif, sedangkan dalam sistem warna subtraktif pada pigmen atau cat akan menghasilkan coklat, kelabu, atau hitam. Warna netral sering muncul sebagai penyeimbang warna-warna kontras di alam.

Menurut teori Munsell, bahwa tiga warna utama sebagai dasar dan disebut warna primer, yaitu merah (M), kuning (K), dan biru (B). Apabila warna dua warna primer masing-masing dicampur, maka akan menghasilkan warna kedua atau warna sekunder. Bila warna primer dicampur dengan warna sekunder akan dihasilkan warna ketiga atau warna tersier. Bila antara warna tersier dicampur lagi dengan warna primer dan sekunder akan dihasilkan warna netral.


Teori Warna 

Terdapat beberapa teori yang dijelaskan oleh para ahli, antara lain adalah sebagai berikut:

a. Teori Newton 

Pembahasan mengenai keberadaan warna secara ilmiah dimulai dari hasil temuan Sir Isaac Newton yang dimuat dalam bukunya berjudul Optics pada tahun 1704. Newton mengungkapkan bahwa warna itu ada dalam cahaya. Hanya cahaya satu- satunya sumber warna bagi setiap benda. Asumsi yang dikemukakan oleh Newton didasarkan pada penemuannya dalam sebuah eksperimen. Di dalam sebuah ruangan gelap, seberkas cahaya putih matahari diloloskan lewat lubang kecil dan menerpa sebuah prisma. Ternyata cahaya putih matahari yang bagi kita tidak tampak berwarna, oleh prisma tersebut dipecahkan menjadi susunan cahaya berwarna yang tampak di mata sebagai cahaya merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu, yang kemudian dikenal sebagai susunan spektrum dalam cahaya. Jika spektrum cahaya tersebut dikumpulkan dan diloloskan kembali melalui sebuah prisma, cahaya tersebut kembali menjadi cahaya putih. Jadi, cahaya putih (seperti cahaya matahari) sesungguhnya merupakan gabungan cahaya berwarna dalam spektrum.

b. Teori Young dan Helmholtz 

Thomas Young seorang ilmuwan berkebangsaan Inggris adalah orang pertama kali memberi dukungan yang masuk akal terhadap pernyataan Newton tentang penglihatan warna. Asumsi Newton tentang penglihatan, cahaya dan keberadaan warna- warna benda diuji kembali. Young membenarkan beberapa asumsi-asumsi Newton, tapi Young menolak pernyataan Newton yang menyatakan bahwa mata memiliki banyak reseptor untuk menerima bermacam warna. Pada tahun 1801 Thomas Young mengemukakan hipotesis bahwa mata manusia hanya memiliki tiga buah reseptor penerima cahaya, yaitu reseptor yang peka terhadap cahaya biru, merah dan hijau. Seluruh penglihatan warna didasarkan pada ketiga reseptor tersebut. Tetapi Young hampir tidak melakukan eksperimen apa pun untuk mendukung pernyataannya.

Seorang ahli penglihatan Jerman Hermann von Helmholtz menghidupkan dan menjelaskan kebenaran teori Young. Hasil usaha bersama ini kemudian terkenal dengan Teori Young-Helmholtz atau Teori Penglihatan Tiga Warna atau Teori Tiga Reseptor. Melalui ketiga reseptor pada retina mata kita dapat melihat semua warna serta membeda- bedakannya. Jika cahaya menimpa benda, maka benda tersebut akan memantulkan satu atau lebih cahaya dalam spektrum. Jika cahaya yang dipantulkan tersebut menimpa mata, maka reseptor-reseptor di retina akan terangsang salah satunya, dua, atau ketiganya sekaligus. Jika cahaya biru sampai ke mata, reseptor yang peka birulah yang terangsang, dan warna yang tampak adalah biru. Jika reseptor hijau yang terangsang, maka warna yang tampak adalah hijau, dan kalau reseptor merah yang terangsang warna yang tampak adalah merah.

