Semangat Kerja - Pengertian, Aspek, Indikator dan Cara Meningkatkannya

Semangat kerja adalah suatu gambaran perasaan berupa keinginan, kesanggupan, ketertarikan dan antusiasme yang ditunjukkan seorang pekerja dalam melakukan pekerjaan dengan giat, disiplin dan tekun sehingga menghasilkan kerja yang lebih banyak, lebih cepat dan lebih baik. Perusahaan atau instansi akan mendapat banyak keuntungan apabila setiap individu yang bekerja memiliki semangat atau kegairahan kerja yang tinggi. Semangat kerja yang tinggi biasanya akan dapat dilihat dari kesediaan individu untuk bekerja dengan sepenuh hati.

Pengertian, Aspek, Indikator dan Cara Meningkatkan Semangat Kerja

Semangat kerja merupakan suatu keadaan yang timbul dari dalam diri individu yang menyebabkan individu tersebut dapat melakukan pekerjaan dalam suasana senang sehingga bekerja dengan giat, cepat dan lebih baik. Semangat kerja adalah sikap mental yang menunjukkan kegairahan untuk melaksanakan pekerjaannya sehingga mendorong untuk mampu bekerja sama dan dapat menyelesaikan tugas tepat pada waktunya dengan rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan yang dibebankan kepadanya.

Berikut definisi dan pengertian semangat kerja dari beberapa sumber buku: 

  • Menurut Hasibuan (2009), semangat kerja adalah keinginan dan kesanggupan seseorang mengerjakan pekerjaannya dengan baik serta berdisiplin untuk mencapai prestasi kerja yang maksimal. 
  • Menurut Halsay (2003), semangat kerja adalah kesediaan perasaan yang memungkinkan seseorang pekerja untuk menghasilkan kerja yang lebih banyak dan lebih baik tanpa menambah keletihan. 
  • Menurut Nitisemito (2002), semangat kerja adalah melakukan pekerjaan secara lebih giat sehingga pekerjaan dapat diharapkan lebih cepat dan lebih baik. 
  • Menurut Sastrohadiwiryo (2003), semangat kerja adalah suatu kondisi mental, atau perilaku individu tenaga kerja dan kelompok-kelompok yang menimbulkan kesenangan yang mendalam pada diri tenaga kerja untuk bekerja dengan giat dan konsekuen dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan kantor. 
  • Menurut Azwar (2005), semangat kerja adalah suatu gambaran perasaan yang berhubungan dengan tabiat/jiwa semangat kelompok, kegembiraan/kegiatan, untuk kelompok-kelompok pekerja yang menunjukkan iklim dan suasana pekerja. 
  • Menurut Majorsy (2007), semangat kerja adalah ketertarikan profesional dan antusiasme yang ditunjukkan seseorang yang mengarah pada prestasi individual serta tujuan kelompok dalam situasi kerja yang ada.


Aspek-aspek Semangat Kerja 

Menurut Majorsy (2007), semangat kerja memiliki beberapa aspek, yaitu sebagai berikut:

a. Kegairahan atau antusiasme 

Antusiasme secara tidak langsung berhubungan dengan motivasi yang tinggi. Kegairahan juga dapat memperkirakan bahwa motivasi ada pada tugas itu sendiri, karena kegembiraan berarti ada minat yang akan mendorong individu untuk berupaya lebih keras dalam bekerja. Karyawan yang memiliki kegairahan dalam bekerja berarti karyawan tersebut memiliki dorongan untuk melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya.

b. Kualitas untuk bertahan 

Kualitas untuk bertahan merupakan suatu keadaan yang menggambarkan situasi kelompok yang tidak kehilangan arah tujuan ketika menghadapi kesulitan, berarti ada ketekunan, penuh keyakinan dan saling memberi semangat antar karyawan. Orang yang memiliki semangat kerja yang tinggi tidak akan mudah putus asa dalam menghadapi berbagai kesukaran yang muncul dalam pekerjaannya, berarti orang tersebut memiliki energi dan kepercayaan untuk memandang masa depan dengan baik, hal tersebut dapat meningkatkan kualitas seseorang untuk bertahan.

c. Kekuatan untuk melawan frustrasi 

Kekuatan untuk melawan frustrasi menggambarkan bagaimana orang yang memiliki semangat kerja yang tinggi tidak memiliki sikap yang pesimis apabila menemui kesulitan dalam pekerjaannya.

d. Semangat kelompok 

Semangat kelompok menggambar hubungan antara karyawan. Dengan adanya semangat kelompok maka karyawan lebih berfikir sebagai kami daripada saya; mereka akan saling tolong-menolong dan tidak saling bersaing untuk menjatuhkan; keberhasilan pada seorang karyawan dianggap sebagai keberhasilan kelompok. Semangat kelompok merupakan aspek semangat kerja yang jelas menggambarkan gejala kelompok dan merupakan salah satu karakteristik dasar kelompok untuk bekerja sama dan bertanggung jawab secara sosial.


Indikator Kenaikan atau Penurunan Semangat Kerja 

Semangat kerja karyawan di perusahaan atau institusi perlu dilakukan pengecekan secara rutin. Terdapat beberapa indikator yang menjadi ciri-ciri kenaikan atau penurunan semangat kerja karyawan, yaitu sebagai berikut.

a. Indikator Kenaikan Semangat Kerja 

Menurut Nitisemito (2002), indikator kenaikan atau peningkatan semangat kerja karyawan adalah sebagai berikut: 

  1. Naiknya produksi perusahaan. Karyawan yang semangat kerjanya tinggi cenderung melaksanakan tugas-tugas sesuai waktu, tidak menunda pekerjaan dengan sengaja, serta mempercepat pekerjaan, dan sebagainya. Hal ini akan meningkatkan produksi. Meskipun produksi bertambah tetapi dapat juga tingkatnya rendah. Oleh karena itu harus dibuat standar kerja untuk mengetahui apakah produksi perusahaan tinggi atau tidak. 
  2. Tingkat absensi yang rendah. Tingkat absensi yang rendah juga merupakan salah satu indikasi meningkatnya semangat kerja. Karena nampak bahwa persentase absen seluruh karyawan rendah.
  3. Tingkat perpindahan karyawan yang menurun. Tingkat keluar masuk karyawan yang menurun merupakan indikasi meningkatnya semangat kerja. Hal ini dapat disebabkan oleh kesenangan mereka bekerja pada perusahaan tersebut. Tingkat keluar masuk karyawan yang tinggi dapat mengganggu jalan perusahaan. 
  4. Tidak terjadi atau berkurangnya kegelisahan. Semangat kerja para karyawan akan meningkat apabila mereka tidak gelisah. Kegelisahan dapat dilihat melalui bentuk keluhan, ketidak-tenangan bekerja, dan hal-hal lainnya.

Sedangkan menurut Carlaw, Deming dan Friedman (2003), semangat kerja yang tinggi pada karyawan memiliki beberapa ciri atau indikator sebagai berikut: 

  1. Tersenyum dan tertawa. Senyum dan tawa mencerminkan kebahagiaan individu dalam bekerja. Walaupun individu tidak memperlihatkan senyum dan tawanya, tetapi dalam dirinya individu merasa tenang dan nyaman bekerja serta menikmati tugas yang dilaksanakannya. 
  2. Memiliki inisiatif. Individu yang memiliki semangat kerja yang tinggi akan memiliki kemauan diri untuk bekerja tanpa pengawasan dan tanpa perintah dari atasan. 
  3. Berfikir kreatif dan luas. Individu mempunyai ide-ide baru, dan tidak mempunyai hambatan untuk menyalurkan ide-idenya dalam menyelesaikan tugas. 
  4. Menyenangi apa yang sedang dilakukan. Individu lebih fokus pada pekerjaan dari pada memperlihatkan gangguan selama melakukan pekerjaan. 
  5. Tertarik dengan pekerjaannya. Individu menaruh minat pada pekerjaan karena sesuai keahlian dan keinginannya. 
  6. Bertanggung jawab. Individu bersungguh-sungguh dalam melakukan pekerjaan. 
  7. Memiliki kemauan bekerja sama. Individu memiliki kesediaan untuk bekerjasama dengan individu yang lain untuk mempermudah atau mempertahankan kualitas kerja. 
  8. Berinteraksi dengan atasan. Individu berinteraksi dengan atasan dengan nyaman tanpa ada rasa takut dan tertekan.

b. Indikator Penurunan Semangat Kerja 

Menurut Nitisemito (2002), indikator penurunan semangat kerja yang terjadi pada karyawan di perusahaan adalah sebagai berikut: 

  1. Rendahnya produktivitas kerja. Menurunnya produktivitas dapat terjadi karena kemalasan, menunda pekerjaan, dan sebagainya. Bila terjadi penurunan produktivitas, maka hal ini berarti indikasi dalam organisasi tersebut telah terjadi penurunan semangat kerja. 
  2. Tingkat absensi yang naik atau tinggi. Pada umumnya, bila semangat kerja menurun, maka karyawan dihinggapi rasa malas untuk bekerja. Apalagi kompensasi atau upah yang diterimanya tidak dikenakan potongan saat mereka tidak masuk bekerja. Dengan demikian dapat menimbulkan penggunaan waktu luang untuk mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi, meski hanya untuk sementara. 
  3. Tingkat perpindahan karyawan yang tinggi. Keluar masuk karyawan yang meningkat terutama disebabkan karyawan mengalami ketidak-senangan atau ketidak-nyamanan saat mereka bekerja, sehingga mereka berniat bahkan memutuskan untuk mencari tempat pekerjaan lain yang lebih sesuai dengan alasan mencari kenyamanan dalam bekerja. 
  4. Tingkat kerusakan yang meningkat. Meningkatnya tingkat kerusakan sebenarnya menunjukkan bahwa perhatian dalam pekerjaan berkurang. Selain itu dapat juga terjadi kecerobohan dalam pekerjaan dan sebagainya. Dengan naiknya tingkat kerusakan merupakan indikasi yang cukup kuat bahwa semangat kerja telah menurun. 
  5. Kegelisahan dimana-mana. Kegelisahan tersebut dapat berbentuk ketidak-tenangan dalam bekerja, keluh kesah serta hal-hal lain. Terusiknya kenyamanan karyawan memungkinkan akan berlanjut pada perilaku yang dapat merugikan organisasi itu sendiri. 
  6. Tuntutan yang sering terjadi. Tuntutan merupakan perwujudan dari ketidakpuasan, di mana pada tahap tertentu akan menimbulkan keberanian untuk mengajukan tuntutan. Organisasi harus mewaspadai tuntutan secara massal dari pihak karyawan. 
  7. Pemogokan. Pemogokan adalah wujud dari ketidakpuasan, kegelisahan dan sebagainya. Jika hal ini terus berlanjut maka akan berujung ada munculnya tuntutan dan pemogokan.


Faktor yang Mempengaruhi Semangat Kerja 

Setelah mengetahui indikator-indikator kenaikan atau penurunan semangat kerja, hal yang perlu dilakukan adalah memahami faktor-faktor yang berpengaruh terhadap semangat kerja. Menurut Asnawi (1999), beberapa faktor yang berpengaruh terhadap semangat kerja karyawan adalah sebagai berikut: 

  1. Tidak merasa tertekan karena pekerjaan yang diberikan, bahkan mereka mencintai pekerjaannya. 
  2. Hubungan yang harmonis antara pimpinan dan bawahannya, khususnya yang setiap hari berhubungan langsung.
  3. Kepuasan ekonomi dan material. 
  4. Kepuasan terhadap pekerjaan dan tugasnya sehari-hari. 
  5. Ketenangan mental karena ada jaminan hukum dan kesehatan selama bekerja.
  6. Rasa kemanfaatan bagi organisasi. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dinyatakan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi semangat kerja karyawan, salah satunya adalah hubungan atasan bawahan atau masalah kepemimpinan. 

Adapun menurut Zainudin (2002), beberapa faktor yang mempengaruhi semangat kerja antara lain adalah sebagai berikut: 

  1. Hubungan yang harmonis antara atasan dan bawahan, terutama antara pimpinan kerja yang sehari-hari berhubungan dan berhadapan dengan para karyawan. 
  2. Terdapat suatu suasana dan iklim kerja yang bersahabat dengan anggota-anggota lain organisasi, apalagi dengan mereka yang sehari-hari banyak berhubungan dengan pekerjaan.
  3. Rasa kemanfaatan bagi tercapainya tujuan organisasi yang merupakan tujuan bersama mereka yang harus diwujudkan bersama-sama. 
  4. Adanya tingkat kepuasan ekonomi dan kepuasan-kepuasan materi lainnya yang memadai, sehingga imbalan yang dirasakan akan adil terhadap jerih payah yang telah diberikan terhadap organisasi. 
  5. Adanya ketenangan jiwa, jaminan kepastian serta perlindungan terhadap segala yang dapat membahayakan diri pribadi dan karir pekerjaan dalam perusahaan atau organisasi.


Cara Meningkatkan Semangat Kerja 

Menurut Hasibuan (2009), terdapat beberapa cara untuk meningkatkan semangat kerja karyawan di perusahaan, antara lain adalah sebagai berikut: 

  1. Gaji atau upah yang cukup. Pemberian upah merupakan dorongan kepada karyawan untuk melakukan pekerjaan, upah merupakan balas jasa yang diberikan perusahaan kepada karyawan, dan pemberian gaji yang cukup kepada karyawan diharapkan dapat meningkatkan semangat kerja dari karyawan itu sendiri. Untuk meningkatkan semangat kerja karyawan semaksimal mungkin. 
  2. Memenuhi kebutuhan rohani. Selain kebutuhan materi mereka juga mempunyai kebutuhan rohani yaitu tempat menjalankan ibadah, rekreasi, partisipasi dan lain sebagainya. 
  3. Sesekali perlu menciptakan suasana yang santai. Banyak sekali cara yang dapat dilaksanakan oleh perusahaan, misalnya dengan mengadakan rekreasi atau berpiknik bersama, mengadakan pertandingan olahraga antar karyawan dan sebagainya. 
  4. Tempatkan karyawan pada posisi yang tepat. Artinya tempatkan mereka pada posisi yang sesuai dengan keahlian-nya atau keterampilan-nya masing-masing. Karena kesalahan menempatkan posisi karyawan akan menyebabkan pekerjaan menjadi kurang lancar dan tidak dapat memperoleh hasil yang maksimal, disamping itu semangat kerja mereka akan menurun. 
  5. Berikan kesempatan kepada mereka untuk maju. Perlunya kesempatan untuk maju berarti memberi kesempatan kepada karyawan untuk mengembangkan diri dalam penerimaan tanggung jawab yang lebih besar dari sebelumnya dan diberikan kepada karyawan yang berprestasi berupa kenaikan pangkat (promosi), kenaikan gaji dan sebagainya. 
  6. Pemberian insentif yang terarah. Pemberian tambahan penghasilan secara langsung bagi karyawan yang berprestasi sangat efektif untuk mendorong meningkatkan semangat kerja. 
  7. Fasilitas yang menyenangkan. Perusahaan hendaknya menyediakan fasilitas kerja yang menyenangkan bagi karyawan seperti kafetaria, tempat rekreasi, kamar kecil yang bersih, tempat olahraga dan lain sebagainya.

Selain itu menurut Sastrohadiwiryo (2003), cara yang dapat ditempuh manajemen untuk meningkatkan semangat kerja melalui beberapa pendekatan, yaitu sebagai berikut: 

  1. Memberikan kompensasi kepada tenaga kerja dalam porsi yang wajar tetapi tidak memaksakan kemampuan kantor.
  2. Menciptakan kondisi kerja yang menggairahkan semua pihak. 
  3. Memperhatikan kebutuhan yang berhubungan dengan spiritual tenaga kerja. 
  4. Pada saat penyegaran sebagai media pengurangan ketegangan kerja dan memperkokoh rasa setia kawan antara tenaga kerja maupun manajemen. 
  5. Penempatan tenaga kerja pada posisi yang tepat. 
  6. Memperhatikan hari esok para tenaga kerja. 
  7. Para tenaga kerja yang menyumbang aspirasinya mendapat tempat yang wajar.

Daftar Pustaka

  • Hasibuan, Malayu, S.P. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
  • Halsey, George, D. 2003. Bagaimana Memimpin & Mengawasi Pegawai Anda. Jakarta: Aksara Baru.
  • Nitisemito, Alex, S. 2002. Manajemen Personalia. Jakarta: Ghalia Indonesia.
  • Sastrohadiwiryo, Siswanto. 2003. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
  • Saifuddin, Azwar. 2005. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
  • Majorsy, Ursa. 2007. Kepuasan Kerja, Semangat Kerja dan Komitmen Organisasional Pada Staf Pengajar Universitas Gunadarma. Jurnal Psikologi.
  • Carlaw, Deming & Friedman. 2003. Managing & motivating Contact Center Employees. USA: The McGraw-Hill Companies.
  • Asnawi, Sahlan. 1999. Aplikasi Psikologi dalam Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Jakarta: Pusgrafin.
  • Zainuddin, S.K. 2002. Komitmen Organisasi. www.e-Psikologi.com.
Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama