Anak lamban belajar atau dikenal dengan istilah slow learner atau backward adalah anak yang memiliki intelektual di bawah normal (80 - 85) namun bukan termasuk anak tunagrahita, sehingga mengalami hambatan atau kesulitan dalam berpikir, merespon rangsangan dan kemampuan beradaptasi yang lebih rendah serta memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
Anak lamban belajar termasuk anak yang mengalami kelemahan kognitif (cognitive impairment). Mereka membutuhkan waktu belajar lebih lama dibanding dengan sebayanya. Anak dengan kelemahan kognitif membutuhkan pengulangan tambahan untuk mempelajari keterampilan atau ilmu baru, tetapi masih dapat belajar dan berpartisipasi di sekolah umum dengan bantuan dan modifikasi tertentu.
Anak lamban belajar mengalami hambatan atau keterlambatan perkembangan mental. Fungsi intelektual anak lamban belajar di bawah anak normal seusianya, disertai kekurang-mampuan atau ketidakmampuan belajar dan menyesuaikan diri, sehingga membutuhkan layanan pendidikan khusus. Anak lamban belajar sulit diidentifikasi karena penampilan luarnya sama seperti anak normal dan dapat berfungsi normal pada sebagian besar situasi.
Berikut definisi dan pengertian anak lamban belajar (slow learner) dari beberapa sumber buku:
- Menurut Efendi (2008), anak lamban belajar adalah anak yang mengalami hambatan atau keterlambatan dalam perkembangan mental (fungsi intelektual di bawah teman-teman seusianya) disertai ketidak-mampuan/kekurang-mampuan untuk belajar dan untuk menyesuaikan diri sedemikian rupa sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
- Menurut Triani (2013), anak lamban belajar adalah anak yang memiliki potensi intelektual sedikit di bawah normal, tetapi tidak termasuk anak tunagrahita (biasanya memiliki IQ sekitar 80-85). Dalam beberapa hal anak ini mengalami hambatan atau keterlambatan berpikir, merespon rangsangan dan kemampuan untuk beradaptasi, tetapi lebih baik di banding dengan tunagrahita.
- Menurut Agustin (2011), anak lamban belajar adalah anak dengan tingkat penguasaan materi yang rendah, padahal materi tersebut merupakan prasyarat bagi kelanjutan pelajaran berikutnya, sehingga mereka sering harus mengulang. Kecerdasan mereka memang di bawah rata-rata, tetapi mereka bukan anak yang tidak mampu, hanya mereka butuh perjuangan yang keras untuk menguasai apa yang diminta di kelas reguler.
- Menurut Triani dan Amir (2013), anak lamban belajar adalah anak yang memiliki prestasi belajar rendah atau sedikit di bawah rata-rata anak normal pada salah satu atau seluruh area akademik dan mempunyai skor tes IQ antara 70 sampai 90.
Karakteristik Anak Lamban Belajar
Menurut Bala dan Rao (2014), anak lamban belajar atau slow learner memiliki beberapa karakteristik, yaitu sebagai berikut:
a. Kesulitan belajar kognitif
Adapun ciri-ciri dari kesulitan belajar kognitif di antaranya adalah:
- Slow learner membutuhkan waktu belajar yang lama dan kurang memahami apa yang telah ia pelajari.
- Slow learner lebih memilih untuk mempelajari hal-hal yang bersifat abstrak daripada konkret.
- Mereka selalu menginginkan pembelajaran yang bersifat langsung diberikan oleh guru karena tidak terlalu membutuhkan banyak ketrampilan.
- Pada umumnya slow learner berprestasi rendah.
b. Masalah yang berkaitan dengan bahasa
Ciri-ciri masalah yang berkaitan dengan bahasa antara lain yaitu:
- Siswa bermasalah pada ekspresi verbalnya.
- Membaca dengan bersuara lebih sulit daripada membaca dalam hati.
- Slow learner mengalami permasalahan artikulasi.
c. Masalah auditori-perseptual
Ciri-ciri masalah yang berkaitan dengan auditori-perseptual yaitu:
- Ketika didekte, slow learner mengalami kesulitan dalam penulisannya entah itu lupa menulis sehingga kata yang hendak ditulis menjadi kurang lengkap.
- Slow learner gagal memahami perintah yang bersifat verbal, sering kali mereka tidak segera memberikan jawaban ketika diberi sebuah pertanyaan.
- Mereka lebih menyukai materi yang disajikan secara visual daripada disajikan oral.
- Ketika diberikan pertanyaan yang bersifat verbal, tidak jarang mereka menjawab dengan jawaban yang tidak sesuai dengan pertanyaan.
d. Masalah visual-motorik
Adapun ciri-ciri anak slow learner yang berkaitan dengan masalah visual-motorik adalah:
- Slow learner lebih mudah diberikan stimulus secara visual.
- Mereka merasa kesulitan dalam menentukan warna, ukuran dan bentuk serta sulit mengingat-ingat kembali suatu objek yang pernah mereka lihat.
- Slow learner pada umumnya memiliki tulisan tangan yang jelek, mengalami kesulitan dalam aktivitas motorik dan tidak jarang mereka sering mengeluh sakit.
e. Masalah sosial dan emosi
Ciri-ciri lain yang ditemukan pada anak slow learning terhadap masalah sosial dan emosi yaitu:
- Mencubit atau melakukan hal-hal yang menarik baginya adalah salah satu karakteristik slow learner, kadang-kadang mereka juga menarik diri dari aktivitas sosial (anti-sosial).
- Suasana hati mereka berubah-ubah (moody) dan tingkat sosial emosinya masih di bawah harapan.
Sedangkan menurut Kusuma dkk (2006), beberapa karakteristik anak lamban belajar atau slow learning adalah sebagai berikut:
a. Keterbatasan Kapasitas Kognitif
Keterbatasan kapasitas kognitif membuat anak lamban belajar mengalami hambatan dalam proses pembelajaran, meliputi: 1) tidak berhasil mengatasi situasi belajar dan berpikir abstrak; 2) mengalami kesulitan dalam operasi berpikir kompleks; 3) proses pengembangan konsep atau generalisasi ide yang mendasari tugas sekolah, khususnya bahasa dan matematika, rendah; dan 4) tidak dapat menggunakan dengan baik strategi kognitif yang penting untuk proses retensi.
b. Memori atau daya ingat rendah
Kurangnya perhatian terhadap informasi yang disampaikan adalah salah satu faktor penyebab anak lamban belajar mempunyai daya ingat yang rendah. Anak lamban belajar tidak dapat menyimpan informasi dalam jangka panjang dan memanggil kembali ketika dibutuhkan.
c. Gangguan dan kurang konsentrasi
Jangkauan perhatian anak lamban belajar relatif pendek dan daya konsentrasinya rendah. Anak lamban belajar tidak dapat berkonsentrasi dalam pembelajaran yang disampaikan secara verbal lebih dari tiga puluh menit.
d. Ketidakmampuan mengungkapkan ide
Kesulitan dalam menemukan dan mengombinasikan kata, ketidak-dewasaan emosi, dan sifat pemalu membuat anak lamban belajar tidak mampu berekspresi atau mengungkapkan ide. Anak lamban belajar lebih sering menggunakan bahasa tubuh daripada bahasa lisan. Selain itu, kemampuan anak lamban belajar dalam mengingat pesan dan mendengarkan instruksi rendah.
Faktor Penyebab Anak Lamban Belajar
Menurut Aini (1997), penyebab anak lamban belajar atau slow learner dapat dilihat dari masa terjadinya kelainan (prenatal), pada saat kelahiran (neonatal), dan setelah kelahiran (posnatal) dengan penjelasan masing-masing sebagai berikut:
a. Prenatal
Prenatal yaitu masa dimana anak masih berada dalam kandungan yang diketahui telah memiliki keturunan (kelainan). Kelainan yang terjadi pada masa prenatal berdasarkan periodenya dapat terjadi pada periode embrio, periode janin muda. Anak lahir prematur disinyalir dapat melahirkan anak-anak lamban belajar karena organ tubuh bayi yang belum siap berfungsi secara maksimal sehingga proses perkembangannya lambat.
b. Neonatal
Neonatal yaitu masa dimana kelainan itu terjadi pada saat bayi dilahirkan. Ada beberapa sebab kelainan saat anak dilahirkan, antara lain anak lahir sebelum waktunya (prematurity), lahir dengan bantuan alat (tap verlossing), posisi bayi tidak normal, atau karena kesehatan bayi yang bersangkutan.
c. Postnatal
Postnatal yaitu masa dimana kelainan itu terjadi setelah bayi dilahirkan, atau saat anak dalam masa perkembangan. Ada beberapa sebab kelainan setelah anak dilahirkan, antara lain infeksi, luka, bahan kimia, dan lain-lain. Begitu juga dengan lingkungan yang dapat berperan juga sebagai penyebab terjadinya anak lamban belajar (slow learner).
Sedangkan menurut Abdurrahman (1998), beberapa faktor yang menyebabkan anak lamban belajar (slow learner) di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Kelainan daya pikir
Kelainan daya pikir ini termasuk kelainan yang paling banyak dialami oleh anak didik yang berkaitan dalam kegiatan belajar. Dari survei mengemukakan bahwa dari anak yang tertinggal dalam belajar 56,8%, tergolong dalam kecerdasan 75 Sedangkan 21% kecerdasannya berada di antara 70-90, dan 22% tingkat kecerdasannya antara 90-100. Kelainan daya pikir ini diperparah lagi dari factor seperti lingkungan belajar di sekolah, jenis materi pelajaran tertentu, penyebab lain adanya keterkaitan antara daya pikir dan anak yang lamban dalam belajar (slow learner). Seperti lemahnya daya ingat hingga mudah melupakan materi yang baru dipelajari, lemahnya menerima dan memahami pelajaran, lemahnya berpikir jernih, tidak ada kemampuan untuk beradaptasi dengan teman, rendahnya kemampuan dalam berkomunikasi dan lambannya dalam kemampuan berbicara.
b. Kelainan psikologi
Yaitu kelainan pada pengindraan, seperti penglihatan dan pendengaran. Bisa juga dari segi fisik, anak yang tubuhnya lebih pendek dari ukuran rata-rata anak lain dikelasnya, penyebabnya seperti anemia, dan penyakit anak lainnya. Kelemahan-kelemahan tersebut dapat menyebabkan kelemahan dan kelambatan dalam belajar, lebih jelasnya bahwa keterbatasan fisik tertentu dapat mempersulit anak dan terkait sekali dalam masalah kelambanan dalam belajar.
c. Kelainan motivasi
Kelainan motivasi, yaitu timbulnya rasa masa bodoh, tidak ada perhatian terhadap mata pelajaran, tidak ada kemauan menelaah pelajaran, dan tidak ada rasa senang pada peraturan kegiatan belajar mengajar di antara para murid yang tertinggal dalam belajar. Dan bisa juga perilaku anak yang tertinggal dalam belajar disebabkan oleh lemahnya semangat dan perhatian pada pelajaran, ogah-ogahan, membenci sekolah dan suka mengantuk. Jadi, penyebab secara umum penyebab rendahnya motivasi di samping berbagai faktor luar lingkungan belajar anak, juga terpengaruh dari dalam diri anak berupa faktor-faktor kejiwaan yang dipengaruhi oleh latar belakang kesehatan.
Bimbingan Anak Lamban Belajar
Menurut Triani (2013), bimbingan yang biasanya dilakukan pada anak lamban belajar atau slow learner adalah dengan menyentuh unsur-unsur perkembangan anak, yaitu berikut ini:
- Pengembangan ranah kognitif/intelektual. Pada pengembangan ini guru diharapkan menyediakan rentangan pengalaman belajar yang luas serta dapat diamati atau nyata. Pengolahan bahan dan tugas ajar secara khusus yang di dasarkan pada kurikulum yang ada merupakan hal yang harus dilakukan guru dalam memberikan pelayanan optimal bagi siswa lambat belajar.
- Pengembangan ranah afektif. Pembimbing diharapkan memahami pikiran dan harapan anak yang ada pada dirinya serta kemungkinan pemenuhannya di dalam sikap kehidupan berkelompok.
- Pengembangan ranah fisik. Pembimbing diharapkan memberikan layanan yang dapat memberikan kemungkinan siswa memperoleh pengalaman memadukan pola perkembangan berpikir dengan perkembangannya dan memberikan peran-peran yang sesuai di dalam kelompoknya.
- Pengembangan ranah intuitif. Fungsi intuitif merupakan fungsi yang terlibat di dalam pemunculan wawasan dan tindakan kreatif. Mengingat fungsinya itu, maka layanan bagi siswa yang lambat belajar perlu memedulikan pengembangan pengalaman yang mendorong dia untuk berimajinasi dan berkreasi (dalam tingkat yang sederhana).
- Pengembangan ranah masyarakat. Mengembangkan diri menjadi anggota kelompok, serta mampu berpartisipasi dalam proses kelompok memperluas perasaan keanggotaan masyarakat. Memperluas identifikasi diri dari masyarakat terbatas ke arah identifikasi terhadap masyarakat luas. Pelaksanaannya dapat dilakukan dengan merancang kegiatan-kegiatan kelompok khusus. Pemberian layanan dapat dilakukan dengan membantu siswa memperoleh pengalaman.