Metakognisi (metacognition) adalah kesadaran, keyakinan dan pengetahuan seseorang tentang proses dan cara berpikir pada hal-hal yang mereka lakukan sendiri sehingga meningkatkan proses belajar dan memori.
Istilah metakognisi pertama kali diperkenalkan oleh John Flavell pada tahun 1976, yaitu seorang psikolog dari Universitas Stanford. Menurutnya metakognisi merupakan pemikiran tentang pemikiran (thinking about thinking) atau pengetahuan seseorang tentang proses kognitifnya (One’s knowledge concerning one’s own cognitive processes). Kata metakognisi terdiri dari dua kata, yaitu meta dan kognisi. Meta artinya setelah, melebihi,atau di atas. Sedangkan kognisi adalah mencakup keterampilan yang berhubungan dengan proses berpikir.
Metakognisi adalah suatu bentuk kemampuan untuk melihat pada diri sendiri, sehingga apa yang dia lakukan dapat terkontrol secara optimal. Metakognisi merupakan aktivitas mental yang menjadikan seseorang dapat mengatur, mengorganisasi dan memantau seluruh proses berpikir yang dilakukan selama menyelesaikan masalah.
Berikut definisi dan pengertian metakognisi dari beberapa sumber buku:
Pengetahun metakognisi terdiri dari tiga jenis, yaitu:
Pengalaman metakognisi terdiri dari tiga proses, yaitu:
Menurut Swartz dan Perkins (Mahromah, 2012), kemampuan metakognisi seseorang terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu:
Istilah metakognisi pertama kali diperkenalkan oleh John Flavell pada tahun 1976, yaitu seorang psikolog dari Universitas Stanford. Menurutnya metakognisi merupakan pemikiran tentang pemikiran (thinking about thinking) atau pengetahuan seseorang tentang proses kognitifnya (One’s knowledge concerning one’s own cognitive processes). Kata metakognisi terdiri dari dua kata, yaitu meta dan kognisi. Meta artinya setelah, melebihi,atau di atas. Sedangkan kognisi adalah mencakup keterampilan yang berhubungan dengan proses berpikir.
Metakognisi adalah suatu bentuk kemampuan untuk melihat pada diri sendiri, sehingga apa yang dia lakukan dapat terkontrol secara optimal. Metakognisi merupakan aktivitas mental yang menjadikan seseorang dapat mengatur, mengorganisasi dan memantau seluruh proses berpikir yang dilakukan selama menyelesaikan masalah.
Berikut definisi dan pengertian metakognisi dari beberapa sumber buku:
- Menurut Wilson dan Clarke (2004), metakognisi adalah suatu kesadaran peserta didik (awarenes), pertimbangan (consideration) dan pengontrolan atau pemantauan terhadap strategi serta proses kognitif diri mereka sendiri.
- Menurut Zakariya (2015), metakognisi adalah pengetahuan seseorang tentang sistem kognitifnya, berpikir seseorang tentang berpikirnya, dan keterampilan esensial seseorang dalam belajar untuk belajar.
- Menurut Herman dan Suryadi (2008), metakognisi merupakan kesadaran seseorang tentang proses berpikirnya pada saat melakukan tugas tertentu kemudian menggunakan kesadarannya untuk mengontrol apa yang dilakukannya.
- Menurut Desmita (2009), metakognisi adalah pengetahuan eksplisit yang dimiliki manusia tentang cara berpikir dan pada aturan yang mereka buat sendiri sehingga mereka dapat menjalankannya ketika menerapkan pengetahuan tersebut.
- Menurut Ormrod (2009), metakognisi merupakan pengetahuan dan keyakinan mengenai proses-proses kognitif seseorang, serta usaha-usaha sadarnya untuk terlibat dalam proses berperilaku dan berpikir sehingga meningkatkan proses belajar dan memori.
Komponen Metakognisi
Menurut Flavell (Desmita, 2010), komponen metakognisi ada dua, yaitu pengetahuan metakognisi dan pengalaman metakognisi. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:a. Pengetahuan metakognisi (metacognitive knowledge)
Pengetahuan metakognisi adalah pengetahuan yang diperoleh tentang proses-proses kognitif yaitu pengetahuan yang dapat digunakan untuk mengontrol proses kognitif. Pengetahuan metakognisi juga diartikan sebagai pengetahuan yang dimiliki seseorang dan tersimpan di dalam memori jangka panjang yang dapat diaktifkan atau dipanggil kembali sebagai hasil dari suatu pencarian memori yang dilakukan secara sadar dan disengaja, atau diaktifkan tanpa disengaja atau secara otomatis muncul ketika seseorang dihadapkan pada permasalahan tertentu.Pengetahun metakognisi terdiri dari tiga jenis, yaitu:
- Pengetahuan deklaratif yang mengacu kepada pengetahuan tentang fakta dan konsep-konsep yang dimiliki seseorang atau faktor-faktor yang mempengaruhi pemikirannya dan perhatiannya dalam memecahkan masalah.
- Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan bagaimana melakukan sesuatu, bagaimana melakukan langkah-langkah atau strategi-strategi dalam suatu proses pemecahan masalah.
- Pengetahuan kondisional yang mengacu pada kesadaran seseorang akan kondisi yang mempengaruhi dirinya dalam memecahkan masalah, yaitu: kapan suatu strategi seharusnya diterapkan, mengapa menerapkan suatu strategi dan kapan strategi tersebut digunakan dalam memecahkan masalah.
b. Pengalaman metakognisi (metacognitive experimences)
Pengalaman atau regulasi metakognisi adalah pengaturan kognisi dan pengalaman belajar seseorang yang mencakup serangkaian aktivitas yang dapat membantu dalam mengontrol kegiatan belajarnya. Pengalaman-pengalaman metakognisi melibatkan strategi-strategi metakognisi atau pengaturan metakognisi. Strategi-strategi metakognisi merupakan proses-proses yang berurutan yang digunakan untuk mengontrol aktivitas-aktivitas kognitif dan memastikan bahwa tujuan kognitif telah dicapai.Pengalaman metakognisi terdiri dari tiga proses, yaitu:
- Proses Perencanaan. Proses perencanaan merupakan keputusan tentang berapa banyak waktu yang digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut, strategi apa yang akan dipakai, sumber apa yang perlu dikumpulkan, bagaimana memulainya, dan mana yang harus diikuti atau tidak dilaksanakan lebih dulu.
- Proses Pemantauan. Proses pemantauan merupakan kesadaran langsung tentang bagaimana kita melakukan suatu aktivitas kognitif. Proses pemantauan membutuhkan pertanyaan seperti: adakah ini memberikan arti?, dapatkah saya untuk melakukannya lebih cepat? dan lain-lain.
- Proses Evaluasi. Proses evaluasi memuat pengambilan keputusan tentang proses yang dihasilkan berdasarkan hasil pemikiran dan pembelajaran. Misalnya, dapatkah saya mengubah strategi yang dipakai?, apakah saya membutuhkan bantuan? dan lain-lain.
Indikator Metakognisi
Kemampuan metakognisi berkaitan dengan proses berpikir siswa tentang berpikirnya agar menemukan strategi yang tepat dalam memecahkan masalah. Setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menghadapi masalah. Kemampuan metakognisi sangat dibutuhkan dalam pemecahan masalah agar dalam bekerja siswa lebih sistematis dan terarah serta mendapatkan hasil yang baik.Menurut Swartz dan Perkins (Mahromah, 2012), kemampuan metakognisi seseorang terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu:
- Tacit use, yaitu jenis pemikiran yang berkaitan dengan pengambilan keputusan tanpa berpikir tentang keputusan tersebut. Dalam hal ini, siswa menerapkan strategi atau keterampilan tanpa kesadaran khusus atau melalui coba-coba dan asal menjawab dalam menyelesaikan masalah.
- Aware use, yaitu jenis pemikiran yang berkaitan dengan kesadaran siswa mengenai apa dan mengapa siswa melakukan pemikiran tersebut. Dalam hal ini siswa menyadari bahwa dirinya harus menggunakan suatu langkah penyelesaian masalah dengan memberikan penjelasan mengenai alasan pemilihan langkah tersebut.
- Strategic use, yaitu jenis pemikiran yang berkaitan dengan pengaturan individu dalam proses berpikirnya secara sadar dengan menggunakan strategi-strategi khusus yang dapat meningkatkan ketepatan berpikirnya. Dalam hal ini, siswa sadar dan mampu menyeleksi strategi atau keterampilan khusus untuk menyelesaikan masalah.
- Reflective use, yaitu jenis pemikiran yang berkaitan dengan refleksi individu dalam proses berpikirnya sebelum dan sesudah atau bahkan selama proses berlangsung dengan mempertimbangkan kelanjutan dan perbaikan hasil pemikirannya. Dalam hal ini, siswa menyadari dan memperbaiki kesalahan yang dilakukan dalam langkah-langkah penyelesaian masalah.
a. Indikator Perencanaan
- Menentukan informasi awal dan petunjuk awal yang berkaitan dengan permasalahan.
- Menentukan/menyusun hal-hal yang harus dilakukan.
- Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan.
- Memastikan kesesuaian informasi dengan permasalahan.
b. Indikator Pemantauan
- Mengatur setiap langkah berjalan dengan baik.
- Menganalisa informasi yang penting untuk diingat.
- Memutuskan langkah-langkah yang akan dilakukan selanjutnya apakah perlu terjadi perubahan atau pindah pada petunjuk lain.
- Memutuskan langkah yang harus dilakukan jika menemui kendala.
c. Indikator Penilaian
- Memeriksa kembali setiap langkah-langkah telah berjalan dengan baik.
- Memeriksa kembali apakah diperlukan pertimbangan khusus lain dalam menyelesaikan permasalahan tersebut.
- Memperkirakan kemungkinan cara lain yang dapat digunakan dalam menyelesaikan permasalahan tersebut.
- Memperkirakan kemungkinan penggunaan strategi yang telah digunakan untuk menyelesaikan permasalahan lain.
Langkah-langkah Pembelajaran Metakognisi
Menurut Apriani (2012), langkah-langkah pembelajaran menggunakan metode metakognisi adalah sebagai berikut:a. Tahap diskusi awal (Introductory Discussion)
Pertama-tama guru menjelaskan tujuan tentang topik yang akan dipelajari. Setiap siswa dibagi bahan ajar, dan penanaman konsep berlangsung dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tertera dalam bahan ajar tersebut. Siswa dibimbing menanamkan kesadaran dengan bertanya dan menjawab kepada diri sendiri pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam bahan ajar. Melalui pertanyaan-pertanyaan tersebut, siswa diharapkan dapat memahami uraian materi dan sadar apa yang dilakukannya, bagaimana melakukannya, bagian mana yang belum dipahami pertanyaan apa yang timbul dan bagaimana upaya untuk mencari solusinya. Contoh pertanyaannya seperti: Apakah saya memahami semua uraian materi tadi?, Jika tidak memahami, apa yang ingin saya tanyakan? Mendiskusikan pertanyaan tersebut dengan teman sekelompok. Apa hasil diskusi tersebut?2. Tahap Kerja Mandiri/Individu (Independent Work)
Siswa diberikan persoalan dengan topik yang sama dan mengerjakan secara individual. Guru berkeliling kelas dan memberikan pengaruh timbal balik secara individual. Pengaruh timbal balik metakognitif akan menuntun siswa untuk memusatkan perhatian pada kesalahannya dan memberikan petunjuk agar siswa dapat mengoreksinya sendiri. Guru membantu siswa mengawasi cara berpikirnya, tidak hanya memberikan jawaban benar ketika siswa membuat kesalahan tetapi juga menuntun proses berpikirnya agar siswa menemukan jawaban yang benar.3. Tahap Penyimpulan
Penyimpulan yang dilakukan oleh siswa merupakan rekapitulasi dari apa yang telah dilakukan dikelas. Pada tahap ini siswa menyimpulkan sendiri, dan guru membimbing dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan seperti: Apa yang kamu pelajari hari ini?, Apa yang kamu pelajari tentang diri kamu sendiri dalam menyelesaikan soal matematika yang diberikan?Daftar Pustaka
- Wilson, J., and Clarke, D. 2004. Towards the Modelling of Mathematical Metacognition. Mathematics Education Research Journal
- Zakariya, A. 2015. Pengaruh Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Metakognitif terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP. Bandung: Universitas Pasundan.
- Suryadi, D., dan Herman, T. 2008. Pembelajaran Pemecahan Masalah. Jakarta: Karya Duta Wahana.
- Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya.
- Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
- Ormrod, Jeanne Ellis. 2009. Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang. Jakarta: Erlangga.
- Mahromah, Laily Agustina. 2012. Identifikasi Tingkat Metakognisi Siswa dalam Memecahkan Masalah Matematika Berdasarkan Perbedaan Skor Matematika. Surabaya: Unesa.
- Apriani, D. 2012. Pengaruh Penggunaan Pendekatan Ketrampilan Metakognitif dalam Pembelajaran Matematika Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif pada Siswa SMP. Bandung: UPI. tidakditerbitkan.