Jerawat - Pengertian, Penyebab, Pencegahan dan Pengobatannya

Jerawat (Akne vulgaris) adalah suatu penyakit yang timbul dari reaksi penyumbatan pori-pori kulit disertai peradangan yang bermuara pada saluran kelenjar minyak kulit yang biasanya ditandai oleh pembentukan komedo, papul, pustul, nodul, dan pada beberapa kasus disertai jaringan parut, dengan predileksi di wajah, leher, lengan atas, dada dan punggung (Pindha, 2007).

Penyebab, Pencegahan dan Pengobatan Jerawat

Jerawat terjadi pada remaja dan dewasa muda serta wanita lebih banyak daripada pria. Hampir setiap orang pernah menderita penyakit ini, maka sering dianggap sebagai kelainan kulit yang timbul secara fisiologis. Jerawat paling sering terjadi pada masa remaja dan dimulai pada masa pubertas.

Penyebab Jerawat 

Timbulnya jerawat dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain yaitu (Djuanda, 2010):
  1. Kelenjar Minyak (Sebum). Sebum merupakan faktor utama penyebab timbulnya akne. Produksi sebum yang meningkat menyebabkan peningkatan unsur komedogenik dan inflamatogenik penyebab lesi akne.
  2. Bakteri. Mikroba yang terlibat pada terbentuknya akne adalah Propionibacterium acnes, Staphylococcus epidermidis, dan Pityrosporum ovale. Dari ketiga mikroba ini, yang terpenting yakni Propionibacterium acnes, yang bekerja secara tak langsung.
  3. Hormon. Hormon androgen. Hormon ini memegang peranan yang penting karena kelenjar sebasea sangat sensitif terhadap hormon ini. Hormon ini menyebabkan kelenjar sebasea bertambah besar dan produksi sebum meningkat.
  4. Psikis. Stress dan gangguan emosi dapat menyebabkan eksaserbasi akne, hal ini akan meningkatkan produksi sebum baik secara langsung atau melalui rangsangan terhadap kelenjar hipofisis. 
  5. Kosmetik. Pemakaian bahan kosmetik tertentu, secara terus menerus dalam waktu lama, dapat menyebabkan suatu bentuk akne ringan terutama terdiri dari komedo tertutup dengan beberapa lesi papulopustular pada pipi dan dagu. 
  6. Diet. Diet sebagai salah satu faktor penyebab timbulnya akne masih diperdebatkan. Secara umum dikatakan bahwa diet yang mengandung banyak lemak, pedas, coklat, susu, kacang-kacangan, keju, alkohol dan sejenisnya dapat merangsang kambuhnya jerawat. 
  7. Genetik. Pada 60% pasien, riwayat akne juga didapatkan pada satu atau kedua orang tuanya. Penderita akne yang berat mempunyai riwayat keluarga yang positif. Diduga faktor genetik berperan dalam gambaran klinik, penyebaran lesi, dan lamanya kemungkinan mendapat akne terutama genotip XYY. 
  8. Iklim. Pada daerah yang mempunyai empat musim biasanya akne akan bertambah hebat pada musim dingin dan sebaliknya membaik pada musim panas. Hal ini disebabkan karena sinar ultraviolet (UV) yang mempunyai efek membunuh bakteri dapat menembus epidermis bagian bawah dan dermis bagian atas yang berpengaruh pada bakteri yang berada di bagian dalam kelenjar sebasea. 
  9. Trauma kulit berulang. Menggosok dengan cairan pembersih wajah, scrub atau penggunaan pakaian ketat misalnya tali bra, helm, kerah ketat dapat memperburuk jerawat. 
  10. Merokok. Rokok dapat mempengaruhi kondisi kulit seseorang sehingga menimbulkan acne yang dikenal dengan smoking acne. Berdasarkan penelitian sekitar 42% perokok menderita akne vulgaris. Partisipasi nonperokok yang memiliki akne vulgaris tidak meradang sebagian besar dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti sering terkena uap atau terus menerus terpapar asap rokok. 

