Kestabilan, stabilitas atau kematangan emosi adalah kondisi atau keadaan emosi seseorang yang benar-benar kokoh, tidak cepat mengalami perubahan, dan tidak mudah berbalik atau terganggu terhadap gangguan atau rangsangan dari lingkungan dalam periode sebelumnya, seperti; cemas, marah, sedih, atau putus asa.
Kestabilan emosi merupakan suatu kondisi seorang yang dapat mengontrol diri atas luapan ekspresi emosi agar emosi yang ditampilkan tepat, sehingga dapat menyikapi stimulus yang berupa tekanan dengan baik. Kestabilan emosi membuat seorang dapat mengendalikan kondisi jiwa agar tidak berubah secara drastis dari kondisi sebelumnya sehingga terlihat lebih tenang dalam menyikapi berbagai masalah atau persoalan.
Kestabilan emosi merupakan salah satu indikator dari kematangan emosi. Seseorang yang memiliki emosi yang matang akan memberikan reaksi emosional yang stabil, tidak mudah berubah-ubah dari satu emosi atau suasana hati ke suasana hati yang lain. Emosi yang stabil dan positif antara lain adalah hidup tenang, tidak mudah tersinggung, tidak cemas, tidak sedih, tidak lekas marah, dan tidak iri hati.
Berikut definisi dan pengertian kestabilan emosi dari beberapa sumber buku:
- Menurut Irma (2003), kestabilan emosi adalah emosi yang tetap, tidak mengalami perubahan, atau tidak cepat terganggu dalam menghadapi masalah.
- Menurut Hurlock (2002), kestabilan emosi adalah keadaan yang tidak berubah dari satu emosi atau suasana hati ke suasana hati lain dalam periode sebelumnya.
- Menurut Sharma (2006), kestabilan emosi adalah kondisi yang benar-benar kokoh, tidak mudah berbalik atau terganggu, memiliki keseimbangan yang baik dan mampu untuk menghadapi segala sesuatu dengan kondisi emosi yang tetap atau sama.
- Menurut Arthur dan Emily (2010), kestabilan emosi adalah kondisi kematangan emosi atau jiwa seseorang dalam menghadapi keadaan yang berubah-ubah dengan reaksi yang tepat dan cepat, baik secara teknis maupun non teknis.
- Menurut Yusuf (2008), kestabilan emosi adalah kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari lingkungan. Seperti; mudah tidaknya tersinggung, marah, sedih, atau putus asa.
Aspek-aspek Kestabilan Emosi
Menurut Dewi (2010), aspek-aspek kestabilan emosi yang didukung oleh kesehatan emosi serta penyesuaian emosi antara lain adalah sebagai berikut:
a. Adekuasi emosi
Aspek ini berhubungan dengan respon emosi, mempunyai sifat baik dan sehat, oleh karena itu untuk memperoleh kesehatan emosi tidak dengan cara menahan atau menghilangkan reaksi emosi yang timbul. Sikap tenang dan dingin merupakan penyesuaian emosi yang baik. Tuntunan kehidupan membutuhkan reaksi emosi yang memadai atau adekuasi yang isinya tidak menyulutkan dan tidak merusak penyesuaian personal, sosial dan emosi.
b. Kematangan emosi
Kematangan emosi merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan reaksi emosi sesuai dengan tingkat perkembangan pribadi. Kematangan emosi tidak mempunyai batasan umur, artinya kematangan emosi seseorang tidak bisa dilihat. Indikator kematangan emosi seseorang dapat dilihat dari kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap stres, tidak mudah khawatir atau cemas dan tidak mudah marah. Definisi tentang kematangan emosi merupakan suatu keadaan tercapainya tingkat kedewasaan dalam perkembangan emosi.
c. Kontrol emosi
Kontrol emosi termasuk salah satu aspek kontrol diri, yaitu dengan menghadapi situasi dengan sikap rasional, mampu memberikan respon dan mengartikan situasi secara tepat dan tidak berlebihan. Kontrol emosi merupakan fase khusus dari kontrol diri yang sangat penting bagi tercapainya kematangan, penyesuaian dan kesehatan mental. Kontrol emosi ini meliputi pengaturan emosi dan perasaan sesuai dengan tuntutan lingkungan atau situasi dan standar dalam diri individu yang berhubungan dengan nilai-nilai, cita-cita serta prinsip. Indikasi kontrol yang kurang baik dapat di lihat dari timbulnya kegagalan pada hal-hal berikut, misalnya; pengaturan perasaan seksual, pembatasan kesenangan pada materi, penempatan moralitas di atas kesenangan sementara serta penghindaran diri sedikit dari stimulus yang menyulitkan. Individu yang mampu mengekspresikan emosi secara tepat akan memperoleh kepuasan untuk mengarahkan energi emosi ke dalam aktivitas yang kreatif dan produktif.
Karakteristik Kestabilan Emosi
Karakteristik emosi yang stabil antara lain tidak adanya perubahan perasaan yang cepat dan tidak menentu, keceriaan, memiliki rasa percaya diri, sikap realistis, dan optimistik, tidak terobsesi dengan perasaan bersalah, cemas maupun kesepian. Selain itu seseorang memiliki emosi yang stabil tidak mudah dipengaruhi perasaan, tidak mudah kecewa, bisa menghadapi/menerima tekanan, dan dalam menghadapi kenyataan tidak kaku dan keras.
Menurut Chotimah (2010), beberapa ciri atau karakteristik kestabilan emosi antara lain adalah sebagai berikut:
- Keyakinan akan kemampuan diri. Sikap positif individu tentang dirinya, bahwa ia mengerti sungguh-sungguh akan apa yang dilakukan.
- Optimis. Sikap positif individu yang selalu berpandangan baik dalam menghadapi segala hal tentang diri, harapan dan kemampuannya.
- Objektif. Sikap individu yang memandang permasalahan ataupun sesuatu sesuai dengan kebenaran semestinya bukan menurut kebenaran pribadi atau yang menurut dirinya benar.
- Bertanggungjawab. Kesediaan individu untuk menanggung segala sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya.
- Rasional dan realistis. Kemampuan menganalisis masalah, sesuatu hal, sesuatu kejadian dengan menggunakan pemikiran yang dapat diterima akal sehat dan sesuai kenyataan.
Faktor yang Mempengaruhi Kestabilan Emosi
Seseorang yang stabil emosinya akan mampu menghadapi situasi tertentu dengan tenang, terbuka, terkendali dan bertindak secara realistis. Kestabilan emosi akan tercapai jika didukung oleh kesehatan fisik, kesehatan fisik berhubungan dengan kesehatan emosi dan penyesuaian emosi. Kesehatan fisik dapat diperoleh dengan istirahat yang cukup serta membiasakan hidup teratur dalam segala hal.
Menurut Walgito (1989), terdapat tiga faktor yang mempengaruhi stabilitas emosi seseorang, yaitu:
- Keadaan jasmani individu yang bersangkutan. Keadaan jasmani yang kurang sehat akan mempengaruhi emosi pada individu itu.
- Keadaan dasar individu. Hal ini sangat erat hubungannya dengan struktur pribadi individu.
- Keadaan individu pada suatu waktu.
Kestabilan emosi merupakan kemampuan yang tidak dibawa dari lahir yang begitu saja ada tanpa adanya faktor yang membuatnya terjadi. Menurut Irma (2003), untuk mencapai kestabilan emosi, terdapat beberapa faktor yang bisa mempengaruhi, yaitu; 1) Pola asuh orang tua, 2) Kemampuan mengenal dan menerima diri sendiri, 3) Suara hati, dan 4) Pengembangan diri.
Sedangkan menurut Tjandrasa dan Zarkasih (1999), kestabilan emosi dapat diperoleh dengan dua cara yaitu: 1) Pengenalan lingkungan dengan tujuan agar emosi yang tidak menyenangkan cepat-cepat diimbangi dengan emosi yang menyenangkan. 2) Mengembangkan toleransi terhadap emosi yaitu kemampuan untuk menghambat pengaruh emosi yang tidak menyenangkan.
Daftar Pustaka
- Irma, A. 2003. Perbedaan Kestabilan Emosi Remaja yang Shalatnya Teratur dengan Kestabilan Emosi Remaja yang Shalatnya Tidak Teratur. Jurnal Psikologi Islam.
- Hurlock, E.B. 2002. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlanga.
- Sharma, S. 2006. Emotional Stability of Visually Disabled In Relation to Their Study Habits. Journal of the Indian Academy of Applied Psichology, Vol.32.
- Arthur S.R., dan Emily S.R. 2010. Kamus Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
- Yusuf, Syamsu LN. 2008. Mental Hygiene. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
- Dewi, D.T. 2010. Pengaruh Locus of Control Terhadap Stabilitas Emosi Pada Penderita Hipertensi di Puskesmas 1 Baturaden. Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
- Chotimah, C. 2010. Hubungan Kestabilan Emosi dengan Prestasi Belajar pada Siswa Kelas X di SMA Negeri 1 Karanganyar. Surakarta: Fakultas kedokteran UNS.
- Tjandrasa dan Zarkasih. 1999. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.
- Walgito, Bimo. 1989. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset.