Kecurangan akademik adalah sebuah tindakan atau perilaku yang tidak etis dalam proses belajar karena bertentangan terhadap nilai-nilai kejujuran, dimana dalam pengerjaan tugas atau ujian akademiknya dilakukan dengan kecurangan, fabrikasi, plagiat, atau menyontek, sehingga nilai yang diperoleh bukan merupakan hasil yang mereka kerjakan sendiri.
Kecurangan akademik merupakan berbagai tindakan yang dilakukan oleh siswa dengan menggunakan cara-cara yang tidak di izinkan dan tidak dapat diterima dalam pengerjaan tugas-tugas akademik demi mendapat keberhasilan. Ketika seseorang melanggar aturan-aturan dan etika dalam proses belajar seperti menyontek dan plagiat, maka hal tersebut dapat dikatakan sebagai kecurangan akademik.
Kecurangan akademik adalah perilaku tidak jujur dalam kegiatan akademis, seperti; 1) memberikan, menggunakan atau menerima segala informasi, 2) menggunakan materi yang dilarang digunakan, dan 3) memanfaatkan kelemahan seseorang, prosedur ataupun proses untuk mendapatkan suatu keuntungan yang dilakukan pada tugas-tugas akademik.
Pengertian Kecurangan Akademik
Berikut definisi dan pengertian kecurangan akademik dari beberapa sumber buku:
- Menurut McCabe dan Trevino (1993), kecurangan akademik adalah sebuah perilaku kompleks yang menyalahi kode etik nilai-nilai kejujuran dalam proses belajar dan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.
- Menurut Pavela (1997), kecurangan akademik adalah kecenderungan perilaku yang tidak etis dalam pengerjaan tugas akademik, yang mencakup; kecurangan, fabrikasi, plagiat, serta memfasilitasi orang lain untuk melakukan tindak kecurangan akademik.
- Menurut Anderman dan Murdock (2007), kecurangan akademik adalah penggunaan segala alat atau bantuan yang tidak diperkenankan untuk digunakan di dalam tugas-tugas akademik atau aktivitas akademik.
- Menurut Rojui (2014), kecurangan akademik adalah sebuah tindakan penipuan yang dilakukan dengan sengaja atau penggunaan bahan dan informasi palsu dalam setiap hasil akademisnya.
- Menurut Ercegovac dan Richardson (2004), kecurangan akademik adalah berbagai bentuk kecurangan dan plagiat yang melibatkan perilaku seperti memberi atau menerima bantuan yang tidak diizinkan dalam suatu ujian atau tugas dan menerima nilai untuk hasil yang tidak mereka kerjakan sendiri.
Aspek-aspek Kecurangan Akademik
Menurut Lambert, Hogan, dan Barton (2003), kecurangan akademik terdiri dari empat aspek utama, yaitu sebagai berikut:
- Menggunakan alat ataupun bahan yang tidak sah pada setiap kegiatan akademik. Aspek ini meliputi penggunaan alat dan bahan yang dilarang dan tidak diizinkan untuk mendapatkan hasil akademik yang diinginkan, seperti pada pengerjaan tugas maupun pada saat ujian berlangsung.
- Fabrikasi informasi, referensi atau hasil. Hal ini termasuk juga memalsukan keterangan ataupun informasi, sumber, maupun hasil (seperti hasil penelitian dan lain sebagainya) dalam proses pengerjaan kegiatan akademik.
- Membantu (memfasilitasi) atau memberi keleluasaan pada siswa lain untuk melakukan tindakan kecurangan akademik. Seperti halnya, membiarkan siswa lain berbuat kecurangan akademik ataupun dengan sengaja membantu siswa lain untuk berbuat kecurangan.
- Plagiarisme. Plagiasi meliputi penggunaan ide tanpa izin, menjiplak karya orang lain dan mengakuinya sebagai karya sendiri, ataupun mengutip tanpa menyertakan sumber daya.
Bentuk-bentuk Kecurangan Akademik
Menurut McCabe, Trevino, dan Butterfield (2001), beberapa contoh bentuk tindakan yang termasuk dalam kecurangan akademik, antara lain yaitu sebagai berikut:
a. Menyontek (Cheating)
Menyontek yang dimaksud yaitu berbagai cara atau upaya yang digunakan untuk mengambil atau berbagi informasi dengan orang lain selama sedang melakukan ujian atau proses penilaian akademik. Contohnya seperti melihat hasil pekerjaan orang lain ketika melakukan ujian lalu menuliskan hasil pekerjaan tersebut sebagai hasil pekerjaannya sendiri.
b. Plagiat (Plagiarisme)
Plagiarisme adalah pencurian terhadap karya tulis milik orang lain. Dapat juga diartikan sebagai pengambilan karangan atau tulisan (pendapat dan sebagainya) orang lain yang kemudian dijadikan seolah-olah ditulis sendiri atau dibuat sendiri oleh individu pelaku plagiat tersebut. Contohnya ketika mengerjakan sebuah paper atau karangan menggunakan hasil pekerjaan orang lain selanjutnya digunakan untuk mengganti sebagian atau keseluruhan hasil pekerjaan individu tersebut sendiri.
c. Mengarang atau memalsukan pengarang dan daftar pustaka
Mengarang atau memalsukan yang dimaksud adalah bagaimana seseorang individu mengarang sebuah statement/pernyataan selanjutnya membuat tulisan tersebut seolah-oleh dibuat oleh seseorang oleh dengan berbagai tujuan tertentu. Contohnya ketika dalam mengerjakan sebuah paper atau karangan individu tidak menemukan sumber yang tepat untuk mendukung tulisannya tersebut lalu individu mengarang teori dan memalsukan daftar pustaka guna mendukung hasil tulisannya tersebut.
d. Menggunakan hasil pekerjaan orang lain
Apa yang dimaksud menggunakan hasil pekerjaan orang lain di sini adalah bagaimana inidvidu menggunakan hasil pekerjaan orang lain baik artikel, tugas atau sebagainya yang didapatkan dari berbagai sumber. Selanjutnya hasil pekerjaan tersebut dibuat seolah-oleh menjadi hasil pekerjaan individu tersebut, kemudian dijadikan sebagai alat pengukuran kinerja akademik individu tersebut. Contohnya adalah individu menggunakan hasil pekerjaan orang lain agar dapat digunakan sebagai miliknya seperti mengerjakan tugas yang dikerjakan oleh teman atau membuat karangan yang dibuat oleh teman.
e. Mengutip informasi tanpa mencantumkan sumber
Mengutip informasi dengan tidak mencantumkan sumber dari kutipan yang dimaksud tersebut, yang dimaksud di sini adalah bagaimana sebuah informasi tidak diikut sertakan dengan jelas sumber dari mana sumber informasi tersebut berasal dengan berbagai alasan. Hal tersebut membuat sumber informasi dari sebuah tulisan menjadi tidak jelas apakah tulisan tersebut dibuat sendiri oleh penulis ataukah merupakan hasil karya dari orang lain. Contohnya ketika melakukan pengutipan individu tidak mencantumkan hasil atau kalimat yang telah diutarakan oleh orang lain yang membuat hasil tersebut seolah-oleh merupakan karya orisinal yang disampaikan oleh individu tersebut.
f. Absen
Ketidakhadiran pada kegiatan pembelajaran dengan ataupun tanpa alasan yang dapat dibuktikan. Alasan yang dapat dibuktikan hanya meliputi tiga alasan, yaitu: sakit (dengan surat keterangan sakit oleh dokter), melakukan tugas instansi (dengan surat keterangan dari atasan atau instansi) atau tugas yang diberikan oleh tempat studi (dengan surat keterangan dari minat atau program studi), dan musibah yang dialami oleh keluarga inti (yaitu sakit keras yang dibuktikan dengan surat keterangan sakit serta meninggal dunia).
Selain itu terdapat beberapa bentuk kecurangan akademik yang biasanya dilakukan, yaitu sebagai berikut:
- Kolusi. Bekerja sama dengan mahasiswa lain untuk mempersiapkan atau mengerjakan penugasan yang akan dinilai. Contoh: mengerjakan tugas individual secara bersama-sama.
- Fabrikasi. Mengarang data atau hasil penelitian ataupun dalam mencatat atau melaporkan hasil penelitian tersebut.
- Falsifikasi. Memanipulasi material, peralatan, atau proses penelitian, atau mengubah/menghilangkan data atau hasil penelitian sehingga hasil penelitian tidak tercatat secara akurat.
- Ghosting. Meminta jasa orang lain (dengan ataupun tanpa insentif) untuk menuliskan atau mengerjakan penugasan untuk mahasiswa tertentu. Contoh: penugasan, laporan, atau tesis yang dituliskan oleh orang lain (ghost writer).
- Deceit. Pernyataan, tindakan, alat yang dipergunakan secara tidak jujur untuk tujuan berbohong atau memberikan kesan negatif. Contoh: memberikan pernyataan sakit sebagai alasan menunda pengumpulan penugasan, meskipun sesungguhnya mahasiswa tersebut sehat.
- Gratifikasi. Tindakan untuk menyenangkan orang lain yang dapat memberikan keuntungan bagi mahasiswa tersebut. Contoh: memberikan hadiah kepada penguji sebelum pelaksanaan ujian.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecurangan Akademik
Menurut Anderman dan Murdock (2007), terdapat beberapa faktor yang dianggap dapat mempengaruhi kecurangan akademik pada seseorang, yaitu sebagai berikut:
a. Efikasi diri
Efikasi diri merupakan kepercayaan pada kemampuan diri dalam mengatur dan melaksanakan suatu tindakan yang diperlukan dalam rangka mencapai hasil usaha. Efikasi diri dalam akademik merupakan keyakinan yang dimiliki seseorang tentang kemampuan atau kompetensinya untuk mengerjakan tugas, mencapai tujuan dan mengatasi tantangan akademik. Individu yang memiliki tingkat efikasi diri akademik cukup tinggi akan berusaha lebih keras, berprestasi lebih banyak, dan lebih didih dalam menjalankan tugas dengan menggunakan keterampilan yang dimiliki.
b. Perkembangan Emosi
Perkembangan moral merupakan sebuah perubahan penalaran, perasaan dan perilaku tentang standar mengenai benar dan salah. Perkembangan moral melibatkan tiga aspek, yaitu pemikiran, perilaku dan perasaan. Gagasan dasar dalam hal pemikiran mencakup bagaimana seseorang berpikir mengenai aturan-aturan yang menyangkut etik berperilaku. Gagasan dasar dalam hal perilaku mencakup bagaimana seseorang sebaiknya berperilaku dalam situasi moral.
c. Religiositas
Religiositas merupakan sistem simbol, sistem keyakinan, sistem nilai, dan sistem perilaku yang terlembagakan, yang keseluruhannya terpusat pada personal yang dihayati sebagai yang paling maknawi. Salah satu aspek dalam religi adalah akhlak, yaitu seberapa tingkatan seseorang berperilaku dimotivasi oleh ajaran agamanya, yaitu bagaimana individu berelasi dengan dunianya, terutama dengan manusia lainnya. Akhlak merupakan perbuatan yang meliputi perilaku suka menolong, bekerja sama, tidak mencuri, tidak korupsi dan tidak menipu.
d. Lingkungan
Faktor lingkungan meliputi faktor perlakuan orang tua dan pengaruh hubungan dengan teman sebaya. Keterikatan dalam suatu hubungan teman sebaya mempengaruhi bagaimana seorang individu mengambil keputusan tentang tindak kecurangan akademik. Selain itu sikap dan perilaku kelompok juga sangat mempengaruhi pola pikir serta perilaku anggota kelompoknya, termasuk terhadap perilaku kecurangan akademik.
Daftar Pustaka
- McCabe, D.L., & Trevino, L.K. 1993. Academic Dishonesty: Honor Codes and Other Contextual Influences. The Journal of Higher Education.
- Anderman, E.M., & Murdock, T.B. 2007. Psychology of Academic Cheating. New York: Academic Press Inc.
- Ercegovac, Z., & Richardson, J.V. 2004. Academic Dishonesty, Plagiarism Included, in the Digital Age: A Literature Review. College & Research Libraries.
- Lambert, E.G., Hogan, N.L., & Barton, S.M. 2003. Collegiate Academic Dishonesty Revisited: what have they done, how often have they done it, who does it, and why did they do it. Electronic Journal of Sosiology.
- McCabe, D.L., Butterfield, K.D., & Trevino, L.K. 2001. Cheating in Academic Institutions: A. Decade of Research. Ethics and Behaviour.