Jenis-jenis Jerawat 

Menurut (Wasitaatmadja, 2007), jerawat terbagi menjadi menjadi empat tingkatan yaitu ringan, sedang, agak berat dan berat. Tingkatan tersebut ditentukan berdasarkan jumlah jerawat yang ada pada wajah, dada dan punggung serta ukuran besar kecil jerawat atau kondisi peradangan jerawat.

Jenis-jenis Jerawat

a. Ringan

  • Beberapa lesi tak beradang pada 1 predileksi.
  • Sedikit lesi tak beradang pada beberapa tempat predileksi.
  • Sedikit lesi beradang pada 1 predileksi.

b. Sedang

  • Banyak lesi tak beradang pada 1 predileksi. 
  • Beberapa lesi tak beradang pada lebih dari 1 predileksi. 
  • Beberapa lesi beradang pada satu predileksi.
  • Sedikit lesi beradang pada lebih dari 1 predileksi.

c. Berat

  • Banyak lesi tak beradang pada lebih dari 1 predileksi.
  • Banyak lesi beradang pada 1 lebih predileksi.

Catatan:

  • Jumlah: sedikit < 5; beberapa 5-10, banyak > 10. 
  • Tak beradang: komedo putih, komedo hitam. 
  • Beradang: papul, pustul, nodus dan kista.

Selain itu jerawat juga dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
  1. Jerawat pada bayi yang baru lahir (newborn acne). Jerawat jenis ini menyerang sekitar 20% bayi yang baru lahir dan tergolong jerawat ringan.
  2. Jerawat pada bayi (infantile acne). Bayi berumur 3-6 bulan juga ditumbuhi jerawat, dan akan tumbuh kembali pada saat ia beranjak remaja.
  3. Jerawat vulgaris (acne vulgaris). Jerawat ini adalah yang paling umum terjadi pada remaja dan dewasa sekitar 12-24 tahun.
  4. Jerawat konglobata (cystic acne). Jerawat jenis ini terjadi pada kaum pria muda, tergolong serius namun jarang terjadi.
Sedangkan menurut Plewig dan Kligman, jerawat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu (Djuanda, 2010):

1. Komedonal yang terdiri atas gradasi:

  • Bila ada < 10 komedo dari satu sisi muka. 
  • Bila ada 10-24 komedo. 
  • Bila ada 25-50 komedo.
  • Bila ada > 50 komedo. 

2. Papulopustul yang terdiri atas 4 gradasi:

  • Bila ada < 10 lesi papulopustul dari satu sisi muka. 
  • Bila ada 10-20 lesi papulopustul. 
  • Bila ada 21-30 lesi papulopustul.
  • Bila ada > 30 lesi papulopustul. 

3. Konglobata

Jerawat jenis ini terjadi pada kaum pria muda, tergolong serius namun jarang terjadi.

Pencegahan dan Pengobatan Jerawat 

Jerawat dapat dicegah dengan melakukan hal-hal sebagai berikut (Wasitaatmadja, 2007):

1. Menghindari peningkatan jumlah dan perubahan isi sebum (kelenjar minyak)

  • Diet rendah lemak dan karbohidrat.
  • Minum air putih minimal 8 gelas sehari, dengan air putih yang cukup kulit akan lebih elastis dan metabolisme tubuh menjadi lancar dan normal dan detokfikasi tubuh dari dalam keluar. 
  • Melakukan perawatan kulit. 
  • Mandi sesegera mungkin setelah aktifitas berkeringat. 
  • Cuci muka dengan sabun dan air hangat 2 kali sehari.
  • Jangan mencuci muka berlebihan dengan sabun (6-8 kali sehari) karena dapat menyebabkan akne detergen. 
  • Dapat juga menggunakan cairan cleanser, tetapi hindari menggunakan scrub yang malah dapat mengiritasi kulit dan dapat memperparah akne. 
  • Hindari pemakaian anti septik atau medicated soap yang sering mengakibatkan kulit menjadi iritasi.

2. Menghindari faktor pemicu terjadinya akne

  • Hidup teratur dan sehat, cukup istirahat, olahraga sesuai kondisi tubuh. 
  • Penggunaan kosmetika secukupnya. 
  • Bersihkan kuas kosmetika secara teratur dengan air sabun dan membuang alat make up yang sudah lama dan sudah tidak layak pakai. 
  • Hindari bahan kosmetika yang berminyak, tabir surya, produk pembentuk rambut atau penutup jerawat. 
  • Hindari penusukan, pemencetan lesi, mencongkel dan sebagainya karena dapat menyebabkan infeksi, menimbulkan bekas, memperparah akne dan bahkan membuat kesembuhan lebih lama.
  • Menjauhi terpacunya kelenjar minyak, misalkan minuman keras, rokok, polusi debu, lingkungan yang tidak sehat dan sebagainya.
Pengobatan jerawat dilakukan dengan cara memberikan obat-obat topikal, obat sistemik, bedah kulit ataupun kombinasi cara-cara tersebut.

a. Pengobatan Topikal

Dilakukan untuk mencegah pembentukan komedo, menekan peradangan dan mempercepat penyembuhan lesi, obat topikal terdiri atas (Wasitaatmadja, 2007):
  1. Bahan iritan yang dapat melupas kulit (peeling), misalnya sulfur (4- 8%), resorsinol (1-5%), asam salisilat (2-5%), peroksida benzoil (2,5-10%), asam vitamin A (0,025-0,1%) dan asam azeleat (15- 20%).Efek samping obat iritan dapat dikurangi dengan cara pemakaian berhati-hati dimulai dengan konsentrasi yang paling rendah. 
  2. Antibiotika topikal yang dapat mengurangi jumlah mikroba dalam folikel, misalnya oksi tetrasiklin (1%), eritromisin (1%), klindamisin fosfat (1%). 
  3. Anti peradangan topikal, salep atau krim kortikosteroid kekuatan ringan atau sedang (hidrokortison 1-2,5%) atau suntikan intralesi kortikosteroid kuat (triamsolon asetonid 10 mg/cc) pada lesi nodulokistik. 
  4. Lainnya, misalnya etil laktat 10% untuk menghambat pertumbuhan jasad renik. 

b. Pengobatan Sistemik 

Pengobatan sistemik ditujukan terutama untuk menekan aktivitas jasad renik, dapat juga mengurangi reaksi radang, menekan produksi sebum dan mempengaruhi keseimbangan hormonal. Golongan ini terdiri atas (Wasitaatmadja, 2007):
  1. Anti bakteri sistemik: tetrasiklin (250mg-1 g/hari), eritromisin (4x250 mg/ hari), doksisiklin(50mg/hari), trimetoprim (3x100 mg/hari). 
  2. Obat hormonal untuk menekan produksi androgen dan secara kompetitif menduduki reseptor organ target dikelenjar sebasea misalnya estrogen (50mg/hari selama 21 hari dalam sebulan) atau antiandrogen siproteron asetat (2mg/hari). 
  3. Vitamin A dan retinoid oral. 
  4. Obat lainnya, misalnya antiinflamasi non steroid ibuprofen (600mg/hari), dapson (2 x100mg/hari), seng sulfat (2x200 mg/hari).

c. Bedah kulit 

Tindakan bedah kulit kadang-kadang diperlukan terutama untuk memperbaiki jaringan parut akibat akne vulgaris meradang yang berat yang sering menimbulkan jaringan parut, baik yang hipertrofik maupun hipotrofik. Jenis bedah kulit dipilih disesuaikan dengan macam dan kondisi jaringan parut yang terjadi. Tindakan dilakukan setelah akne vulgaris sembuh (Siregar, 2005).

Daftar Pustaka

  • Pindha, IGAS. 2007. Akne Vulgaris - Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto.
  • Wasitaatmadja, SM. 2007. Akne, akneiformis, rosasea, rinofima. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 
  • Djuanda A. 2010. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
  • Siregar RS. 2005. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: EGC.
Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama