Skizofrenia adalah sekelompok gangguan psikologi dengan gangguan dasar pada kepribadian dan distorsi khas proses pikir yang ditandai dengan proses pikir penderita yang lepas dari realita sehingga terjadi perubahan kepribadian seseorang yang reversible dan menuju kehancuran serta tidak berguna sama sekali (DEPKES, 1995).
Skizofrenia berasal dari bahasa Latin, yaitu skizo yang artinya retak atau pecah (split), dan frenia yang artinya jiwa. Seseorang yang menderita gangguan jiwa skizofrenia adalah orang yang mengalami spliting of personality atau keretakan jiwa dan kepribadian (Hawari, 2009).
Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang ditandai dengan gangguan utama dalam pikiran, emosi, dan perilaku, dimana berbagai pemikiran tidak saling berhubungan secara logis, persepsi dan perhatian yang keliru, afek yang datar atau tidak sesuai, dan berbagai gangguan aktivitas motorik yang bizzare (perilaku aneh).
Skizofrenia termasuk dalam salah satu gangguan mental yang disebut psikosis. Skizofrenia ditandai dengan gejala-gejala seperti delusi, halusinasi, gangguan kognitif dan persepsi. Gejala-gejala lainnya seperti avolition (menurunnya minat dan dorongan), berkurangnya keinginan bicara, serta terganggunya relasi personal (Arif, 2006).
Berikut definisi dan pengertian skizofrenia dari beberapa sumber buku:
Skizofrenia berasal dari bahasa Latin, yaitu skizo yang artinya retak atau pecah (split), dan frenia yang artinya jiwa. Seseorang yang menderita gangguan jiwa skizofrenia adalah orang yang mengalami spliting of personality atau keretakan jiwa dan kepribadian (Hawari, 2009).
Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang ditandai dengan gangguan utama dalam pikiran, emosi, dan perilaku, dimana berbagai pemikiran tidak saling berhubungan secara logis, persepsi dan perhatian yang keliru, afek yang datar atau tidak sesuai, dan berbagai gangguan aktivitas motorik yang bizzare (perilaku aneh).
Skizofrenia termasuk dalam salah satu gangguan mental yang disebut psikosis. Skizofrenia ditandai dengan gejala-gejala seperti delusi, halusinasi, gangguan kognitif dan persepsi. Gejala-gejala lainnya seperti avolition (menurunnya minat dan dorongan), berkurangnya keinginan bicara, serta terganggunya relasi personal (Arif, 2006).
Berikut definisi dan pengertian skizofrenia dari beberapa sumber buku:
- Menurut Sutanto (2007), skizofrenia adalah salah satu gangguan kejiwaan yang cukup berat dan menunjukkan adanya disorganisasi/kemunduran fungsi kepribadian, sehingga menyebabkan disability atau ketidakmampuan.
- Menurut Kartono (2003), skizofrenia adalah kondisi psikotis dengan gangguan disintegrasi, depersonalisasi dan kebelahan atau kepecahan struktur kepribadian, serta regresi aku yang parah.
- Menurut Stuart (2007), skizofrenia adalah suatu penyakit otak persisten dan serius yang mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi, hubungan interpersonal, serta memecahkan masalah.
- Menurut Kaplan dan Sadock (2010), skizofrenia merupakan kumpulan dari beberapa gejala klinis yang penderitanya akan mengalami gangguan dalam kognitif, emosional, persepsi serta gangguan dalam tingkah laku. Penderita gangguan jiwa skizofrenia akan mengalami gejala gangguan persepsi, seperti waham dan halusinasi.
- Menurut Supratiknya (1995), skizofrenia adalah gangguan psikotik berat yang ditandai distorsi berat atas realitas, menarik diri dari interaksi sosial, disorganisasi, dan fragmentasi persepsi, pikiran, dan emosi. Gangguan ini disebut demence precoce atau gangguan mental dini.
Jenis-jenis Skizofrenia
Menurut Kaplan dan Sadock (2010), berdasarkan gejala-gejalanya, skizofrenia dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:a. Skizofrenia paranoid
Skizofrenia paranoid biasanya ditandai dengan adanya waham kejar (rasa menjadi korban atau seolah-olah dimata-matai atau waham kebesaran, halusinasi dan terkadang terdapat waham keagamaan yang berlebihan (focus waham agama), atau perilaku agresif dan bermusuhan Skizofrenia sering dimulai sesudah umur 30 tahun. Permulaanya mungkin subakut, tetapi mungkin juga akut. Kepribadian penderita sebelum sakit sering dapat digolongkan schizoid. Mereka mudah tersinggung, suka menyendiri, agak congkak dan kurang percaya pada orang lain.b. Skizofrenia hebefrenik
Skizofrenia hebefrenik biasanya ditandai dengan afek datar atau afek yang tidak sesuai secara nyata, inkoherensi, asosiasi longgar, dan disorganisasi perilaku yang ekstrem. Permulaanya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul pada masa remaja atau antara 15 - 25 tahun. Gejala yang mencolok adalah gangguan proses berpikir, gangguan kemauan dan adanya depersonalisasi atau double personality. Gangguan psikomotor seperti mannerism, neologisme atau perilaku ke kanak-kanakan sering terdapat pada skizofrenia heberfrenik, waham dan halusinasinya banyak sekali.c. Skizofrenia katatonik
Skizofrenia katatonik biasanya ditandai dengan gangguan psikomotor yang nyata, baik dalam bentuk tanpa gerakan atau aktivitas motorik yang berlebihan terlihat tanpa tujuan dan tidak dipengaruhi oleh stimulasi eksternal. Timbulnya pertama kali antara usia 15 sampai 30 tahun, dan biasanya akut serta sering didahului oleh stres emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah katatonik atau stupor katatonik. Gejala utama yang dapat diamati adalah gejala psikomotor, seperti:- Mutisme, kadang-kadang dengan mata tertutup, muka tanpa mimik, seperti topeng, stupor penderita tidak bergerak sama sekali untuk waktu yang sangat lama, beberapa hari, bahkan kadang-kadang beberapa bulan.
- Bila diganti posisinya penderita menentang.
- Makanan ditolak, air ludah tidak ditelan sehingga terkumpul di dalam mulut dan meleleh keluar, air seni dan feses ditahan.
- Terdapat grimas dan katalepsi.
d. Skizofrenia simplex
Skizofrenia simplex biasanya ditandai dengan gejala-gejala skizofrenia campuran (atau jenis lain) disertai gangguan pikiran, afek, dan perilaku. Sering timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala utama pada jenis simplex adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses berpikir biasanya sukar ditemukan. Waham dan halusinasi jarang sekali ditemukan.e. Skizofrenia residual
Skizofrenia residual biasanya ditandai dengan setidaknya satu episode skizofrenia sebelumnya, tetapi saat ini tidak psikotik, menarik diri dari masyarakat, afek datar serta asosiasi longgar. Jenis ini adalah keadaan kronis dari skizofrenia dengan riwayat sedikitnya satu episode psikotik yang jelas dan gejala-gejala berkembang kea rah gejala negative yang lebih menonjol. Gejala negative terdiri dari kelambatan psikomotor, penurunan aktivitas, penumpukan afek, pasif dan tidak ada inisiatif, kemiskinan pembicaraan, ekspresi nonverbal yang menurun, serta buruknya perawatan diri dan fungsi sosial.Gejala-gejala Skizofrenia
Menurut Stuart dan Laraia (2005), secara umum gejala skizofrenia dibagi menjadi dua jenis, yaitu:- Gejala positif (gejala nyata), yaitu waham, halusinasi, dan gangguan perilaku aneh, gangguan pikiran bicara kacau, ekopraksia (peniruan gerakan orang lain yang diamati klien) asosiasi longgar (pikiran atau gagasan yang terpecah-pecah dan ambivalensi (mempertahankan keyakinan yang tampak kontradiktif tentang individu).
- Gejala negatif (gejala samar), yaitu afek datar, avolisi (malas melakukan sesuatu, defisit perhatian, apatis, anhedonia (ketidakmampuan merasakan kesenangan yang normal), asosial, katatonia (imobilisasi karena faktor psikologis).
a. Ganguan alam pikiran
Gangguan alam pikiran pada penderita skizofrenia berupa gangguan bentuk arus pikiran dan gangguan isi pikiran. Pada penderita skizofrenia inti gangguan memang terdapat pada proses pikiran dan yang terganggu terutama adalah proses asosiasi, antara lain ditandai dengan gajala sebagai berikut:- Penderita kadang-kadang mempunyai satu ide yang belum selesai diutarakan tetapi sudah timbul ide yang lainnya.
- Penderita skizofrenia tidak jarang menggunakan arti simbolik, sehingga jalan pikiran penderita skizofrenia tidak dapat diikuti dan dimengerti oleh orang lain.
- Pada penderita skizofrenia sering juga ditemukan apa yang disebut dengan bloking, yaitu isi pikiran yang kadang-kadang berhenti dan tidak timbul ide lagi.
- Gejala lain adalah halusinasi yaitu penderita merasa ada suara-suara di telinganya.
- Cara berpikir yang aneh (ambivalensi).
- Adanya waham yang menguasai dirinya.
- Merasa dirinya tidak sakit dan merasa dirinya paling benar (egosentris).
b. Ganguan daya tanggap (perseption)
Gangguan daya tanggap sebagai suatu pengelabuhan panca indra. Pada gangguan ini dapat terjadi ilusi yaitu suatu peristiwa salah tanggap dari suatu stimulus dari luar. Ataupun suatu tanggapan tanpa adanya rangsang dari luar. Gangguan utama dari gangguan persepsi ini adalah berbagai jenis halusinasi benar.c. Ganguan alam perasaan
Pada awal dari gangguan suasana penderita, biasanya lebih peka dari orang normal. Gejala yang tampak adalah penderita mudah tersinggung, mudah marah dan peka terhadap hal-hal kecil yang seharusnya tidak perlu tersinggung atau marah. Pada keadaan gangguan lebih lanjut atau lebih parah, suasana penderita justru akan acuh terhadap sekitarnya.d. Gangguan tingkah laku
Gangguan tingkah laku (psikomotor) yang beraneka ragam sering terlihat, khususnya pada bentuk serangan akut dan nyata. Tingkah laku penderita skizofrenia sering aneh dan tidak dapat dimengerti seperti hal-hal berikut ini:- Pengurangan hebat dari reaktivitas terhadap lingkungan yang berupa berkurangnya pergerakan dan aktivitas spontan, penderita akan bersikap kaku dan menolak usaha-usaha untuk menggerakkannya.
- Gerakan motorik yang berlebihan (exited) dan nampak tidak bertujuan serta tidak dipengaruhi oleh stimulus luar (seperti ada kegaduhan/furor katatonik).
Faktor Penyebab Skizofrenia
Menurut Hawari (2009), skizofrenia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut:- Faktor biologi (genetik), lebih dari sejumlah penderita skizofrenia mempunyai keluarga psikotis atau sakit mental akan tetapi pada psikotis paranoid tidak ada hubungannya dengan faktor biologi (genetik).
- Faktor psikoedukatif, bilamana dalam suatu keluarga mengalami disfungsi keluarga, yakni manakala suatu keluarga mengalami gangguan dalam keutuhannya, peran orang tua, dan hubungan interpersonal antar anggota keluarga.
- Faktor psikososial, situasi atau kondisi yang tidak kondusif pada diri seseorang dapat merupakan steresor psikososial. Stresor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang sehingga orang tersebut terpaksa mengadakan penyesuaian diri (adaptasi) untuk menanggulangi tekanan mental yang timbul. Namun, tidak semua orang mampu melakukan adaptasi dan mampu menanggulanginya sehingga timbullah keluhan-keluhan kejiwaan.
Penyembuhan Skizofrenia
Skizofrenia dapat disembuhkan melalui pengobatan dan terapi, antara lain yaitu:- Antipsikotik. Aspek psikotik dari gangguan memerlukan terapi dengan antipsikotik. Pengobatan yang konsisten penting untuk hasil terbaik, psikoedukasi pada penderita dan keluarga, serta menggunakan obat long acting bisa menjadi bagian penting dari pengobatan pada gangguan skizofrenia.
- Antidepresan. Penggunaan electroconvulsive therapy dapat menjadi modalitas untuk menangani perilaku bunuh diri pada penderita skizofrenia, terutama untuk jangka pendek namun masih membutuhkan penelitian lebih lanjut. Kombinasi antara antipsikotik dan antidepresan telah menunjukkan penurunan tingkat kematian dari segala penyebab pada penderita skizofrenia.
- Psikoterapi suportif. Terapi jenis ini adalah teknik untuk memperbaiki atau menguatkan ego strength penderita. Adapun tujuan psikoterapi suportif adalah; 1) Membantu penderita untuk mengontrol impuls melalui penentuan batasan secara langsung, 2) Mendapatkan gambaran lebih akurat dari realitas melalui klarifikasi dan testing of perception, 3) Menopang struktur adaptif dengan menerima (bukan menganalisa maupun mengkonfrontasi) tehnik pertahanan, dan 4) Mengembangkan koping yang lebih baik melalui pengajaran langsung dan saran praktis dan melalui terapis sebagai role model dan sebagai tokoh yang senantiasa menenangkan dimana penderita dapat bersandar.
Daftar Pustaka
- Hawari, Dadang. 2009. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta: FKUI.
- Arif, I.S. 2006. Skizofrenia: Memahami Dinamika Keluarga Pasien. Bandung: Rafika Aditama.
- Hastono, Sutanto. 2007. Analisa Data Kesehatan. Jakarta: Universitas Indonesia.
- Kartono, K. 2003. Patologi Sosial Gangguan-Gangguan Kejiwaan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
- Stuart, G.W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
- Kaplan, H.I., dan Sadock, B.J. 2010. Retardasi Mental dalam Sinopsis Psikiatri. Tangerang: Binarupa Aksara.
- Supratiknya. 1995. Tinjauan Psikologi Komunikasi Antar Pribadi. Yogyakarta: Kanisius.
- Stuart & Laraia. 2005. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.