Model pembelajaran SCL (Student Centered Learning) adalah suatu model, metode atau pendekatan pembelajaran yang menempatkan siswa atau peserta didik sebagai pusat dari proses belajar mengajar, sehingga akan mengembangkan minat, motivasi, dan kemampuan individu menjadi lebih aktif, kreatif dan inovatif serta bertanggung jawab terhadap proses belajarnya sendiri.
Model pembelajaran SCL memberikan otonomi, pengelolaan pilihan materi dan pendekatan pembelajaran yang lebih baik bagi siswa, sehingga karakteristik utama dari SCL adalah input dari siswa, di antaranya dengan materi, cara dan waktu pembelajaran. Pendekatan pembelajaran SCL diharapkan dapat mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang dibutuhkan masyarakat seperti kreativitas, kepemimpinan, rasa percaya diri, kemandirian, kedisiplinan, kekritisan dalam berpikir, kemampuan berkomunikasi dan bekerja dalam tim, keahlian teknis, serta wawasan global untuk dapat selalu beradaptasi terhadap perubahan dan perkembangan.
Pembelajaran SCL adalah model pembelajaran yang berfokus pada siswa/peserta didik sehingga peran pengajar hanya sebagai fasilitator dalam proses belajar. Dalam pendekatan SCL, pembelajar memiliki tanggung jawab penuh atas kegiatan belajarnya, terutama dalam bentuk keterlibatan aktif dan partisipasi siswa. Hubungan antara siswa yang satu dengan yang lainnya adalah setara, yang tercermin dalam bentuk kerja sama dalam kelompok untuk menyelesaikan suatu tugas belajar. Guru lebih berperan sebagai fasilitator yang mendorong perkembangan siswa, dan bukan merupakan satu-satunya sumber belajar.
Berikut definisi dan pengertian model pembelajaran SCL (Student Centered Learning) dari beberapa sumber buku:
- Menurut Westwood (2008), Student Center Learning (SCL) adalah metode pembelajaran yang memberdayakan peserta didik menjadi pusat perhatian selama proses pembelajaran berlangsung. Pembelajaran yang bersifat kaku instruksi dari pendidik diubah menjadi pembelajaran yang memberi kesempatan pada peserta didik menyesuaikan dengan kemampuannya dan berperilaku langsung dalam menerima pengalaman belajarnya.
- Menurut Priyatmojo (2010), Student Center Learning (SCL) adalah pendekatan pembelajaran yang menempatkan peserta didik di pusat kegiatan pembelajaran dimana siswa berperan aktif mengembangkan kemampuannya untuk berpikir kreatif dan inovatif.
- Menurut Pongtuluran (2000), Student Center Learning (SCL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menempatkan peserta didik sebagai pusat dari proses belajar. Metode ini menekankan pada minat, kebutuhan dan kemampuan individu, menjanjikan model belajar yang menggali motivasi intrinsik untuk membangun masyarakat yang suka dan selalu belajar.
- Menurut Siswono dan Karsen (2008), Student Center Learning (SCL) adalah model pembelajaran yang fokus pada kebutuhan, kemampuan, minat dan gaya pembelajaran dari siswa dengan pengajar sebagai fasilitator pembelajaran, sehingga menjadikan setiap siswa untuk lebih aktif dan mampu untuk bertanggungjawab terhadap proses pembelajarannya sendiri.
Karakteristik Pembelajaran SCL
Menurut Azizah (2011), karakteristik atau aspek-aspek model pembelajaran SCL (Student Centered Learning) adalah sebagai berikut:
- Aktif. Memungkinkan siswa dapat terlibat aktif oleh adanya proses belajar yang menarik dan bermakna.
- Konstruktif. Memungkinkan siswa dapat menggabungkan ide-ide baru ke dalam pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya untuk memahami makna atau keinginan-tahuan dan keraguan yang selama ini ada dalam benaknya.
- Kolaboratif. Memungkinkan siswa dalam suatu kelompok atau komunitas yang saling bekerja sama, berbagi ide, saran atau pengalaman, menasihati dan memberi masukan untuk sesama anggota kelompoknya.
- Antusiastik. Memungkinkan siswa dapat secara aktif dan antusias berusaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
- Dialogis. Memungkinkan proses belajar secara inherent merupakan suatu proses sosial dan dialogis dimana siswa memperoleh keuntungan dari proses komunikasi tersebut baik di dalam maupun luar sekolah.
- Kontekstual. Memungkinkan situasi belajar diarahkan pada proses belajar yang bermakna (real-world) melalui pendekatan problem based atau case-based learning.
- Reflektif. Memungkinkan siswa dapat menyadari apa yang telah ia pelajari serta merenungkan apa yang telah dipelajarinya sebagai bagian dari proses belajar itu sendiri.
- Multisensory. Memungkinkan pembelajaran dapat disampaikan untuk berbagai modalitas belajar (multisensory), baik audio, visual, maupun kinestesis.
- High order thinking skills training. Memungkinkan untuk melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi (seperti problem solving, pengambilan keputusan, dll).
Ciri-ciri Pembelajaran SCL
Menurut Siswono dan Karsen (2008), model pembelajaran SCL (Student Centered Learning) memiliki beberapa ciri-ciri yang merupakan gambaran dari karakteristik yang telah disebutkan sebelumnya. Adapun ciri-ciri dari pembelajaran SCL adalah sebagai berikut:
- Pengajar berperan sebagai penunjang, dalam hal ini bertugas sebagai perantara pembelajaran yang membantu mengarahkan siswa, dan apabila perlu ikut dalam membantu siswa dalam mengembangkan materi yang ada.
- Pengajar berwawasan luas dan bersifat terbuka terhadap masukan maupun kritikan yang membangun bagi siswanya.
- Pengajar menggunakan cara penyampaian materi yang dianggap sesuai dengan kebutuhan dan kondisi siswa, dalam hal ini tidak menutup kemungkinan seorang pengajar menggunakan cara pengajaran yang berbeda untuk setiap kelas.
- Siswa merupakan tokoh utama pembelajaran yang memiliki wewenang untuk menentukan apa saja yang akan dipelajari terkait dengan materi yang ada termasuk cara penyampaiannya.
- Siswa merupakan tokoh yang aktif pada proses pembelajaran yang senantiasa memberikan gagasan, baik saran dan kritik. Mereka bukan hanya menerima materi dari pengajar melainkan juga ikut serta dalam merumuskan, mengembangkan dan memproses materi pembelajaran.
- Siswa mampu untuk mengembangkan materi belajar secara mandiri, dimana saja, kapan saja, bukan hanya di kelas atau di tempat pengajar berada.
- Siswa mampu merumuskan harapan mereka terhadap proses pembelajaran dan mengukur kinerja mereka sendiri.
- Siswa saling berkolaborasi satu sama lain.
- Siswa memantau pembelajarannya sendiri, sehingga mampu untuk merumuskan strategi pembelajaran yang tepat untuk mencapai hasil yang optimal.
- Siswa termotivasi untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkannya sendiri.
- Siswa memilih anggota kelompoknya sendiri dan menemukan bagaimana cara bekerja dalam kelompok tersebut.
- Materi pembelajaran bersifat sebagai arahan bukan patokan pembelajaran, sehingga pengajar dan siswa tidak hanya terpaku pada materi yang ada, namun kreatif untuk mengembangkannya secara berkelanjutan.
- Pembelajaran adalah proses pencarian ilmu pengetahuan secara aktif atau proses perumusan ilmu bukan proses penangkapan ilmu semata.
- Siswa membangun pengetahuannya sendiri melalui proses pembelajaran pribadi yang dilaluinya.
Jenis-jenis Pembelajaran SCL
Menurut Dikti (2014), model-model pembelajaran yang menggunakan pendekatan SCL (Student Centered Learning), antara lain yaitu sebagai berikut:
- Small Group Discussion (SGD). Metode diskusi merupakan model pembelajaran yang melibatkan antara kelompok siswa dan kelompok siswa atau kelompok siswa dan pengajar untuk menganalisis, menggali atau memperdebatkan topik atau permasalahan tertentu.
- Role-Play and Simulation. Metode ini berbentuk interaksi antara dua atau lebih siswa tentang suatu topik atau kegiatan dengan menampilkan simbol-simbol atau peralatan yang menggantikan proses, kejadian, atau sistem yang sebenarnya. Jadi dengan model ini siswa mempelajari sesuatu (sistem) dengan menggunakan model.
- Discovery Learning. Metode ini berbentuk pemberian tugas belajar atau penelitian kepada siswa dengan tujuan supaya siswa dapat mencari sendiri jawabannya tanpa bantuan pengajar.
- Self-Directed Learning. Metode ini berbentuk pemberian tugas belajar kepada siswa, seperti tugas membaca dan membuat ringkasan.
- Cooperative Learning. Model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengonstruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri.
- Contextual Learning (CL). Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajikan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif, nyaman, dan menyenangkan.
- Problem Based Learning (PBL). Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap harus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dapat berpikir optimal.
- Collaborative Learning (CbL). Metode ini memungkinkan siswa untuk mencari dan menemukan jawaban sebanyak mungkin, saling berinteraksi untuk menggali semua kemungkinan yang ada.
- Project Based Learning (PjBL). Metode pembelajaran ini adalah memberikan tugas-tugas project yang harus diselesaikan oleh siswa dengan mencari sumber pustaka sendiri.
Peran Guru dan Siswa dalam Pembelajaran SCL
Pembelajaran SCL (Student Centered Learning) yang diaplikasikan dengan benar dapat peningkatan motivasi untuk belajar, lebih retensi pengetahuan, pemahaman yang lebih mendalam, dan lebih banyak sikap positif terhadap subyek yang diajarkan. Menurut Marhaeni (2008), agar pembelajaran SCL dapat berjalan sesuai tujuan yang ditetapkan, dibutuhkan peran aktif guru maupun siswa dalam proses belajar mengajar, yaitu:
a. Peran Guru
- Bertindak sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran.
- Mengkaji kompetensi mata pelajaran yang harus dikuasai siswa pada akhir pembelajaran.
- Merancang strategi dan lingkungan pembelajaran yang dapat menyediakan beragam pengalaman belajar.
- Membantu siswa mengakses informasi, menata, dan memprosesnya untuk dimanfaatkan dalam memecahkan permasalahan hidup sehari-hari.
- Mengidentifikasi dan menentukan pola penilaian hasil belajar siswa yang relevan dengan kompetensi yang akan diukur.
b. Peran Siswa
- Mengkaji kompetensi yang disampaikan guru.
- Mengkaji strategi pembelajaran yang ditawarkan oleh guru.
- Membuat rencana pembelajaran untuk mata pembelajaran yang diikutinya.
- Belajar secara aktif dalam kelompok maupun individual (dengan cara mendengar, membaca, menulis, diskusi, pemecahan masalah; serta terlibat dalam kegiatan berfikir tingkat tinggi seperti analisis, sintesis, dan evaluasi.
Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran SCL
Setiap model pembelajaran biasanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, begitu juga dengan model pembelajaran SCL (Student Centered Learning). Menurut Setiadji (2010), kelebihan atau keunggulan model pembelajaran SCL yaitu:
- Mengaktifkan dan berfikir kritis siswa dalam proses pembelajaran.
- Mendorong siswa menguasai pengetahuan dalam proses discovery dan inkuiri.
- Siswa dapat mengenali gaya belajar mereka yang sesuai dengan karakteristik individu.
- Memperhatikan kebutuhan dan latar belakang pembelajar.
- Memberi kesempatan pengembangan berbagai strategi assessment.
Adapun kelemahan atau kekurangan model pembelajaran SCL yaitu:
- Sulit diimplementasikan pada kelas besar.
- Memerlukan waktu lebih banyak.
- Tidak cocok untuk siswa yang tidak terbiasa aktif, mandiri, dan demokratis.
Daftar Pustaka
- Westwood, Peter. 2008. What Teachers Need to Know about Reading and writing Difficulties. Victoria: Acer Press.
- Priyatmojo, Achmadi., dkk. 2010. Buku Panduan Pelaksanaan Students Centered Learning (SCL) dan Teacher Aesthethic Role-Sharing (STAR). Yogyakarta: Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Gadjah Mada.
- Pongtuluran, Aris. 2000. Student Centered Learning: The Urgency and Possibilities. Surabaya: Universitas Kristen Petra.
- Siswono dan Karsen, Marini. 2008. Student Center Learning: Kunci Keberhasilan E-Learning, Makalah Sistem Informasi. Yogyakarta: Informatika.
- Azizah, Maryam Nur. 2011. Efektivitas Penggunaan Metode Pembelajaran Student Centered Learning Berbasis Classroom Blogging untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA. Jakarta: UPI.
- Dikti. 2014. Kurikulum Pendidikan Tinggi. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
- Marhaeni, A.A.I.N. 2008. Determinasi Beberapa Faktor Afektif yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Pendidikan Ganesha. Singaraja: Lembaga Penelitian Undiksha.