Konseling individu adalah layanan pemberian bantuan yang dilakukan secara wawancara tatap muka antara konselor dan konseli dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi yang dideritanya sehingga klien dapat menggunakan potensinya untuk mencapai kebahagiaan pribadi maupun sosial.
Konseling individu merupakan suatu layanan konseling yang diselenggarakan oleh konselor terhadap klien dengan pertemuan yang bersifat individual, artinya pertemuan tersebut dilakukan secara tatap muka oleh dua orang yang disebut konselor dan klien, untuk membantu klien menyelesaikan masalahnya serta bertujuan agar klien dapat mengaktualisasikan dirinya dan ke depannya klien dapat mengatasi masalah yang ada pada dirinya.
Konseling individu memandang bahwa setiap manusia pada dasarnya mempunyai perasaan rendah diri (inferiority), yaitu perasaan lemah dan tidak berdaya yang timbul sebagai pengalaman dalam interaksinya dengan orang-orang atau lingkungannya. Perasaan tersebut dapat bersumber kepada perbedaan-perbedaan kondisi fisik, psikologis, maupun ataupun sosial.
Berikut definisi dan pengertian konseling individu dari beberapa sumber buku:
- Menurut Prayitno (1994), konseling individu adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.
- Menurut Willis (2010), konseling individu adalah pertemuan konselor dengan klien secara individual, di mana terjadi hubungan konseling yang bernuansa rapport, dan konselor berupaya memberikan bantuan untuk pengembangan pribadi klien serta klien dapat mengantisipasi masalah-masalah yang dihadapinya.
- Menurut Wren (2002), konseling individu adalah relasi antar pribadi yang dinamis oleh dua orang yang berusaha memecahkan masalah dengan mempertimbangkan secara bersama-sama sehingga pada akhirnya orang yang mempunyai kesulitan dibantu oleh yang lain untuk memecahkan masalahnya atas penentuannya sendiri.
- Menurut Sukardi dan Kusmawati (2008), konseling individu adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan klien mendapatkan layanan langsung secara tatap muka dengan konselor dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi yang dideritanya.
- Menurut Yusuf, dkk(2016), konseling individu adalah hubungan yang dilakukan secara tatap muka antara konselor dan konseli, yang mana konselor sebagai seseorang yang memiliki kompetensi khusus memberikan suatu situasi belajar kepada klien yang sebagai orang normal untuk dibantu dalam mengetahui dirinya sendiri, situasi yang dihadapi dan masa depan, sehingga klien dapat menggunakan potensinya untuk mencapai kebahagiaan pribadi maupun sosial dan lebih lanjut klien akan belajar mengenai bagaimana memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan di masa depan.
Tujuan Konseling Individu
Tujuan umum konseling individu adalah membantu klien menstrukturkan kembali masalahnya dan menyadari life style serta mengurangi penilaian negatif terhadap dirinya sendiri serta perasaan-perasaan inferioritasnya. Kemudian membantu dalam mengoreksi persepsinya terhadap lingkungan, agar klien bisa mengarahkan tingkah laku serta mengembangkan kembali minat sosialnya.
Adapun menurut Rahman (2003), tujuan dari konseling individu atau perorangan adalah sebagai berikut:
- Tujuan perkembangan yakni klien dibantu dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya serta mengantisipasi hal-hal yang akan terjadi pada proses tersebut (seperti kehidupan sosial, pribadi, emosional, kognitif, fisik dan sebagainya).
- Tujuan pencegahan yakni konselor membantu klien menghindari hasil-hasil yang tidak diinginkan.
- Tujuan perbaikan yakni konseli dibantu mengatasi dan menghilangkan perkembangan yang tidak diinginkan.
- Tujuan penyelidikan yakni menguji kelayakan tujuan untuk memeriksa pilihan-pilihan, pengetesan keterampilan, dan mencoba aktivitas baru dan sebagainya.
- Tujuan penguatan yakni membantu konseli untuk menyadari apa yang dilakukan, dipikirkan, dan dirasakan sudah baik.
- Tujuan kognitif yakni menghasilkan fondasi dasar pembelajaran dan keterampilan kognitif.
- Tujuan fisiologis yakni menghasilkan pemahaman dasar dan kebiasaan untuk hidup sehat.
- Tujuan psikologis yakni membantu mengembangkan keterampilan sosial yang baik, belajar mengontrol emosi, dan mengembangkan konsep diri positif dan sebagainya.
Fungsi Konseling Individu
Menurut Hartono dan Soedarmadji (2014), kegiatan konseling individu atau perorangan memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai berikut:
- Fungsi pemahaman. Fungsi pemahaman yaitu fungsi pelayanan konseling individual yang mengarahkan kepada pemahaman klien baik mengenai dirinya maupun lingkungannya. Pemahaman tentang diri yang dimaksud meliputi kepribadian, bakat, minat, dan lain sebagainya. Pemahaman tentang lingkungan mencakup hubungan sosial, dan pemahaman mengenai informasi lain yang dibutuhkan mencakup informasi pendidikan, karier, dan lainnya.
- Fungsi pencegahan. Fungsi pencegahan atau preventive function yaitu fungsi dari layanan konseling individual yang membantu klien agar klien terhindar dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul, yang dapat mengganggu, menghambat, dan menimbulkan kesulitan bagi konseli.
- Fungsi pengentasan. Fungsi pengentasan atau Currative function adalah fungsi konseling individual yang membantu klien dalam upaya memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
- Fungsi pemeliharaan. Fungsi pemeliharaan adalah fungsi dalam konseling individual yang membantu klien agar memiliki kemampuan untuk memelihara dan mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki.
- Fungsi advokasi. Fungsi advokasi adalah fungsi konseling individual yang menghasilkan kondisi pembelaan terhadap individu atas pengingkaran hak-hak yang dialami oleh klien.
Teknik-Teknik Konseling Individu
Menurut Willis (2010), teknik-teknik yang biasa digunakan dalam konseling individu antara lain adalah sebagai berikut:
1. Attending
Attending merupakan salah satu teknik dalam kegiatan konseling individual. Teknik ini dilakukan oleh konselor dalam upaya membangun rasa aman dan kenyamanan dalam diri klien, sehingga memudahkan klien untuk berekspresi secara bebas. Perilaku Attending meliputi kontak mata, gesture, dan bahasa verbal. Kontak mata ketika dalam proses konseling individual diusahakan tetap fokus kepada klien, hal ini bertujuan agar klien merasa bahwa apa yang klien bicarakan benar-benar didengar oleh konselor. Gesture adalah bahasa tubuh konselor yang diperlihatkan ketika menghadapi klien seperti ekspresi wajah yang tenang, posisi tubuh agak condong ke arah klien. Bahasa verbal, bahasa merupakan alat komunikasi termasuk juga dalam proses konseling individual, bahasa verbal yang digunakan dalam proses konseling individual yakni dapat berupa anggukan sebagai tanda persetujuan dan juga sebagai tanda bahwa konselor mendengarkan pembicaraan klien.
2. Empati
Empati adalah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan klien, merasa dan berpikir, bersama klien dan bukan untuk atau tentang klien. Empati dilakukan bersama attending, tanpa perilaku attending mustahil terbentuk empati. Terdapat dua macam empati, yaitu:
- Empati primer yaitu bentuk empati yang hanya berusaha memahami perasaan, pikiran, keinginan, dan keinginan klien, dengan tujuan agar klien dapat terlibat dan terbuka.
- Empati tingkat tinggi yaitu keikutan konselor membuat klien tersentuh dan terbuka untuk mengemukakan isi hati yang terdalam, berupa perasaan, pikiran, pengalaman termasuk penderitaannya.
3. Refleksi
Refleksi adalah keterampilan konselor untuk memantulkan kembali perasaan, pikiran, dan pengalaman klien berdasarkan pengamatan konselor terhadap bahasa verbal dan nonverbal dari klien. Refleksi ada tiga yaitu refleksi perasaan, refleksi pengalaman dan refleksi pikiran.
4. Eksplorasi
Eksplorasi adalah suatu keterampilan yang dimiliki oleh konselor yang bertujuan untuk menggali perasaan, pengalaman dan pikiran klien. Teknik ini penting karena sering kali klien menyimpan rahasia sehingga menutup diri dan tidak mampu mengemukakan pendapatnya secara bebas dan terus terang. Teknik eksplorasi dilakukan untuk membantu klien agar klien dapat berbicara secara bebas, tanpa rasa takut, tertekan, maupun terancam. Eksplorasi ada tiga macam yaitu eksplorasi perasaan, eksplorasi pengalaman, eksplorasi pikiran.
5. Paraphrasing
Paraphrasing adalah kemampuan konselor untuk mengemukakan kembali pesan atau inti pembicaraan yang telah diungkapkan oleh klien. Paraphrasing ini bertujuan untuk menyamakan persepsi dan pemahaman konselor terhadap apa yang telah diungkapkan oleh klien. Paraphrasing baiknya diungkapkan dengan bahasa dan kata-kata yang sederhana serta kalimat yang mudah dipahami oleh klien. Paraphrasing ini merupakan bentuk ringkasan dari ungkapan yang disampaikan oleh klien, dalam penyampaian paraphrasing, konselor melihat respon dari klien.
6. Open Question
Open Question adalah suatu bentuk pertanyaan yang mana memerlukan jawaban yang berupa sebuah penjelasan. Pertanyaan ini digunakan apabila klien merasa kesulitan dalam mengungkapkan permasalahanya atau ketika konselor menghadapi klien yang tertutup. Tujuan pertanyaan ini adalah untuk memperoleh informasi lebih dalam mengenai permasalahan klien. Hal yang harus diperhatikan dalam open question adalah pertanyaan sebaiknya tidak menggunakan kata "kenapa" atau "mengapa" hal ini dikarenakan pertanyaan dengan menggunakan kata tersebut dapat membuat klien merasa kesulitan dalam menjawab pertanyaan sehingga klien akan tertutup.
7. Closed Question
Dalam proses konseling individual, tidak hanya memerlukan pertanyaan terbuka, tetapi penggunaan pertanyaan tertutup pun diperlukan. Pertanyaan tertutup atau closed qestion merupakan jenis pertanyaan yang mana jawaban dari pertanyaan tersebut tidak harus berupa penjelasan, artinya jawaban dari pertanyaan tertutup dalam bentuk singkat seperti "ya" dan "tidak".
8. Dorongan Minimal
Dorongan minimal adalah sebuah upaya yang dilakukan oleh konselor agar klien selalu terlibat dalam pembicaraan. Dorongan minimal dapat berupa sebuah ungkapan pendek dan singkat yang dilakukan apabila klien akan mengurangi atau menghentikan pembicaraan, ketika klien kurang memusatkan pembicaraan, dan ketika klien merasa ragu terhadap apa yang dibicarakan oleh klien. Tujuan dorongan minimal adalah agar dapat membuat klien terus berbicara dan mengarahkan klien agar pembicaraan klien mencapai tujuan.
9. Interpretasi
Interpretasi merupakan upaya yang dilakukan oleh konselor untuk mengulas pemikiran, perilaku, pengalaman klien dengan merujuk kepada teori-teori. Dalam teknik ini konselor berupaya memberikan penjelasan kepada klien yang bertujuan agar klien mengerti dan memiliki pemahaman serta dapat mengubah pandangannya terhadap sesuatu hal berdasarkan rujukan teori yang dijelaskan oleh konselor.
10. Directing
Directing adalah suatu teknik dalam proses konseling individual yang bertujuan untuk mengarahkan klien agar klien dapat berpartisipasi secara penuh dalam proses konseling individual. Dengan kata lain, bahwa dalam teknik ini konselor mengarahkan klien untuk berbuat sesuatu, misalnya dengan bermain peran dengan konselor atau meminta klien untuk berimajinasi atau mengkhayalkan sesuatu hal.
11. Summarizing
Summarizing merupakan suatu teknik konseling individual yang dilakukan dengan menyimpulkan sementara pembicaraan klien dalam waktu tertentu. Mengenai waktu kapan akan melakukan summarizing hal ini bergantung kepada konselor. Summarizing diperlukan agar klien merasa bahwa konselor benar-benar mendengar dan memahami apa yang telah dibicarakan. Selain itu, untuk menyamakan persepsi mengenai apa yang dibicarakan klien dengan apa yang didenger oleh konselor.
12. Leading
Leading merupakan teknik konseling individual yang dilakukan konselor untuk memimpin arah pembicaraan dengan klien apabila pembicaraan dan wawancara konseling tidak melantur atau menyimpang sehingga proses konseling akan mencapai tujuan. Dengan kata lain, teknik digunakan apabila dalam proses konseling pembicaraan klien melebar, sehingga konsleor perlu untuk memimpin klien agar fokus pada permasalahan klien.
13. Fokus
Dalam proses konseling individual sering kali klien terpecah perhatiannya sehingga arah pembicaraan klien menjadi melebar. Peran konselor disini harus mampu membuat fokus dengan perhatiannya agar klien dapat memusatkan perhatian pada pokok pembicaraannya. Terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan seorang konselor yaitu fokus pada diri klien, fokus pada orang lain yang diceritakan klien, fokus pada topik yang tegah dibicarakan klien, dan fokus mengenai budaya klien.
14. Konfrontasi
Konfrontasi adalah suatu teknik dalam konseling individual yang mana teknik ini dilakukan apabila dalam proses konseling individual, konselor menemukan bahwa gesture atau bahasa tubuh klien tidak sesuai atau tidak konsisten dengan apa yang dikatakan. Misalnya dalam proses konseling individual, klien mengatakan dalam keadaan sedih , namun ekspresi dari klien terlihat tersenyum, dalam hal ini konselor akan melakukan teknik konfrontasi.
15. Clarifying
Clarifying adalah suatu teknik dalam konseling individual untuk menjernihkan atau mengklarifikasi ucapan-ucapan klien yang terdengar samar-samar, kurang jelas, atau agak meragukan. Tujuan dari teknik clarifying ini adalah untuk meminta agar klien menyatakan pesannya kembali dengan jelas, dengan ungkapan kata-kata yang tegas, dan dengan alasan-alasan yang logis serta agar klien menjelaskan, mengulang, dan mengilustrasikan perasaannya.
16. Faciliating
Faciliating merupakan suatu teknik yang dilakukan untuk membuka komunikasi dengan klien, agar klien dengan mudah membuka pembicaraannya dengan konselor sehingga klien dapat menyatakan perasaan, pikiran, dan pengalamannya secara bebas. Teknik ini dilakukan apabila konselor mendapati klien merasa kesulitan atau keraguan dalam mengungkapkan perasaan dan pikirannya.
17. Diam
Teknik diam dalam proses konseling individual juga diperlukan. Diam ini tidak berarti bahwa tidak ada komunikasi yang terjalin antara konselor dengan klien, namun diam merupakan bahasa nonverbal yang ditunjukkan oleh konselor yang dilakukan dengan tujuan untuk menanti klien yang sedang berpikir, atau kondisi dimana konselor dalam keadaan sedang mendengarkan pembicaraan klien. Diam yang paling ideal yang dilakukan oleh konsleor yakni berkisar antara 5-10 detik. Tujuan dari diam ini adalah untuk menanti klien yang sedang berpikir dan untuk menunjang perilaku attending dan empati sehingga klien bebas berbicara.
18. Mengambil Inisiatif
Teknik Mengambil inisiatif ini dilakukan konselor apabila mendapati klien kurang bersemangat untuk berbicara, hal ini dapat dilihat dari cara klien yang sering diam, dan kurang partisipatif dalam proses konseling individual. Dalam hal ini konselor akan mengucapkan kata-kata yang mengajak klien untuk berinisiatif dalam menuntaskan diskusi. Tujuan dari teknik ini yakni untuk mengambil inisiatif jika klien kurang bersemangat untuk mengambil keputusan, dan jika klien merasa kesulitan mengambil keputusan serta jika klien kehilangan arah pembicaraan.
19. Memberi Nasehat
Pemberian nasehat ini dilakukan oleh konselor apabila klien meminta nasehat kepada konselor. Namun meskipun demikian konselor sebaiknya mempertimbangkan nasehat yang diberikan kepada klien merupakan sesuatu hal yang pantas. Hal ini disebabkan karena pemberian nasehat tetap harus dijaga agar kemandirian yang merupakan tujuan dari konseling harus tetap dicapai.
20. Pemberian Informasi
Tidak berbeda dengan pemberian nasehat pemberian informasi ini dilakukan apabila klien meminta sebuah informasi dari konselor, artinya konselor akan memberikan informasi jika klien meminta informasi. Namun, perlu diperhatikan bahwa dalam pemberian informasi, konselor harus tetap bersikap jujur, artinya apabila konselor tidak memiliki informasi sebaiknya dikatakan kepada klien dengan apa adanya, berbeda jika konselor mengetahui informasi yang diminta oleh klien maka konselor akan mengusahakan dan memberinya informasi yang diminta klien.
21. Merencanakan
Teknik perencanaan ini dilakukan menjelang akhir sesi konseling individual. Perencanaan maksudnya adalah konselor membantu klien untuk membuat perencanaan tindakan-tindakan atau perbuatan dan hal-hal yang harus dilakukan untuk kemajuan dari klien itu sendiri.
22. Menyimpulkan
Menyimpulkan merupakan suatu teknik yang terdapat pada akhir sesi konseling individual. Dalam teknik ini konselor membantu klien untuk menyimpulkan hasil pembicaraan yang menyangkut perasaan klien setelah melakukan proses konseling. Selain itu pada tahap akhir sesi konseling, klien akan memantapkan rencana yang telah dibuat, dan pokok-pokok yang dibicarakan pada sesi berikutnya apabila sesi konseling individual masih berlanjut.
Daftar Pustaka
- Prayitno, E.A. 1994. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.
- Willis, Sofyan. 2010. Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta.
- Cg Wren. 2002. Layanan dan Konseling. Surabaya: Unesa University Press.
- Sukardi, D.K., dan Kusmawati, Nila. 2008. Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
- Yusuf, A.H., Dkk. 2016. Kebutuhan Spiritual (Konsep dan Aplikasi Keperawatan). Jakarta: Mitra Wacana Media.
- Rahman, Hibana. 2003. Bimbingan dan Konseling Pola. Jakarta: Rineka Cipta.
- Hartono dan Soedarmadji, Boy. 2012. Psikologi Konseling. Jakarta: Kharisma Putra Utama.