Cash holding atau kepemilikan kas adalah kas atau setara kas yang ada atau tersedia di perusahaan yang digunakan untuk belanja operasi seperti gaji atau upah, pembelian bahan baku dan aktiva tetap, membayar utang, membayar dividen dan transaksi lain yang diperlukan perusahaan.
Kas merupakan aktiva yang dimiliki perusahaan yang paling likuid, hal ini dikarenakan sebagian besar aktivitas perusahaan membutuhkan kas dalam kegiatan transaksinya. Setiap perusahaan memiliki kebijakan cash holding yang berbeda-beda. Hal ini diakibatkan adanya perbedaan keadaan yang dihadapi oleh perusahaan dan juga motivasi yang berbeda dalam Cash Holding.
Berikut definisi dan pengertian cash holding atau kepemilikan kas dari beberapa sumber buku:
- Menurut Gill and Shah (2012), cash holding adalah kas yang ada di perusahaan atau tersedia untuk investasi pada aset fisik dan untuk dibagikan kepada investor.
- Menurut Menurut Gore (2009), cash holding adalah rasio antara kas dan setara kas dengan belanja operasi dan belanja bunga bulanan.
- Menurut Syafrizaliadhi (2014), cash holding adalah kas yang digunakan untuk transaksi seperti untuk pembayaran gaji atau upah, pembelian aktiva tetap, membayar utang, membayar dividen dan transaksi lain yang diperlukan perusahaan.
Motif Cash Holding
Menurut Keynes (1937), beberapa hal yang menjadi motif dari cash holding atau kepemilikan kas, adalah sebagai berikut:
a. Motif Transaksi (transaction motive)
Menurut teori ini perusahaan menahan kas untuk membiayai berbagai transaksi perusahaan. Apabila perusahaan mudah mendapatkan dana dari pasar modal, cash holding tidak diperlukan namun jika tidak, maka perusahaan perlu cash holding untuk membiayai berbagai transaksi. Apabila terdapat asimetri informasi dan agency cost of debt yang tinggi akan menjadikan sumber pendanaan eksternal juga akan semakin tinggi yang menyebabkan jumlah cash holding juga menjadi semakin besar.
b. Motif Berjaga-jaga (precaution motive)
Menurut teori ini perusahaan memiliki cash holding dengan tujuan untuk mengantisipasi peristiwa yang tidak terduga dari aspek pembiayaan, terutama pada negara dengan perekonomian yang tidak stabil. Pasar modal akan terpengaruh oleh keadaan ekonomi yang bersifat makro seperti perubahan nilai tukar yang dapat berpengaruh terhadap nilai hutang perusahaan. Hal ini menyebabkan perusahaan memerlukan cash holding untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan buruk perekonomian.
c. Motif Spekulasi (speculation motive)
Teori ini menyatakan bahwa perusahaan akan menggunakan kas untuk berspekulasi mengamati berbagai kesempatan bisnis baru yang dianggap menguntungkan. Perusahaan yang sedang berkembang dapat melakukan akuisisi perusahaan lain sehingga memerlukan kas dalam jumlah besar.
d. Motif Mencari Keuntungan (arbitrage motive)
Teori ini menyatakan bahwa perusahaan menahan kas untuk memperoleh keuntungan dari adanya berbagai perbedaan kebijakan antar negara. Perusahaan dapat mengambil dana dari pasar modal asing dengan bunga yang lebih rendah kemudian melalui mekanisme perdagangan dana tersebut ditanamkan pada pasar modal domestik yang memiliki tingkat bunga yang lebih tinggi.
Faktor yang Mempengaruhi Cash Holding
Terdapat beberapa faktor yang dianggap dapat mempengaruhi tingkat cash holding atau kepemilikan kas di perusahaan, yaitu sebagai berikut:
a. Growth Opportunity
Growth Opportunity sangat diharapkan oleh pihak internal maupun eksternal suatu perusahaan karena dapat memberikan suatu aspek yang positif bagi mereka. Dari sudut pandang investor, pertumbuhan suatu perusahaan merupakan tanda bahwa perusahaan memiliki aspek yang menguntungkan, dan mereka mengharapkan rate of return (tingkat pengembalian) dari investasi mereka memberikan hasil yang lebih baik. Pertumbuhan perusahaan dapat juga menjadi indikator dari profitabilitas dan keberhasilan perusahaan. Dalam hal ini, pertumbuhan perusahaan merupakan perwakilan untuk ketersediaan dana internal. Jika perusahaan berhasil dan memperoleh laba, maka tersedia dana internal yang cukup untuk kebutuhan investasi.
b. Leverage
Leverage merupakan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan yang tidak solvabel adalah perusahaan yang total utangnya lebih besar dibandingkan total asetnya. Leverage sebagai alat untuk mengukur seberapa besar perusahaan tergantung pada kreditur dalam membiayai aset perusahaan. Perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi mempunyai tingkat ketergantungan yang sangat tinggi pada pinjaman luar untuk membiayai asetnya. Sedangkan perusahaan yang memiliki tingkat leverage yang lebih rendah menunjukkan bahwa pendanaan perusahaan berasal dari modal sendiri.
c. Net Working Capital
Net Working Capital atau Modal kerja merupakan salah satu elemen yang penting bagi perusahaan, karena tanpa modal kerja yang cukup operasi perusahaan akan terganggu. Net Working Capital mampu berperan sebagai substitusi terhadap cash holdings suatu perusahaan. Hal ini dikarenakan kemudahan dalam mengubahnya ke dalam bentuk kas saat perusahaan memerlukannya. Sebagai contoh, piutang dapat dengan mudah dicairkan melalui proses sekuritisasi, hutang bank juga bisa dengan mudah diubah menjadi kas. Jadi Net Working Capital bisa dianggap sebagai substitusi dari Cash Holdings.
d. Cash Flow
Laporan arus kas (cash flow statement) adalah laporan keuangan yang memperlihatkan pengaruh dari aktivitas-aktivitas operasi, pendanaan, dan investasi perusahaan terhadap arus kas selama periode akuntansi tertentu dalam suatu cara yang merekonsiliasi saldo awal dan akhir kas. Cash flow merupakan arus kas masuk operasi dengan pengeluaran yang dibutuhkan untuk mempertahankan arus kas operasi di masa mendatang. Apabila arus kas masuk lebih besar dari arus kas keluar, hal ini menunjukkan arus kas bersih positif dan sebaliknya, apabila arus kas masuk lebih kecil dari arus kas keluar, maka terjadi arus kas bersih negatif. Arus kas bersih positif menyebabkan naiknya jumlah kas yang dimiliki perusahaan, dan sebaliknya, arus kas bersih negatif menyebabkan turunnya jumlah kas perusahaan.
e. Dividend Payment
Dividen merupakan laba perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham. Perusahaan yang membayar dividen dapat mengurangi biaya memegang kas dengan mengurangi dividen. Dengan kata lain perusahaan yang membagikan dividen kepada pemegang saham lebih mampu mengumpulkan dana dengan biaya rendah ketika dibutuhkan dengan mengurangi dividen. Biaya ini dapat dihindari bagi perusahaan yang menghadapi sumber dana internal yang rendah dengan menerbitkan ekuitas atau bahkan mengurangi pembayaran dividen.