c. Teori Maxwell 

James Clerck Maxwell membuat serangkaian percobaan dengan menggunakan proyektor cahaya dan penapis (filter) berwarna. 3 buah proyektor yang telah diberi penapis (filter) warna yang berbeda disorotkan ke layar putih di ruang gelap. Penumpukan dua atau tiga cahaya berwarna ternyata menghasilkan warna cahaya yang lain (tidak dikenal) dalam pencampuran warna dengan menggunakan tinta/cat/bahan pewarna. Penumpukan (pencampuran) cahaya hijau dan cahaya merah, misalnya menghasilkan warna kuning. Hasil eksperimen Maxwell menyimpulkan bahwa warna hijau, merah dan biru merupakan warna-warna primer (utama) dalam pencampuran warna cahaya. Warna primer adalah warna-warna yang tidak dapat dihasilkan lewat pencampuran warna apa pun. Melalui warna-warna primer cahaya ini (biru, hijau, dan merah) semua warna cahaya dapat dibentuk dan diciptakan.


Psikologi Warna 

Psikologi warna adalah sebuah sensasi cahaya yang disalurkan ke otak melalui penglihatan. Secara psikologi, penampilan yang paling indah adalah penampilan yang mempunyai warna. Secara mendasar setiap warna memiliki potensi untuk memberikan efek pada seseorang secara mental dan emosional. Penggunaan warna berkaitan dengan kondisi psikologis seseorang yang akan mempengaruhi tubuh, pikiran, emosi dan keseimbangan dari ketiganya. Membayangkan warna akan menghasilkan getaran dengan frekuensi tertentu jika diarahkan ke pusat-pusat energi tubuh, hal ini dapat menghasilkan berbagai efek psikologis dan fisik.

Berikut ini adalah beberapa warna dan pengaruhnya terhadap sifat dan psikologi manusia: 

  1. Biru. Warna yang selalu dihubungkan dengan langit dan air seperti kehidupan dan kekuatan. Warna ini mempunyai sifat yang dingin, pasif dan tenang. Oleh karena itu, warna ini sangat cocok untuk area yang membutuhkan konsentrasi atau suasana meditasi. 
  2. Kuning. Sebagai salah satu warna primer, warna kuning merupakan warna yang sangat positif, memiliki efek yang kuat dan dikaitkan dengan kecerdasan serta kepercayaan. Warna ini juga dapat mempengaruhi seseorang dalam mengeliminasi pemikiran negatif dan memberi semangat, sehingga sangat membantu dalam menghadapi rasa takut dan depresi.
  3. Merah. Warna merah mempunyai sifat sebagai pelambang keberanian dan kebahagiaan. Warna ini merupakan warna paling panas dan memiliki gelombang warna paling panjang sehingga cepat tertangkap mata. Itu sebabnya warna merah banyak disenangi anak-anak dan wanita. 
  4. Oranye. Oranye merupakan warna yang melambangkan persahabatan juga warna yang paling hangat karena memiliki dua energi warna yaitu merah yang panas dan kuning yang lembut. Pada otak manusia, warna ini juga mampu merangsang kreativitas dan daya cipta. 
  5. Hijau. Hijau adalah warna yang langsung mengasosiasikan pengamatnya akan pemandangan alam. Warna ini mempunyai sifat yang menyejukkan, kesan segar, ringan, dan menyenangkan. Oleh karena itu, hijau sangat tepat untuk merefleksikan kesegaran dan relaksasi. 
  6. Ungu. Merupakan warna yang unik karena karakternya berubah-ubah tergantung intensitas yang dimilikinya. Warna ungu tua berkarakter misterius, mistis dan angkuh. Sebaliknya, warna ungu muda pastel justru memiliki karakter yang lembut, ringan, dan menyenangkan.


Daftar Pustaka

  • Alwi, Hasan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
  • Dameria, Anne. 2007. Basic Printing Panduan Dasar Cetak untuk Designer dan Industri Grafika. Jakarta: Link Match Grafik.
  • Sanyoto, Abdi. 2005. Dasar-dasar Tata Rupa dan Desain. Yogyakarta: Arti Bumi Intaran.
  • Nugraha, Ali. 2008. Pengembangan Pembelajaran Sains pada Anak Usia Dini. Bandung: JILSI foundation.
  • Prawira, Darma. 2002. Warna dan Krativitas Penggunaannya. Bandung: ITB.
Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama