Argumentasi adalah bentuk wacana, retorika yang disampaikan seseorang untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, dalam menghadapi setiap pertanyaan, isu–isu serta membantah dan menghadapi setiap masalah agar mereka percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan.
Istilah argumen berasal dari bahasa latin, yaitu arguere yang artinya menunjukkan, membuat jelas, dan membuktikan. Melalui argumentasi seseorang mempengaruhi pembaca atau pendengar untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasan berdasarkan agar menerima pernyataan yang dipertahankan dengan menunjukkan fakta-fakta sedemikian rupa, sehingga ia mampu menunjukkan apakah suatu pendapat atau suatu hal tertentu itu benar atau tidak didasarkan pertimbangan logis maupun emosional.
Argumentasi merupakan cara menghadapi suatu masalah dengan mengambil keputusan, mempertahankannya dan mempengaruhi orang lain berdasarkan data dan rasionalisasi yang ada. Argumentasi merupakan cara seseorang secara rasional menghadapi setiap pertanyaan, isu–isu serta membantah dan menghadapi setiap masalah. Sebuah argumen terdiri dari sebuah klaim (solusi) yang didukung oleh berbagai prinsip (jaminan), bukti dan berbagai bantahan kontra argumen yang memadai.
Berikut definisi dan pengertian argumentasi dari beberapa sumber buku:
Istilah argumen berasal dari bahasa latin, yaitu arguere yang artinya menunjukkan, membuat jelas, dan membuktikan. Melalui argumentasi seseorang mempengaruhi pembaca atau pendengar untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasan berdasarkan agar menerima pernyataan yang dipertahankan dengan menunjukkan fakta-fakta sedemikian rupa, sehingga ia mampu menunjukkan apakah suatu pendapat atau suatu hal tertentu itu benar atau tidak didasarkan pertimbangan logis maupun emosional.
Argumentasi merupakan cara menghadapi suatu masalah dengan mengambil keputusan, mempertahankannya dan mempengaruhi orang lain berdasarkan data dan rasionalisasi yang ada. Argumentasi merupakan cara seseorang secara rasional menghadapi setiap pertanyaan, isu–isu serta membantah dan menghadapi setiap masalah. Sebuah argumen terdiri dari sebuah klaim (solusi) yang didukung oleh berbagai prinsip (jaminan), bukti dan berbagai bantahan kontra argumen yang memadai.
Berikut definisi dan pengertian argumentasi dari beberapa sumber buku:
- Menurut Bambang (2015), argumentasi adalah cara seseorang secara rasional menghadapi setiap pertanyaan, isu-isu serta membantah dan menghadapi setiap masalah. Sebuah argumen terdiri dari sebuah klaim (solusi) yang didukung oleh berbagai prinsip (jaminan), bukti dan berbagai bantahan kontra argumen yang memadai.
- Menurut Keraf (2004), Argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan. Melalui argumentasi seseorang mampu merangkaikan fakta-fakta sedemikian rupa, sehingga ia mampu menunjukkan apakah suatu pendapat atau suatu hal tertentu itu benar atau tidak.
- Menurut Rani dkk (2006), argumentasi merupakan salah satu bentuk wacana yang berusaha mempengaruhi pembaca atau pendengar agar menerima pernyataan yang dipertahankan, baik yang didasarkan pertimbangan logis maupun emosional.
- Menurut Nursisto (1999), argumentasi adalah karangan yang berusaha memberikan alasan untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasan. Argumentasi pasti memuat argumen, yaitu bukti dan alasan yang dapat meyakinkan orang lain bahwa pendapat yang disampaikan benar.
Ciri-ciri Argumentasi
Menurut Nursisto (1999), ciri-ciri argumentasi adalah sebagai berikut:- Terdapat pernyataan atas suatu pendapat.
- Menyertakan alasan untuk meyakinkan orang lain mengenai pendapat yang disampaikan.
- Mengandung bukti kebenaran berupa data dan fakta pendukung yang relevan.
- Analisis yang dilakukan berdasarkan data dan fakta yang disampaikan.
- Berisi argumen-argumen sebagai upaya pembuktian suatu pendapat atau sikap.
- Bertujuan meyakinkan seseorang agar mengikuti apa yang dikemukakan pemberi argumentasi.
- Menggunakan logika atau penalaran sebagai landasan berpikir.
- Bertolak dari fakta-fakta atau evidensi-evidensi.
- Bersikap mendesakkan pendapat atau sikap.
- Merupakan bentuk retorika yang sering digunakan dalam tulisan-tulisan ilmiah.
- Menggunakan bahasa yang bersifat rasional dan objektif dengan kata-kata bermakna lugas atau denotatif.
- Alasan, data, atau fakta yang mendukung.
- Pembenaran berdasarkan data dan fakta yang disampaikan.
Komponen Argumentasi
Menurut McNeil, College & Pelletier (2017), argumentasi terdiri dari beberapa komponen, yaitu:a. Claim
Claim adalah sebuah jawaban untuk sebuah pertanyaan atau sebuah masalah atau untuk mengidentifikasi sebuah argumen, kritik terhadap sebuah argumen, dan pemahaman konseptual. Claim juga bisa diartikan sebagai pernyataan tentang apa yang telah di pahami atau kesimpulan yang telah di capai dari penyelidikan atau teks yang telah di baca. Claim akan didukung oleh sebuah data.b. Evidence
Evidence adalah sebuah data pendukung atau informasi yang mendukung sebuah claim yang berasal dari sumber yang dapat diamati dengan cara sama oleh siapa saja dan fitur diamati secara konstan. Data harus sesuai dan cukup untuk mendukung claim tersebut. Semakin banyak data yang diberikan maka semakin kuat claim yang di ajukan. Data bisa diperoleh dari penyelidikan atau sumber lain termasuk pengamatan, informasi yang ditemukan dalam teks, data yang diarsipkan, dan informasi dari seorang ahli.c. Reasoning
Reasoning adalah penjelasan tentang bagaimana bukti mendukung claim tersebut dan mengajak atau meyakinkan orang lain bahwa bukti yang digunakan dapat mendukung claim tersebut. Reasoning adalah pembenaran yang menghubungkan klaim dan bukti dan mencakup prinsip-prinsip yang sesuai dan memadai untuk membela klaim dan bukti. Setiap bukti mungkin memiliki pembenaran yang berbeda untuk alasan mengapa data tersebut dapat mendukung.d. Rebuttal
Rebuttal adalah menggambarkan penjelasan alternatif atau menyediakan bukti kontra dan penalaran mengapa alternatif tersebut tidak tepat. Rebuttal juga dapat diartikan sebagai bukti yang meniadakan atau tidak setuju dengan sanggahan tersebut.Jenis-jenis Kesalahan dalam Argumentasi
Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam berargumentasi agar tidak memunculkan kesalahan atau kekeliruan, antara lain sebagai berikut:- Pernyataan yang memancing pertanyaan. Bentuk pernyataan seperti ini terjadi jika kita menerima kebenaran suatu premis yang seharusnya masih perlu dibuktikan dalam pendalihan. Pernyataan yang memancing pertanyaan maksudnya pendengar atau pembaca dapat saja bertanya dari mana kita mengetahui hal itu atau apa yang menyebabkan terjadi? Bentuk yang serupa adalah dalih yang melingkar, yaitu dengan menganggap suatu premis benar. Dalam hal ini, kita menarik kesimpulan dari padanya, kemudian menggunakan kesimpulan tersebut untuk membuktikan premis yang pertama.
- Argumentasi ad hominem. Jika dalam sebuah dalih kita menyerang atau menghina lawan, kita bertukar pikiran tanpa menyinggung masalahnya, maka kita telah melakukan kesalahan yang biasanya disebut argumentasi ad hominem (berdalih terhadap orangnya).
- Memberi gelar. Dalam berdalih, kita memberi gelar yang kurang baik kepada seseorang, suatu masalah atau kejadian dan tidak atau tanpa menyinggung masalahnya.
- Argumentasi ad populum. Jenis kekeliruan ini merupakan pendekatan emosional dengan menjauhi dalih yang riil lalu mengadakan pendekatan kepada kecemasan dan prasangka seseorang secara tidak rasional. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan menyanjung-nyanjung secara luar biasa, memuji-muji kecintaan akan tanah air, bangsa dan negara, berlindung pada kebesaran Tuhan, dan lain sebagainya.
- Mengalihkan perhatian. Kekeliruan bernalar seperti ini terjadi bila seseorang merasa terdesak lalu mengelak dari suatu pertanyaan dengan cara berdalih kepada pertanyaan atau proposisi yang lain. Kekeliruan seperti ini biasanya disebut mengacaukan masalah. Kita berdalih di luar masalah yang hendak dibuktikan.
- Menyaring (slanting). Pada teknik ini, kita menyusuri pernyataan dengan jalan merangsang seseorang untuk mengambil sikap yang menyenangkan atau yang tidak menyenangkan terhadap suatu obyek. Hal ini dilakukan dengan cara menyaring fakta bersama renik-renik subyek yang menyenangkan dan meninggalkan yang lainnya yang tidak menyenangkan atau kita menyalahkan kenyataan dengan cara menyuarakan hal-hal yang tidak seluruhnya benar. Penyaringan dapat diperoleh dengan menggunakan kata-kata secara konotatif, menyusun kata- kata dengan cara tertentu, menggaris bawahi kata-kata yang hendak diberi tekanan, memberi tanda kutip, dan dengan menggunakan bahasa yang emosional atau yang padat berisi.
- Teknik: baik ini maupun itu. Teknik ini adalah kekeliruan logis, yang terjadi bila kita sangat menyederhanakan suatu masalah dengan cara mempersempit pilihan seseorang terbatas pada dua kemungkinan. Bentuk kebahasaan penyataan baik ini maupun itu memaksa seseorang berpikir pada batas pengertian hitam atau putih. Jika pilihan baik maka tidak ada masalah. Namun, ada kalanya terdapat kemungkinan ketiga yang tidak tampak, disembunyikan oleh dilema yang palsu.
- Pertanyaan ganda. Ini adalah kekeliruan bernalar yang terjadi jika kita menanyakan suatu pertanyaan yang menghasilkan suatu jawaban untuk pertanyaan lain yang belum lagi ditanyakan. Kekeliruan akan terjadi jika hanya satu jawaban yang dikehendaki oleh pertanyaan itu. Pertanyaan dengan bentuk mengapa atau bagaimana biasanya termasuk ke dalam jenis kekeliruan ini.
- Hipotesis berhadapan dengan kenyataan. Jika kita mulai suatu dalih dengan sebuah hipotesis yang tidak benar atau yang spekulatif dan menarik kesimpulan dari padanya, maka terjadilah kekeliruan yang biasa disebut hipotesis berhadapan dengan kenyataan. Bentuknya adalah sebagai berikut: "Apa yang akan menjadi akibatnya, seandainya hal seperti ini benar terjadi?".
- Dalih ketidaktahuan. Kekeliruan seperti ini akan terjadi jika kita berdalih bahwa suatu penyataan seharusnya benar karena belum pernah dibuktikan akan ketidakbenarannya atau seharusnya tidak benar karena belum pernah dibuktikan akan kebenarannya. Dengan perkataan lain, jika kita berusaha mengukuhkan suatu keyakinan, sedangkan tidak ada bukti untuk itu, maka kita telah bersalah dengan menggunakan dalih ketidaktahuan.
Daftar Pustaka
- Bambang. 2015. Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Argumentasi Matematis Mahasiswa. Bandung: STKIP Siliwangi.
- Keraf, Gorys. 2004. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Flores: Nusa Indah.
- Rani, A., Arifin, B., dan Martutik. 2006. Analisis Wacana: Sebuah Kajian Bahasa dalam Pemakaian. Malang: Bayumedia.
- Nursisto. 1999. Penuntun Mengarang. Yogyakarta: Adi Cita.
- McNeil, K., College, B., dan Pelletier, P. 2017. Supporting Claim, Evidence and Reasoning Across The Grades and Curriculum. Boston: www.katherinelmcneill.com.