Solidaritas sosial adalah perasaan emosional dan moral yang terbentuk pada hubungan antar individu atau kelompok berdasarkan rasa saling percaya, kesamaan tujuan dan cita-cita, adanya kesetiakawanan dan rasa sepenanggungan.
Menurut KBBI (Depdiknas, 2007), solidaritas adalah sifat (perasaan) solider, sifat satu rasa (senasib), perasaan setia kawan yang pada suatu kelompok anggota wajib memilikinya. Sedangkan sosial adalah berkenaan dengan masyarakat, perlu adanya komunikasi dalam usaha menunjang pembangunan, suka memperhatikan kepentingan umum.
Konsep solidaritas diperkenalkan dalam teori sosiologi oleh Emile Durkheim pada tahun 1858. Menurut Durkheim, solidaritas merupakan suatu keadaan hubungan antara individu dan atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama dan diperkuat oleh pengalaman emosional bersama. Solidaritas menekankan pada keadaan hubungan antar individu dan kelompok dan mendasari keterikatan bersama dalam kehidupan dengan didukung nilai-nilai moral dan kepercayaan yang hidup dalam masyarakat. Wujud nyata dari hubungan bersama akan melahirkan pengalaman emosional, sehingga memperkuat hubungan antar mereka.
Pada saat solidaritas mekanik memainkan peranannya, kepribadian tiap individu boleh dikatakan lenyap, karena ia bukanlah diri individu lagi, melainkan hanya sekadar mahluk kolektif. Solidaritas mekanik tidak hanya terdiri dari ketentuan yang umum dan tidak menentu dari individu pada kelompok, kenyataannya dorongan kolektif terdapat dimana-mana dan membawa hasil dimana-mana pula. Dengan sendirinya, setiap kali dorongan itu berlangsung, maka kehendak semua orang bergerak secara spontan dan seperasaan.
Ciri masyarakat dengan solidaritas mekanik ditandai dengan adanya kesadaran kolektif, dimana mereka mempunyai kesadaran untuk hormat pada ketaatan karena nilai-nilai keagamaan yang masih sangat tinggi, taraf masyarakat yang masih sederhana, kelompok masyarakat yang tersebar, masing-masing anggota pada umumnya dapat menjalankan peran yang diperankan oleh orang lain, pembagian kerja yang belum berkembang dan hukuman yang terjadi bersifat represif yang dibahas dengan penghinaan terhadap kesadaran kolektif sehingga memperkuat kekuatan diantara mereka.
Solidaritas organik banyak ditemukan pada masyarakat perkotaan. Seperti karakter pembagian kerja, maka masing-masing bagian dari komponen solidaritas organik memiliki peran yang sama pentingnya. Yang menjadi karakter dari solidaritas organik salah satunya adalah hubungan yang berkaitan untuk menciptakan efisiensi kerja yang ada di dalam masyarakat.
Solidaritas organik muncul karena pembagian kerja bertambah besar. Solidaritas itu didasarkan pada tingkat saling ketergantungan yang tinggi. Saling ketergantungan itu bertambah sebagai hasil dari bertambahnya spesialisasi dan pembagian pekerjaan yang memungkinkan dan juga menggairahkan bertambahnya perbedaan di kalangan individu.
Dalam solidaritas organik, meskipun memiliki aspek kepentingan yang berbeda namun membentuk satu saling ketergantungan. Masing individu tidak bisa lepas antar bagian satu dengan bagian yang lain. Hukum yang berlaku dalam solidaritas organik adalah hukum restitutif yang berarti menggantikan.
Konsep solidaritas diperkenalkan dalam teori sosiologi oleh Emile Durkheim pada tahun 1858. Menurut Durkheim, solidaritas merupakan suatu keadaan hubungan antara individu dan atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama dan diperkuat oleh pengalaman emosional bersama. Solidaritas menekankan pada keadaan hubungan antar individu dan kelompok dan mendasari keterikatan bersama dalam kehidupan dengan didukung nilai-nilai moral dan kepercayaan yang hidup dalam masyarakat. Wujud nyata dari hubungan bersama akan melahirkan pengalaman emosional, sehingga memperkuat hubungan antar mereka.
Jenis-jenis Solidaritas Sosial
Menurut Durkheim, masyarakat mengalami perkembangan dari masyarakat sederhana menuju masyarakat modern. Masyarakat sederhana memiliki bentuk solidaritas sosial yang berbeda dengan bentuk solidaritas sosial pada masyarakat modern. Terdapat dua bentuk solidaritas yang berkembang pada masyarakat, yaitu sebagai berikut (Doyle, 1994):a. Solidaritas Sosial Mekanik
Masyarakat sederhana mengembangkan bentuk solidaritas sosial mekanik. Solidaritas sosial mekanik adalah sistem komunikasi serta ikatan masyarakat yang memiliki rasa perasaan yang sama, memiliki kecenderungan yang sama, masyarakat lebih didominasi dengan keseragaman atau homogen, dan jika diantara anggota masyarakat itu ada yang hilang maka tidak memiliki pengaruh besar yang berdampak pada diri kelompok masyarakat tersebut.Pada saat solidaritas mekanik memainkan peranannya, kepribadian tiap individu boleh dikatakan lenyap, karena ia bukanlah diri individu lagi, melainkan hanya sekadar mahluk kolektif. Solidaritas mekanik tidak hanya terdiri dari ketentuan yang umum dan tidak menentu dari individu pada kelompok, kenyataannya dorongan kolektif terdapat dimana-mana dan membawa hasil dimana-mana pula. Dengan sendirinya, setiap kali dorongan itu berlangsung, maka kehendak semua orang bergerak secara spontan dan seperasaan.
Ciri masyarakat dengan solidaritas mekanik ditandai dengan adanya kesadaran kolektif, dimana mereka mempunyai kesadaran untuk hormat pada ketaatan karena nilai-nilai keagamaan yang masih sangat tinggi, taraf masyarakat yang masih sederhana, kelompok masyarakat yang tersebar, masing-masing anggota pada umumnya dapat menjalankan peran yang diperankan oleh orang lain, pembagian kerja yang belum berkembang dan hukuman yang terjadi bersifat represif yang dibahas dengan penghinaan terhadap kesadaran kolektif sehingga memperkuat kekuatan diantara mereka.
b. Solidaritas Sosial Organik
Masyarakat modern mengembangkan bentuk solidaritas sosial organik. Solidaritas organik merupakan bentuk solidaritas yang mengikat masyarakat kompleks, yaitu masyarakat yang mengenal pembagian kerja yang rinci dan dipersatukan oleh saling ketergantungan antar bagian. Setiap anggota menjalankan peran yang berbeda, dan saling ketergantungan seperti pada hubungan antara organisme biologis.Solidaritas organik banyak ditemukan pada masyarakat perkotaan. Seperti karakter pembagian kerja, maka masing-masing bagian dari komponen solidaritas organik memiliki peran yang sama pentingnya. Yang menjadi karakter dari solidaritas organik salah satunya adalah hubungan yang berkaitan untuk menciptakan efisiensi kerja yang ada di dalam masyarakat.
Solidaritas organik muncul karena pembagian kerja bertambah besar. Solidaritas itu didasarkan pada tingkat saling ketergantungan yang tinggi. Saling ketergantungan itu bertambah sebagai hasil dari bertambahnya spesialisasi dan pembagian pekerjaan yang memungkinkan dan juga menggairahkan bertambahnya perbedaan di kalangan individu.
Dalam solidaritas organik, meskipun memiliki aspek kepentingan yang berbeda namun membentuk satu saling ketergantungan. Masing individu tidak bisa lepas antar bagian satu dengan bagian yang lain. Hukum yang berlaku dalam solidaritas organik adalah hukum restitutif yang berarti menggantikan.
Bentuk Solidaritas Sosial
Bentuk dan wujud solidaritas sosial yang ada di dalam masyarakat sangat beragam berdasarkan pada kerja kolektif dan hubungan antara individu atau kelompok yang terjalin. Adapun bentuk-bentuk solidaritas solidaritas di masyarakat adalah sebagai berikut (Soyomukti, 2016):- Gotong Royong. Bentuk solidaritas yang sering kita temui di dalam masyarakat adalah gotong royong. Gotong royong adalah rasa dan pertalian kesosialan yang sangat teguh dan terpelihara. Gotong royong lebih banyak dilakukan di desa daripada di kota. Kolektifitas terlihat dalam ikatan gotong royong yang menjadi adat masyarakat desa. Gotong royong menjadi bentuk solidaritas yang sangat umum dan eksistensinya di masyarakat juga masih sangat terlihat hingga sekarang, bahkan negara Indonesia dikenal sebagai bangsa yang mempunyai jiwa gotong-royong yang tinggi.
- Kerjasama. Kerjasama merupakan penggabungan antara individu dengan individu yang lain, atau kelompok dengan kelompok yang lain sehingga bisa mewujudkan suatu hasil yang dapat dinikmati bersama. Kerjasama diharapkan memberikan suatu manfaat bagi anggota kelompok yang mengikutinya dan tujuan utama dari bekerjasama bisa dirasakan oleh anggota kelompok yang mengikutinya.
Syarat Terbentuknya Solidaritas Sosial
- Penegasan Kelompok. Solidaritas sosial terbentuk karena adanya kelompok sosial. Tiap-tiap anggota kelompok sosial memiliki ciri-ciri kepribadian anggota yang berbeda. Hal inilah yang mempengaruhi penegasan wilayah kerja masing-masing. Penegasan ini akan menimbulkan hubungan timbal balik antara anggota kelompok sehingga terdapat hubungan yang khas dalam kelompok sosial. Kuatnya hubungan kelompok ini menjadikan interaksi yang sama dalam kelompok internal bahkan hubungan kelompok ini menjadikan pola yang berbeda dengan kelompok luar.
- In Group dan Out Group. Sikap perasaan in group berkenaan dengan seluk beluk usaha, orang-orang yang dipahami, dan pengalaman anggota pada interaksi kelompoknya. Sedangkan out group adalah usaha dan orang-orang yang tidak termasuk dalam in group. Sikap perasaan terhadap in group adalah sikap terhadap orang dalam sedangkan sikap perasaan out group adalah sikap perasaan terhadap orang luar group.
Daftar Pustaka
- Depdiknas. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
- Doyle, P Johnson. 1994. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: Gramedia Pustaka.
- Soyomukti, Nutani. 2016. Pengantar Sosiologi; dasar analisis, teori, dan pendekatan menuju analisis masalah-masalah sosial, perubahan sosial, dan kajian-kajian strategis. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.